13. Lie

1.4K 252 15
                                    

Sejak kemarin Sunoo hanya bisa diam tanpa memulai pembicaraan dengan Jake. Pria manis itu masih enggan mengatakan apapun setelah kejadian ia dan ibunya membawanya ke rumah mereka.

Terkadang Sunoo akan mendapati Jake menangis lagi di setiap kesempatan. Ia paham jika temannya itu sangat sedih tentang perkataan ayahnya.

Hah, dia jadi bingung harus berbuat apa. Tapi, sepertinya dia memikirkan hal gila untuk sekarang ini.

Sunoo menghampiri Jake yang duduk di depan rumahnya. Ia ikut duduk di sebelah pria itu. Jake menoleh sekilas tapi tak berselang lama dia kembali menatap gelapnya langit malam.

"Eum, Jake?"

"Apa?" Balas Jake tanpa mengalihkan fokusnya ke langit malam.

"Aku ada ide gila yang entah akan berguna atau tidak," Sunoo mengambil nafas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya perlahan. "Aku tau dimana matemu berada, mau aku antar ke sana?"

Tadinya Jake tidak ingin merespon apa pun. Namun, mendengar perkataan Sunoo membuatnya menoleh dengan tatapan tidak percaya. "Apa maksudmu? Kamu tau dimana kak Heeseung?"

Sunoo mengangguk. "Iya. Entah ini berguna untukmu atau tidak, tapi menurutku kamu akan merasa lebih baik jika bertemu dengan kak Heeseung."

Tak lama Jake menintikkan air matanya lagi. Sunoo panik, dia langsung meminta maaf jika dia salah bicara. Jake menggeleng pelan sambil menghapus jejak air matanya.

"Jangan meminta maaf, kamu tidak salah." Ucapnya sambil mencoba tersenyum.

"Kamu membuatku panik. Jadi, mau bertemu dengannya?" Tanya Sunoo sekali lagi. Yang mana langsung mendapat anggukan dari temannya itu.

Senyuman di wajah manis Jake, membuatnya ikut tersenyum. Sunoo berdiri dan mengulurkan tangannya pada Jake. Setelah ditanggapi ia membantu Jake untuk berdiri.

Sunoo merasa ini akan menjadi rencana gila untuknya. Dia memang sudah berkata untuk tidak bertemu lagi atau berurusan dengan bangsa vampir. Hanya saja ini darurat.

Demi kebahagiaan Jake. Dia akan melakukannya.

"Baiklah, ayo kita kesana!" Serunya dengan semangat.

"Mau kemana?"

Baik Sunoo dan Jake, keduanya langsung menatap ke depan mereka. Disana ada sosok pria tinggi dengan bahu tegap dan surai pirangnya. Itu Niki.

"Ke toko buku." Balas Sunoo dengan cepat. Dia tak bisa memikirkan hal lain selain alasan itu.

Niki menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menatap kedua omega yang saling pandang di depannya. "Ini sudah hampir larut, kamu yakin ingin ke toko buku?"

"T-tentu saja. Untuk apa aku b-berbohong?" Kata Sunoo sedikit terbata-bata. Ini kedua kalinya dia berbicara omong kosong. Dia tidak bisa mengatakan ini akan menjadi terakhir kalinya dia berbohong pada Niki.

Tangan Niki terulur untuk mengusak kepala Sunoo dengan gemas. Dia tersenyum kecil. "Baiklah, kamu bisa pergi. Ingat jangan terlalu lama atau ibumu akan khawatir."

Sunoo mengerucutkan bibirnya, ia meraih tangan Niki yang masih bertengger di pucuk kepalanya. "Iya, aku mengerti."

Kemudian dia meraih lengan Jake, pria manis itu sejak tadi hanya diam sambil menonton. Bingung dengan keberadaan alpha asing tersebut.

Pada akhirnya ia hanya mengikuti apa yang direncanakan Sunoo. Dia paham benar, kalau temannya itu berbohong tadi. Tidak mungkin juga, mereka mencari Heeseung ke toko buku di desa ini.

Kedua omega manis itu mengambil arah ke toko buku, tapi ketika sudah di depan sana, Sunoo langsung menarik Jake ke jalan sempit di sebelahnya.

Ini cara terbaik untuk menipu matenya, berdoa saja semoga Niki tak curiga padanya karena telah menipu pria itu. Tapi, yang membingungkan adalah kenapa Niki ke rumahnya?

Itu sangat mendadak.

"Kamu yakin ini jalannya?" Tanya Jake dengan ragu, entah kenapa semakin masuk ke dalam hutan dia merasa tak enak dengan suasananya.

"Iya, Jake. Lagi pula hanya tinggal sedikit lagi dan kita akan sampai di tempat sementara kak Heeseung dan si menyebalkan tinggal."

Agaknya mendengar itu Jake sedikit bingung, siapa 'si menyebalkan' yang dimaksud oleh Sunoo? Ah, bukankah itu artinya Heeseung tidak sendirian?

Sunoo hanya berjalan lurus mengikuti arah rumah yang sebelumnya pernah ia gunakan untuk mengobati kedua vampir itu.

Sejujurnya ketika ia dan Jungwon dijemput mate mereka, kedua vampir itu mengatakan kalau mereka akan tinggal di rumah kosong itu untuk sementara waktu.

Ya mau bagaimana lagi, menurutnya baik Heeseung dan si menyebalkan, keduanya sama-sama melanggar hukum bangsa yang berlaku pada sesama vampir.

Senyuman Sunoo mengembang ketika melihat seorang pria yang tengah membawa kayu dan mengumpulkannya di depan sebuah rumah.

Ia menoleh ke arah Jake yang terdiam, tengah melihat ke arah yang sama dengannya tadi. "Kita sampai, itu kak Heeseung." Bisiknya sambil melepaskan genggamannya pada temannya itu.

"Kak Heeseung" panggil Jake dengan suara pelan, namun siapa sangka pria yang merupakan matenya itu langsung menoleh ke arahnya.

Heeseung yang tadi sibuk mengumpulkan kayu untuk memperbaiki rumah langsung menghentikan pekerjannya. Ia menatap sang mate dan juga Sunoo secara bergantian.

Sedangkan Jake tak membutuhkan waktu lama lagi dan segera menghampiri yang lebih tua, kemudian memeluknya dengan air yang mengembun pada matanya. Bahkan tanpa ragu Heeseung membalas pelukannya, lebih erat seakan matenya akan hilang jika ia lepaskan.

Melihat itu Sunoo semakin mengembangkan senyumnya, sampai akhirnya tersadar ketika sesuatu melesat ke arahnya dengan begitu cepat.

"Kita bertemu lagi." Itu Sunghoon, dia menampilkan senyuman miringnya terhadap yang lebih pendek.

Sunoo menatapnya sinis. "Jangan sok akrab denganku, sana pergi!" Usirnya dengan nada tak suka.

Sungguh dia tidak percaya akan dihampiri langsung oleh si vampir menyebalkan ini. Padahal dia berharap pria itu tengah pergi mencari mangsa atau apa gitu, asal tidak ada di sini saja.

"Ucapanmu semakin hari bukannya semakin manis kenapa semakin kasar?" Tanya Sunghoon dengan nada menyebalkan.

Sunoo melotot, sial apa-apaan itu, melihat wajah menyebalkan Sunghoon membuatnya kesal bukan main. Ia pun langsung menendang tulang kering pria itu. "Rasakan," dia tersenyum melihat Sunghoon yang meringis.

Tapi, ternyata ringisan itu hanya tipu muslihat. Terlihat bagaimana Sunghoon yang langsung merubah raut wajahnya kembali ke semula dengan mudah. "Tendanganmu itu hanya seperti seekor tikus yang tanpa sengaja menginjak kakiku, Sunoo."

"Sialan!" Umpat Sunoo sambil melayangkan telapak tangannya untuk menampar Sunghoon, tapi gagal karena ditahan oleh pria itu.

Sunghoon tersenyum, dia menggenggam jemari itu tanpa penolakan dari sang empunya. Ia merunduk sedikit guna melihat wajah Sunoo yang memerah karena marah.

"Aku hanya bercanda, kenapa kamu serius sekali hm?" Ujarnya dengan suara yang lembut.

Sunoo mendengus kesal. Sungguh ini semakin menyebalkan untuknya. Apa yang akan menjadi lebih buruk lagi selain bertemu dengan Sunghoon?

"Kamu mengatakan akan ke toko buku? Apa toko bukunya pindah ke hutan, mateku?"

--

Tbc

Sssuttt, jangan lupa vote dan komen ya, vote doang juga gapapa, yang penting ada tanda tanda kehidupan di book ini♡

Oke bapak psh dan mantan suami aku udh ketemu, siap perang epribadeh?

Two Mate'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang