Yeonjun terbangun dari lelapnya. Atap kamarnya tidak seperti ini. Dia edarkan matanya dan berusaha menggerakkan tangan serta kakinya. Sempit. Dadanya bergemuruh menyadari dia berada di sebuah kotak seukuran tubuhnya. Yeonjun menebak itu sebuah peti. Tangannya dia angkat menyentuh tutup kotak itu. Sebuah kain putih lembut terasa di telapak tangannya.
Perlahan dia bangun dari posisi tidurannya. Menyibak kain putih itu dan melihat sekelilingnya. Ini bukan kamarnya. Dia tidak tahu tempat apa yang sekarang dia tempati. Masih ingat di kepalanya, dia baru saja pulang sekolah, lalu langsung tidur karena merasa lelah.
Yeonjun turun dari peti yang di letakkan pada sebuah meja setinggi pinggang orang dewasa. Dia mengamati ruangan luas yang temaram. Sepi.
Yeonjun juga menyadari bahwa seragam sekolahnya sudah berganti dengan hanbok (baju tradisional korea) berwarna putih. Dia merasa sedang bermain teater dengan baju seperti ini.
GREKKK!
Yeonjun berbalik mendengar suara pintu yang terbuka. Dua orang wanita berpakaian putih khas dayang kerajaan masuk ke ruangan.
"Pangeran?!!"
Sontak keranjang yang mereka bawa terjatuh mendapati tuan mereka berdiri dihadapan mereka. Satu diantaranya jatuh terduduk. Terkejut. Bagaimana tidak. Dia yang sejak pagi mengurus keperluan upacara penghormatan terakhir tuannya, mendapatinya masih berdiri segar di depan mata.
Yeonjun masih dengan ekspresi kebingungan mulai mengobservasi apa yang sebenarnya terjadi. Dia tentu tidak asing dengan pakaian yang mereka kenakan saat ini. Yeonjun ikut klub teater di sekolahnya. Maka tidak sulit baginya untuk menebak. Bahwa tubuh yang dia gerakan saat ini seharusnya sudah terbujur kaku di dalam peti. Lalu, bagaimana dengan tubuhnya yang asli? Yeonjun seolah berada dalam mimpi, tetapi sekuat apapun dia mencoba kembali menutup mata, yang dia rasakan adalah sebuah kenyataan.
Mendengar teriakkan dayang, pengawal di luar memasuki ruangan. Sama terkejutnya saat melihat tuan mereka berdiri menatap kebingungan.
Tak lama datang beberapa orang dengan pakaian berkabung yang lebih mewah.
"Putraku!"
Seorang wanita paruh baya berlari memeluk Yeonjun. Mendekap erat tubuhnya sembari menangis. Yeonjun menatap seorang pria yang dia asumsikan seorang pemimpin di rumah ini. Menatap lega padanya.
Tiba-tiba Yeonjun merasakan pandangan matanya mengabur, kepalanya terasa ringan dan tubuhnya seperti melayang. Lalu semua gelap.
===
Yeonjun membuka matanya lagi. Berharap dia terbangun di kamarnya dengan seragam sekolah masih melekat di tubuhnya. Tetapi harapan tinggal harapan. Dia masih berada di tempat yang sama dengan ruangan yang berbeda.