Selepas pulang sekolah anara mendatangi pemakaman umum. Ia menginjakkan kakinya diatas rerumputan yang lebat. Ia mencari satu nama dan ketemu. Ia langsung duduk dan mengusap nisan bertuliskan Nadya Arini Adison. Adiknya sudah meninggalkannya sangat lama dan ini adalah tahun ke 3 ia tak bisa merayakan ulang tahunnya bersama adiknya. Anara sudah berjanji untuk tidak akan pernah melupakan dendamnya, yaitu menghabisi orang yang sudah membunuh adiknya.
"De gua janji gua akan balas mereka"
"Gua sampe sekarang masih cari siapa pelakunya. Bantu gua ya de" ia mengusap lembut nisan adiknya, tak terasa ia sudah meneteskan air matanya. Dadanya sesak ingatannya saat kecelakaan Arini terulang lagi didalam pikiran anara.
"Kaka gaakan biarin orang-orang itu bebas hidup diluar sana sedangkan Kaka harus kehilangan kamu"
Banyak yang anara bicarakan pada adiknya. Tak terasa kini sudah mulai sore dan awan sudah mulai menggelap tanda akan turun hujan.
"De gua pergi dulu ya, gua janji nanti akan bales mereka"anara beranjak dari tempatnya. Hari ini sengaja ia tidak minta dijemput dan ingin bermain hujan. Sudah lama sekali ia tidak bermain hujan. Ia menendang botol botol yang berserakan dijalanan. Tak lama hujan pun turun, wajahnya sangat senang ia bernari-nari dibawah derasnya hujan. Anara dari dulu sangat suka hujan, sudah lama ia tak bermain hujan seperti ini.
Dipinggir sana ada seseorang yang memberhentikan mobilnya, ia melihat anara yang sepertinya sangat senang dengan turunnya hujan. Ia tersenyum mengamati tingkah gadis itu.
"De kalo lu masih ada disini gua orang pertama yang akan ngajak lu main hujan-hujanan lagi"
"Waktu kecil kita sering main hujan kaya gini de. Dan gua masih inget katanya hujan adalah sumber kebahagian bagi lu"
"Lu inget gasih de lu meninggal juga Disaat hujan deras." Wajah Anara yang tadinya ceria kini berubah menjadi murung. Ia tahu adiknya kini sudah bahagia disana, tapi sampai saat ini ia masih belum bisa mengikhlaskannya pergi untuk selama-lamanya. Anara jadi badmood, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya sampai kerumah. Rajen mengikuti Anara dan ia ingin menawarkan boncengan kepadanya,agar anara tidak kehujanan. Pakaiannya sudah basah, baju putihnya sudah namplak memperlihatkan 2 payudara anara yang tertutup bra.
"Ini ujannya deras, nanti kalau lu sakit gimana?"
"Gausah so peduli sama gua, mending lu cabut dari sini. Ngeliat muka lu makin ga mood gua"Anara berjalan menjauh dari rajen.
"BRUK"
Ia jatuh tergeletak seperti orang tak berdaya. Rajen buru-buru menggendongnya dan memasukannya kedalam mobil. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dibawah derasnya air hujan. Ia sangat khawatir dengan keadaan anara kali ini,mukanya sangat pucat.
"Bocah kampret bangun dong. Bisanya ngerepotin orang terus"
Berbanding dengan perkataannya barusan, rajen kini benar-benar khawatir dengan anara. Tak lama ia pun tiba dirumah sakit, rajen memakirkan mobilnya asal sehingga ia harus berurusan terlebih dahulu dengan security.
"Mas maaf ini mobilnya gaboleh parkir disini,takut mengganggu orang yang lewat"
"Pak saya buru-buru ini teman saya tadi pingsan"
"Saya tau, tapi mending mas pakirkan mobilnya dulu ditempat parkir"
Rajen tak menggubris omongan security tadi, ia nyelong masuk kerumah sakit. Tak mempedulikan teriakan satpam.
"Dok tolong teman saya tadi pingsan"
"Baik, masnya bisa tunggu diluar dulu ya"suster dan dokter masuk kedalam ruang pemeriksaan. Diluar rajen duduk di kursi tunggu. Ia sangat cemas dengan keadaan anara saat ini, jika anara kenapa-kenapa nanti pasti rajen yang akan disalahkan. Tak lama pintu ruang pemeriksaan terbuka. Dokter keluar dengan senyum lebar.
"Dok gimana keadaan teman saya?"
"Masnya ini suaminya ya?"
"Suami?"rajen bingung dengan maksud ucapan dokter tadi.
"Istri mas hamil usianya masih 4 minggu"
"HAMIL?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajenara
Teen FictionAku akan terus mencintaimu Nara -rajendra- bahkan setelah kata perpisahan itu terucap Rajendra dan Nara masih saling mencintai satu sama lain. Tidak seperti mantan pacar yang saling bermusuhan. Seharusnya kita memang dari awal ga usah pacaran R...