XIV: The sun the moon and the fate

43 7 1
                                    

"AILSA!" Teriakan Celia yang melengking di pagi hari sontak membuat Ailsa segera membuka mata dan terbangun dari tidur lelapnya, ia kemudian melirik jam kecil yang berada diding menyadari bahwa masih terlalu pagi bagi dirinya untuk terbangun. "Ailsa bangun! kau harus bangun! Grace menghilang! Ia tidak kembali kesini semalaman."

"Apa?!" dengan suara seraknya Ailsa mengusap wajahnya kasar dan mendapati gadis manis itu terlihat panik.

"Nolan sekarang sedang mencarinya, tadi pagi ia sudah ke rumah tuan xxx tapi beliau berkata bahwa gadis itu sudah pulang setelah menyelesaikan keperluanya."

Bahkan matahari belum menampakkan sinarnya, apa yang terjadi?

"Mungkin dia pergi ke suatu tempat karena urusan lain? Ingat dia adalah pedagang juga."

"Dia tidak membawa dompetnya! Kalaupun dia tidak pulang pasti bebicara dulu sebelum berangkat atau Nolan akan menemukannya yang sudah sangat mabuk di bar. Tapi semuanya tidak begitu."

Penjagaan Cronstance sangatlah ketat, apa mungkin dia duculik lalu di sandra?

Tapi mengapa? Kehidupannya tampak sangat normal dan jauh dari masalah.

"Apa yang harus kita lakukan Ailsa?"

Mencarinya langsung akan sangat berbahaya kalau seperti ini, Nolanpun pria itu juga tidak bersama kami. Tidak ada pilihan lain... "Aku akan meminta bantuan pada Hades, Celia kau bisa untuk tetap disinikan?" Ujar Ailsa mantab dengan bantuan pria itu maka semuanya akan lebih mudah.

Gadis itu menggeleng kasar, "Aku tidak mau sendiriann!!! Aku mau ikut!!!"

"Tapi cukup berbahaya kalau situasinya seperti ini."

"Aku ikut Ailsa! Kita akan saling melindungi." Benar kata Nolan, gadis ini sangatlah keras kepala. "Ayoo jangan buang waktu lagi." Tariknya ke arah luar rumah secara paksa.

BRAK!

Baru sesaat keduanya melangkah mendekati pintu utama, pintu berbahankan kayu keras itu terbuka dengan kasar. Belasan prajurit kemudian berbondong-bondong memasuki ruangan hingga tidak menyisakan ruang sedikitpun untuk bergerak.

Jemari Ailsa yang bertautan pada Celia mengerat seraya melangkah mundur secara perlahan. Semuanya begitu mendadak.

"Ailsa apa yang terjadi." Gumam Celia pelan sambil memandangi prajurit yang bersenjata penuh rasa takut.

"Tetap tenang." Bisik Ailsa yang kmeudian merentangkan tangannya di depan gadis itu. Pandangannya  mengarah pada seragam yang mereka kenakan, sangat familier...

Hingga ketika salah seorang prajurit membelakanginya ia dapat melihat dengan jelas simbol matahari yang mampu merenggut seluruh oksigen yang berada di sekitarnya.

matahari keabadian!

"Sudah lama tidak bertemu." Sebuah suara menggema, barisan yang semula tertutup rapat perlahan terbuka rapih mempersilahkan sosok tersebut untuk lewat, "putri Ailsa."

"Leonard." Geram Ailsa menatap perawakannya, tubuhnya menegang dengan bulu romanya yang berdiri. Lututnya yang terasa lemas ia tahan sekuat tenaga, jangan sampai pria sialan itu menyadarinya.

"Bagaimana kabar anda? sepertinya anda cukup... sehat?" liriknya tersenyum sopan.

"Kau bagaimana bisa-"

"Berterimakasihlah pada teman tersayangmu ini." Ia menarik seseorang dari balik tubuh para prajurit untuk memaksanya menampakkan wajah. "Dia memberitahu segalanya yang kami butuhkan. Hampir segalanya."

"Grace..." seru Ailsa tak percaya menatap sosok dihadapannya, "kau-" suaranya tercekat, " kau sudah mengetahui identitasku? Sejak kapan?"

"Sejak awal." Jawabnya setengah berteriak, "Hanya orang bodoh yang tidak akan menyadari bahwa kau adalah sang putri! Mata hijau khas kerajaan dan sesuatu yang aneh dalam dirimu membuatku semakin yakin jika tempatmu bukanlah disini."

The Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang