viohei : [Cita-Cita Kecil Si Anak Desa]

470 33 2
                                    

Song : Cita Cita Kecil Si Anak Desa- Ebiet G. Ade
.......................................................................................

"Aku mau jadi petani saja!"

"Hah?"

Joko kemudian terbahak mendengar ucapanku. Memangnya salah, ya?

"Kenapa, Jok?" Tanyaku heran. Joko yang hanya mengenakan celana coklat selutut dan kaos dalam putih menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Kamu ini aneh," ia menggelengkan kepalanya. "Orang lain ingin menjadi dokter, insinyur, pengusaha. Lha, kamu? Mau jadi petani." Kemudian ia kembali tertawa.

Aku kemudian berdiri dan menepuk belakang celanaku yang kotor akibat duduk di pematang, sehingga sisa tebasan rumput dan tanah sedikit menempel. Aku berdehem.

"Jangan remehkan cita-citaku, Jok! Petani itu mulia! Siapa yang mau menanam padi lagi kalau tidak ada yang mau jadi petani?"

Joko mendengus, "Iya, Ijul."

"Nanti aku mau jadi petani kecil yang tinggal di sebuah rumah kecil denga sawah yang sangat luas di sekeliling rumahku!" Aku mulai menghayal dan berputar-putar. Sedikit tidakemperdulikan Joko yang menatapku aneh.

"Terus?"

"Nanti, aku tanami banyak tanaman! Terus di halaman belakang aku juga akan menelihara sapi, kambing, ayam, bebek, kerbau, em ... apalagi, ya?"

"Rakus kamu, Jul," Joko menendang pelan kakiku.

"Ah! Tambak ikan lele juga! Kemudian setiap hari aku bekerja di sawah dan mengurusi ternakku bersama istri dan anak-anakku! Whoaa!"

Nah, sekarang aku sudah memiliki bayangan mengenai keluargaku kelak. Keluarga bahagia yang tinggal di desa yang tentram, aman, nyaman, dan jauh dari hiruk-pikuk kota. Tidak ada suara klakson motor dan mobil yang saling sahut-menyahut. Tidak tercemar polutan. Benar-benar sempurna. Aku melompat senang, mendongakkan kepalaku melihat ke arah langit biru. Kedua lenganku kulipat di depan dada.

"Ah! Istriku juga harus cantik, cerdik, cekatan, dan pandai!"

"Woi! Cita-citamu tidak sesederhana yang kaubilang tadi!" Joko mulai kesal.

"Aku belum selesai! Kemudian aku akan jadi kepala desa dan membangun desaku menjadi desa terbaik yang pernah ada! Hebat, bukan?" Aku menyerigai.

"Astaga, aku tidak tahu harus berkata apalagi," Joko menghela napas, kemudian menyalakan radio berbentuk persegi panjang berwarna hitam yang tampak usang. Ya, inilah hiburan kami di sini. Mengetahui dunia luar dan segala halang rintang dengan suara.

"Ya, hanya keinginanku saja. Semoga saja. Karena segalanya ada di tangan Tuhan. Semoga saja Tuhan memberikan yang terbaik bagi-Nya untukku," aku kembali duduk dan tersenyum pada Joko, sobatku."

Joko tersenyum dan menepuk bahuku, "Paling tidak kau punya cita-cita, sobat!"

****

Aku pernah punya cita-cita hidup
jadi petani kecil
Tinggal di rumah desa dengan sawah
di sekelilingku
Luas kebunku sehalaman 'kan
kutanami buah dan sayuran
Dan di kandang belakang rumah
kupelihara bermacam-macam
peliharaan
Aku pasti akan hidup tenang, jauh
dari bising kota yang kering dan
kejam
Aku akan turun berkebun
mengerjakan sawah ladangku sendiri
dan menuai padi yang kuning bernas
dengan istri dan anakku
Memang cita-citaku sederhana
sebab aku terlahir dari desa
Istriku harus cantik, lincah, dan
gesit
Tapi ia juga harus cerdik dan pintar
Siapa tahu nanti aku 'kan terpilih
jadi kepala desa
'kan kubangkitkan semangat
rakyatku dan kubangun desaku
Desaku pun pasti mengharap aku
pulang
Akupun rindu membasahi bumi
dengan keringatku
Tapi semua itu hanyalah tergantung
padaNya jua
Tapi aku merasa bangga setidak-
tidaknya ku punya cita-cita
Tapi aku merasa bangga setidak-
tidaknya ku punya cita-cita

SongFict: SeandainyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang