3. Terkuaknya Rahasia

31 7 0
                                    

Vote dulu sebelum baca, ya ^^

Jam pelajaran telah usai, semua siswa bergegas keluar kelas setelah enam jam lebih berkutat dengan berbagai mata pelajaran yang melelahkan. Sementara itu Alvaro memilih tinggal di kelas karena rumah bukanlah tujuan utama yang dituju.

Baginya, rumah yang orang lain anggap sebagai surga justru lebih mirip seperti neraka menurutnya. Tak ada kedamaian dan ketenangan di sana.

Ketika sudah cukup lama Alvaro menyendiri, ia baru sadar kalau hari sudah semakin sore. Alvaro pun segera mengemasi buku bersiap untuk pulang sebelum pintu gerbang sekolah benar-benar dikunci oleh satpam.

Tapi sayang, ketika Alvaro sudah turun dari lantai atas, mendadak hujan lebat disertai petir pun turun. Dia menghela napas berat karena hujan selalu saja membuatnya dalam masalah besar.

Dan masalah besar itu terjadi sekarang ketika beberapa tetes air hujan menyentuh kulit Alvaro. Tubuhnya mendadak terasa dingin dan kaku.

"Sial," umpat Alvaro sebelum akhirnya berlari lagi masuk ke dalam kelas.

Saat baru saja tiba di ambang pintu, tubuh Alvaro akhirnya hilang kendali. Dia membeku di tempat. Tubuhnya pun seperti terkurung dalam balok es, bahkan udara di dalam kelas pun langsung berubah dingin.

"Lagi ..." Alvaro mengembuskan napas kasar. Meskipun saat ini tubuhnya kaku dan sedingin es, tetapi keempat panca indranya masih dapat berfungsi dengan baik.

Alvaro sendiri pun heran kenapa hal tidak masuk akal ini bisa terjadi pada dirinya. Setiap kali hujan turun dan mengenai kulitnya, maka laki-laki berusia 17 tahun itu akan berubah menjadi manusia es.

Sudah sekitar empat tahun dia hidup dengan hal aneh ini, dan entah sampai hal aneh yang ia anggap sebagai kutukan ini akan berakhir.

Saat Alvaro tengah menunggu dirinya untuk menjadi normal kembali, mendadak kepala seorang gadis menyembul dari daun pintu. Gadis itu langsung jatuh lemas saat mendapati patung es berdiri di hadapannya.

"Ini gue Freya," jelas Alvaro.

Freya yang nampak ketakutan langsung beringsut menjauh. Dia terus mengerjap beberapa kali takut matanya salah melihat sosok yang ada di hadapannya itu. Bahkan gadis itu sampai melepas kacamata, namun yang dilihat justru malah semakin tidak jelas saja.

"Lo pasti kaget, kan? Mmm ... Sorry, nanti gue jelasin," kata Alvaro lagi. Bagaimanapun juga laki-laki itu terlihat panik sama seperti Freya karena rahasia yang selama ini ditutupi telah diketahui oleh orang lain.

Gadis itu masih saja diam, tak mengeluarkan sepatah kata pun. Namun dia segera berdiri lagi meskipun kakinya terasa amat lemas.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya tubuh Alvaro berangsur kembali seperti biasa. Suasana di dalam kelas pun tak sedingin tadi meskipun hujan di luar sana masih turun dengan deras.

"Ttaa ... Tadi itu apa?" Tanya Freya akhirnya. Dirinya yang datang kembali ke sekolah untuk mengambil buku malah dikejutkan dengan sosok Alvaro yang aneh.

Alvaro terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya mulai membuka suara.

"Sebenarnya gue gak tau kenapa hal aneh ini bisa terjadi. Setiap kali kena air hujan, pasti ya bakalan berubah jadi manusia es," jelas Alvaro.

Gadis berkacamata itu hanya bisa menyimak. Tentu saja hal itu tidak masuk akal, tapi ... Dirinya memang benar-benar melihat hal itu terjadi pada Alvaro.

"Sejak kapan?" Tanya Freya penasaran.

"SMP."

Freya menghela napas pendek lalu mendadak menjadi bisu kembali.

"Lo jangan bilang ke siapa-siapa ya soal ini. Gue yakin sih, cewek lugu kayak lo gak bakal ngadu, kan?" Tanya Alvaro yang seolah menyepelekan Freya.

"Lagian ... Siapa juga yang bakal percaya omongannya," sambung Alvaro lagi seraya terkekeh pelan.

Freya yang semula hampir merasa iba pada Alvaro kini dibuat naik pitam. Ternyata laki-laki ini sama saja seperti yang lain. Tak ada bedanya.

"Kata siapa hah aku gak bisa ngadu? Kamu pikir, aku lugu? Polos? Bodoh? Dan gampang untuk dimanfaatin gitu? Kamu salah besar Varo. Mau kamu diviralin biar satu Indonesia tau, hah?!" Kata Freya dengan emosi yang menggebu-gebu.

Freya pun keluar dari kelas lalu menengadahkan tangannya untuk menampung air hujan. Setelah itu dia menyipratkan air yang di tangan pada Alvaro. Laki-laki itu tak bisa berkutik, dia langsung berubah kembali seperti beberapa menit yang lalu.

"Mau aku kasih tau orang-orang?" Freya pun segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mulai merekam Alvaro.

"Freya stop. Berhenti." Pekik Alvaro yang terlihat panik.

"Gue mohon, please jangan divideo."

Freya tak mengindahkan perkataan Alvaro, dia justru malah mengalihkan kameranya ke sekeliling kelas yang kini berubah dingin.

"Freya, please. Gue minta maaf kalau kata-kata tadi bikin Lo sakit hati." Isak Alvaro. Dia terlihat pasrah dan berharap kata maafnya akan menghentikan tingkah gila Freya.

Laki-laki itu tidak pernah menyangka bahwa gadis yang ia kira baik dan lugu itu justru ternyata bisa melakukan hal yang terbilang nekad seperti ini.

Freya pun akhirnya berhenti merekam lalu menatap lamat Alvaro yang mematung.

"Aku pikir kamu beda dari yang lain Varo. Tapi sayang, kata maaf aja tuh gak cukup," jelas Freya.

Alvaro mengembuskan napas dengan kasar, dia terdiam selama beberapa detik.  "Terus gue harus gimana supaya Lo diam, Freya?"

"Mmm ... Ada satu cara supaya aku gak nyebarin video ini dan jaga rahasia kamu selamanya," ucap Freya seraya tersenyum kecil.

Huh. Kali ini Alvaro merasa benar-benar jijik melihat senyumannya itu!

"Apa?" Alvaro terlihat sangat penasaran.

"Kamu ... Harus jadi pacar aku," kata Freya. Ia terlihat seakan gampang mengatakan kalimat itu, padahal perasaannya justru sedang berkecamuk tak menentu.

"Pacar?"

Freya mengangguk. "Gimana?"

"Nggak, gue gak bisa," elak Alvaro.

"Oh, yaudah deh. Paling kalo kamu viral nanti tubuh kamu bakalan jadi bahan penelitian para ilmuan. Nggak tau hidup, nggak tau mati," jelas Freya santai seraya memakai kembali tas sekolahnya.

Mendengar hal itu, nyali Alvaro kembali menciut. Diketahui orang banyak tentang rahasianya ini, sungguh seperti mimpi buruk bagi Alvaro.

"Tu ... Tunggu," ucap Alvaro sebelum Freya benar-benar keluar dari kelas.

"Apa lagi?"  Tanya Freya yang kini berusaha memalingkan muka.

Lagi-lagi kini Alvaro menghela napas berat. "Oke, gue mau jadi pacar Lo," ucapnya dengan setengah hati karena keterpaksaan.

Freya yang mendengar hal itu langsung berbalik menatap Alvaro. Matanya nampak berbinar bahagia. Benarkah yang ia dengar barusan? Laki-laki yang menjadi primadona sekolah itu kini menjadi pacarnya.

"Serius?"

Alvaro hanya diam mengamati tingkah laku Freya yang menjijikan itu. Bisa-bisanya dia mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Oke, kalau gitu aku pulang sekarang deh. Udah mau jam 6 soalnya. Dan ... Di luar ada payung aku, kamu pake aja, ya. Jangan sampai kena air hujan," ucap Freya penuh perhatian.

"Daaahh, Varo." Freya melambaikan tangannya pada Alvaro lalu segera pulang tanpa memperdulikan tubuhnya yang akan basah kuyup karena kehujanan.

Di bawah rintikan air hujan, Freya tersenyum simpul. Dia suka hujan, terutama saat ini.


🌼🌼🌼

Hallo, ada yg suka cerita dg genre fantasi? Kali ini ceritanya memang fiksi remaja namun aku selipin dg alur fantasi di dalamnya.

Semoga suka, ya😚🤗

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ygy

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cool BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang