Hampir semua orang yang bertemu atau melihat Choi Yeonjun pasti akan langsung berpikir bahwa laki-laki itu sombong dan menakutkan. Dengan tatapan tajam macam rubah, bentuk bibir yang terkesan tidak tersentuh senyum, membuatnya sedikit kesusahan mendapatkan teman.
Sekalipun dapat teman, pasti hanya dijadikan tameng karena wajah sangarnya yang tidak akan ada seorangpun berani mengganggu.
Di karuniai wajah yang sering membuat orang lain salah paham dengan sikapnya, Yeonjun merasa sudah hampir menyerah dengan kehidupan sosialnya di sekolah.
Sampai pada pertengahan semester genap, saat dia naik ke kelas 2 menengah atas, untuk pertama kalinya Yeonjun mendapatkan teman baru. Teman yang benar-benar teman. Choi Beomgyu namanya.
Hingga saat ini Yeonjun berada di semester akhir, Beomgyu tetap setia menjadi temannya. Bahkan bisa dibilang sahabat.
"Sudah menentukan mau kuliah dimana?"
Yeonjun kembali mengunyah nasi goreng favorit di kantin sekolahnya, setelah membuka percakapan dengan sang sahabat.
"Belum."
"Jujur aku masih bingung menentukan minat dan bakatku. Aku tidak ingin salah jurusan."Saat seperti ini terkadang Beomgyu akan menjadi orang yang serius. Sisi itulah yang membuat Yeonjun kagum.
"Kamu benar, sejujurnya aku juga sedikit takut. Tapi, jika tidak mencobanya bukankah tidak akan tahu akhirnya?"
Beomgyu mengangguk setuju.
"Sepulang sekolah ayo ke perpustakaan kota. Mulai mencari minatmu dan aku akan menguatkan niatku."
===
Sampai pada hari kelulusan tiba, Yeonjun dan Beomgyu memutuskan untuk masuk di universitas yang sama. Dengan tes masuk yang lumayan menguras energi dan otak mereka. Akhirnya, pengumuman diterima menjadi mahasiswa, sudah di depan mata.
"Kamu mau ikut kegiatan kampus?"
Yeonjun dan Beomgyu sedang berjalan menuju kantin. Kebetulan kelas mereka berakhir di jam yang sama.
"Aku mau mendaftar di klub dance kampus. Mau ikut?"
"Tidak terimakasih. Kamu tahu kan aku ini masuk jajaran remaja jompo. Tidak akan aku sia-siakan tubuh rentanku ini."
Protesan jenaka dari mulut Beomgyu disambut tawa oleh Yeonjun. Merasa terhibur dengan jawaban Beomgyu.
Yeonjun amat sangat tahu, jika temannya ini lebih memilih bermain game seharian dibandingkan harus mengerjakan sesuatu yang membuat lelah fisik dan berkeringat berlebih.
"Aku akan ikut klub musik dan akan aku pastikan bergabung di band kampus. Kamu akan lihat wajah tampanku dengan gitar saat pentas kampus."
Lanjut Beomgyu dengan ekspresi tengilnya. Kedua alisnya dia naik turunkan, berakhir mendapatkan toyoran di kepalanya.
"Tumben kantin fakultasmu ramai. Maksudku, memang selalu ramai tapi ini benar-benar ramai."
Yeonjun menyetujuinya. Entah kenapa siang ini kantin terlihat sangat ramai. Ini membuatnya sedikit tidak nyaman. Yeonjun meraih lengan Beomgyu dan menggenggamnya erat.
"Mau pindah saja?" Mengerti bahwa pria disampingnya tidak nyaman, Beomgyu menawarkan solusi. Dibalas anggukan pelan oleh Yeonjun.
Beomgyu melepas tautan Yeonjun pada lengannya dan berganti meraih telapak tangan Yeonjun untuk digenggam.
Belum sempat menjauh dari sesaknya suasana kantin, terasa bahunya tersenggol membuat Yeonjun sedikit terhuyung kebelakang.
"Maaf."