Ada beberapa kebahagiaan kecil yang perlu disyukuri setiap akan memulai hari. Seperti tidak bangun kesiangan, bisa sarapan dengan lahap, dan berpamitan kepada orang tua ketika akan berangkat ke sekolah.
Cheisya memulai harinya dengan bangun tepat setelah adzan subuh tanpa mengecek beberapa pesan masuk pada ponsel pintar. Baginya memulai hari dengan menatap layar kecil itu bisa mengubah timeline seharian. Mungkin niat awalnya hanya untuk mengecek ada pesan masuk atau tidak, kemudian ketika muncul pesan yang membuat penasaran, akan dengan refleks dibuka dan menimbulkan penasaran-penasaran lain untuk membuka notifikasi lain. Maka, ketika bangun Cheisya akan melihat jam pada jam digital yang diletakkan di sebelah kasur, kemudian bangkit untuk sekedar cuci muka atau pergi ke dapur untuk melihat Bunda sedang memasak apa.
Hari Minggu ini memang sudah seharusnya libur. Namun semalam ada pesan dari panitia lomba yang sebelumnya ia ikuti, untuk segera datang ke sekolah hari ini."Hari ini jadi ke Smanlapan, teh?" Bukan sapaan selamat pagi, tapi pertanyaan basa basi dari Bunda untuk memastikan kegiatan anaknya hari ini.
Cheisya mengangguk dan mendekati Bunda ke dekat kompor gas. "Jadi, Bun. Kata Kang Rey jam 8 aja janjian depan gerbang."
Kang Rey adalah panitia lomba yang disebutkan sebelumnya. Seminggu yang lalu, Cheisya dan tim sekolahnya baru saja memenangkan lomba matematika tingkat provinsi yang diadakan oleh SMAN 86 Bandung. Bunda menyingkatnya dengan Smanlapan, sementara Cheisya dan anak muda lainnya biasanya menyebut 86 alias lapan enam.
Hadiah utama dalam perlombaan kemarin adalah golden tickets untuk 3 peserta dengan skor individu terbanyak selama lomba. Tentu saja Cheisya adalah salahsatunya. Maka maksud kedatanyannya nanti ke SMAN 86 adalah untuk menyampaikan apakah tiket tersebut akan ia ambil atau tidak.SMAN 86 bandung memang impian Cheisya. Sekolah tersebut terkenal dengan siswa-siswi yang memiliki banyak prestasi, sopan, dan minim sekali desas desus tidak baik. Setiap tahunnya sekolah ini terus banjir pendaftar, namun kuota penerimaannya hanya sekitar 250 siswa dengan berbagai jalur masuk. Jalur utama penerimaan siswa disana adalah tes dan juga sertifikat prestasi akademik/non akademik. Kemudian tahun ini untuk pertama kalinya akan ada jalur golden tickets.
"Nanti berangkat sama siapa, Teh?"
"Sendiri aja gapapa kan ada angkot yang lewat sana." Nah ini satu lagi alasan Cheisya ingin sekali masuk 86. Ada angkot dari dekat rumahnya dengan rute langsung ke depan sekolah. Selama SMP ia perlu diantar jemput karena susah sekali aksesnya. Maklum, sekolahnya ada didalam gang. Jadi perlu naik motor untuk sampai kesana dengan cepat. kalau Bapak senggang, biasanya diantar sampai depan sekolah. Kala sibuk, ya harus jalan kaki. karena naik ojek rasanya sayang uang. Mahal.
"Kamu udah pernah ketemu sama Kang Rey?"
"Belum. Eh, atau udah ya?"
"Loh kok gitu?"
"Kayaknya sih ketemu ya pas lomba kemaren. Tapi akunya ga ngeuh kan yang mana orangnya."
"Atuh gimana nanti ketemuannya?"
"Gampang itu mah"
"Anterin sama Bapak aja atuh, yuk!" Bapak dengan masih menggunakan setelan koko dan sarung gajah duduknya tiba-tiba muncul dari belakang. Cheisya dan Bunda sontak menoleh walaupun sudah sama-sama tahu bahwa itu Bapak.
"Sendiri aja. Deket ini kan"
Bapak tidak membalas apapun, hanya tersenyum ceria dan mencubit hidung Cheisya agak keras.***
Untuk sampai ke 86, cukup jalan sebentar keluar perumahan dan naik angkot hijau-kuning sekali saja dan sampai dalam waktu 15 menit saja. Tadi Cheisya berangkat sekitar pukul setengah delapan dan sampai 15 menit lebih cepat dari waktu janjian. Gerbang sekolah memang selalu terbuka di hari libur namun masih ada satpam yang berjaga disana.
Suasana sekolah juga tampaknya masih ramai oleh beberpa siswa yang menggunakan baju bebas. Tentu saja untuk apa memakai seragam di hari libur?
Ini kali keempat Cheisya memasuki SMAN 86 dan ketiga kali sebelumnya adalah ketika ia mengikti lomba. Untuk bagian depan sekolah ini, ia tidak terlalu asing. Termasuk kantin sekolah yang berada di dekat pos satpam. Beberapa kali Cheisya dan teman-temannya jajan disana selama jeda lomba. Namun untuk duduk di kursi satpam seperti sekarang ini, masih cukup asing. Apalagi beberapa siswa sempat melirik ke arahnya. Mungkin mereka tidak ada pikiran apapun, namun karena semuanya masih asing, Cheisya menerka-nerka kira-kira apa yang membuat mereka melirik ke arahnya. Apakah ia terlalu asing untuk memasuki kawasan ini?
Belum selesai melamun, ponselnya terasa bergetar. Ia memang jarang sekali menggunakan mode dering pada ponselnya. Karena cukup peka terhadap getaran yang dihasilkan gawai tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chrysanthemum
RomanceKrisan putih bermakna kesetiaan ataupun kejujuran. Dengan banyaknya pertemuan yang ada di Bumi, Cheisya berharap tidak pernah bersinggung dengan apa yang bukan untuknya. Dengan banyaknya percakapan yang ada di Bumi, Reyhan berharap tidak pernah ada...