Chapter 1. Unreachable

2.2K 212 141
                                    

Unreachable (adjective)

cara baca: un·​reach·​able | \ ən-ˈrē-chə-bəl

arti: tidak terjangkau.

---------------

Sammy melepaskan setelan jas yang sedari tadi membuatnya gerah dan menghempasnya ke kursi samping.

Sebenarnya ia lebih suka memakai kaos oblong biasa daripada setelan jas seperti ini.

Tapi tentu saja Sammy takkan bisa memakai baju seenaknya saat ada pertemuan dengan para petinggi PELTI (Persatuan Tennis Lapangan Indonesia).

Damn it!

Hm... sepanjang diam mendengarkan ceramah dan banyaknya sambutan tadi, ia jadi terpikirkan untuk gantung raket.

Mungkin ini saat yang tepat untuk pensiun dini, mumpung belum ikut tour kejuaraan sana sini.

Sammy menopangkan dagu pada tangan, pose melamun. Pikirannya berkelana jauh.

Meniti karir sebagai petenis profesional sangatlah susah dilakukan jika dirimu tidak terlahir dari keluarga kaya.

Tak seperti sepak bola dan bulutangkis, hingar-bingar dunia tenis lapangan jarang terdengar gaungnya di negara ini.

Dan hal itu menyebabkan banyak atlet kesulitan mencari sponsor dana untuk mengikuti berbagai turnamen internasional di luar sana.

Termasuk seorang Samuel Hiraya Wenas.

Itupun Sammy masih beruntung karena ada Xander yang selama ini memberikan dukungan penuh, menjadi sponsor tunggalnya.

Tapi mau sampai kapan?

Meski sempat dua kali menyabet gelar Grand Slam di French Open dan Australian Open selama kiprah karirnya, tapi hasil yang didapatkan tak begitu banyak jika dibanding dengan pengeluarannya.

Sammy tak ingin terus-terusan membebani Xander, menghabiskan uang sang mantan demi karier atlet yang tak menjanjikan ini.

Tapi, apa yang akan dilakukannya setelah gantung raket nanti?

Rata-rata atlet di Indonesia setelah pensiun kehidupannya miris.

Jangankan yang seperti Sammy, atlet peraih medali emas pertandingan skala internasional aja nggak jelas nasibnya karena tidak ada dana pensiun, tunjangan atau apresiasi lain dari pemerintah meskipun pernah mengharumkan nama bangsa.

Ada yang pada akhirnya jadi OB, tukang las, tukang cuci piring, bahkan gelandangan.

No. Sammy tidak ingin seperti itu, makanya ia harus memperhitungkan dengan matang rencana pensiun dini ini.

Lamunannya sejenak terhenti karena ada waiters yang membawa baki berisi beberapa makanan dan minuman ke mejanya.

"Satu porsi nasi putih, satu porsi sop buntut, satu porsi bakwan sayur, satu porsi mix buah, satu jeruk nipis hangat, satu botol air mineral." Sambil menata makanan, pria muda itu menyebutkan semua yang dipesan Sammy.

Imut juga nih waiters. Kecil dan pipinya chubby. Tipe favorit Sammy.

Sayang dari radar ampuhnya, Sammy merasa dia pria straight.

"Pesanannya sudah lengkap ya kak?"

Sammy tersenyum dan membalasnya dengan anggukan.

"Selamat menikmati kak, saya permisi." Tambah waiters itu sebelum berbalik pergi menjauh dari mejanya.

Sammy menatap semua makanan yang ada di meja tanpa selera.

Sebenarnya tadi ada sesi makan-makan disana, tapi ia keburu pulang duluan. Ngaku ada acara, padahal bohong belaka.

UNBREAKABLE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang