Tandai jika menemukan typo.
Jangan lupa votenya guys!
Selamat membaca:')
~~~🌸~~~
.
..
...
Bunyi gemerincing lonceng angin terdengar memenuhi kafe, membuatku yang sedang sibuk mencuci gelas mendongak dan melihat pintu kaca kafe yang didorong oleh tangan keriput seorang nenek.
Gaya pakaian dan sikapnya yang cukup elegan menunjukkan kalau nenek itu haruslah orang kaya atau orang yang cukup berpendidikan.
Ku pasang senyum ramah di wajah saat nenek itu berjalan perlahan menuju konter tempatku berdiri. Aku memperhatikan wajahnya yang kental sekali dengan kesan kebanyakan orang Indonesia.
"Halo. Ada yang bisa saya bantu, nek?" tanyaku saat melihatnya menatap etalase tempat diletakkannya kue-kue yang ku dekorasi dengan cantik.
"Kamu punya klepon, nak?"
Tidak ada raut wajah kaget saat kudengar permintaannya yang tidak masuk akal. Klepon memang tidak akan ada di kafe pada umumnya, tapi kafe ku menyediakan semua jenis makanan dan minuman.
"Ada, nek. Nenek mau yang original isi gula merah atau mau request isian tertentu?"
Nenek itu tersenyum, lalu dia mengeluarkan uang sepuluh ribu rupiah dan meletakkannya di depanku. "Isi gula merah, nak." katanya.
Ku ambil uang itu dan meletakkannya di tempat uang dan pergi ke belakang. Hanya butuh waktu tiga puluh detik, aku kembali membawa lima kue klepon yang pastinya sudah ku dekorasi di piring.
"Silahkan, nek"
Nenek itu memakan klepon sementara aku melanjutkan kegiatanku mencuci gelas. Tadi siang ada banyak orang yang datang, kebanyakan dari mereka memesan minuman dan aku baru bisa mencuci gelasnya sekarang.
Tidak ada orang lain di kafe ini selain aku. Jika orang yang datang sudah pergi, kafe ini terasa sangat sepi dan sunyi.
"Nenek mau pergi kemana?"
Dengan iseng ku tanya sang nenek, lagipula tidak baik membiarkan pelanggan terdiam tanpa sekedar basa basi dengan suasana mencekam semacam ini.
"Nenek mau beli buku komik di Salemba. Cucu nenek besok ulang tahun." jawabnya sambil memakan klepon pelan-pelan.
Aku sudah selesai mencuci gelas dan berjalan mendekati nenek dengan segelas air hangat. Ku letakkan air di dekat piring klepon, berharap sang nenek tidak seret saat memakan klepon itu.
"Sebaiknya nenek tidak pergi sore ini. Diluar kayanya mendung. Mungkin sebentar lagi turun hujan dan jalan pasti licin" saranku setelah melirik sejenak keluar.
Nenek itu hanya mengangguk ala kadarnya lalu pergi setelah memberi senyum padaku dan berterima kasih. Melihat punggungnya yang agak membungkuk, aku menghela napas.
Karena bosan, ku ambil sepotong strawberry crispy cake dari etalase dan memakannya. Rasa manis asam dari stroberi mendominasi mulutku. Saat potongan terakhir masuk ke mulutku, lonceng angin kembali berbunyi.
Kali ini adalah seorang anak laki-laki kecil dengan bola sepak ditangannya. Pakaian ditubuhnya basah kuyup dan banyak jejak air yang ditinggalkannya dilantai saat ia mendekatiku.
Ah, aku baru sadar kalau diluar hujan sudah turun dengan derasnya. Mungkin aku terlalu menikmati kue sampai tidak sadar kapan hujan turun.
"Kak, aku bisa makan ini?" katanya dengan suara yang terdengar manis bagiku. Telunjuknya menunjuk pada sepotong tiramisu dengan topping Oreo vanila.
Setelah menunjuk, dia mengeluarkan uang lima ribu rupiah yang basah dari sakunya. Mungkin dia sadar dan langsung menatapku, "Maaf, kak. Duitnya basah"
Aku tersenyum, menepuk kepalanya. "Nggak papa." ujarku lalu mengambil uang itu. Kuberikan tiramisu padanya sekaligus kuberi dia bonus segelas hot chocolate.
Tidak ada harga khusus yang ku tetapkan untuk makanan dan minuman di kafe ku. Setiap makanan dan minuman yang pelanggan inginkan akan ku beri tak peduli berapa uang yang mereka bayar.
Diam-diam ku nyalakan pemanas di kafe dan secara ajaib, baju anak itu langsung kering. Melihatnya makan sedikit demi sedikit dan pipinya secara bertahap menggembung membuatku ingin sekali mencubitnya.
Aku heran. Bagaimana anak sekecil ini bisa menemukan kafe ku. Tapi setelah mengingat sesuatu membuatku sadar, kalau anak kecil pun tidak akan lepas darinya.
"Adik habis main sepak bola, ya?" Lagi-lagi aku iseng bertanya. Rasanya menyenangkan mendengar cerita dari pelanggan ku. Apalagi cerita yang mereka bawa terkadang membuatku terhibur.
Pertanyaan yang ku lontarkan membuat kepala anak laki-laki yang menunduk memakan kue itu mendongak dan menatapku dengan mata hitamnya, aku yakin warna matanya benar-benar hitam.
"Iya, kak. Padahal tadi masih seru-serunya main, eh, tiba-tiba aja langsung hujan. Nyebelin banget" keluhnya dengan bibir mengerucut seperti bebek.
Mendengar nadanya yang penuh keluhan dan kesal entah kenapa malah membuatku tertawa kecil. Aku mendekat dan menepuk kepalanya, "Nanti pas pulang, jangan lewat jalan didepan kantor ATR/BKN ya, dik. Bahaya, lho"
Kepalanya yang kecil dengan rambut lebat yang terasa sangat lembut saat ku sentuh itu mengangguk. Tapi sejenak ia terdiam dan ragu. "Tapi mama dan papa nanti mau jemput, kak"
"Pokoknya jangan lewat di sana. Bahaya lho"
Tidak peduli apakah anak laki-laki kecil itu mengikuti nasehat yang kuberikan atau tidak, tidak ada yang bisa merubah takdir yang akan terjadi.
Ku perhatikan punggung kecil yang melangkah menjauh. Sejenak sebelum membuka pintu kaca, dia berbalik dan memberikan senyuman manis yang bagiku semanis madu.
Bibirku mengulas senyum membalas senyumnya dan anak itu melambaikan tangannya dengan riang. Setelahnya dia pergi dari kafe meninggalkan suasana sepi kembali lagi.
Melihat hujan yang terus turun dan suasana kafe yang benar-benar sepi membuatku malas melakukan apapun. Lebih baik kalau aku menutup kafe lebih awal dan bergelung dibalik selimut merah mudaku.
.
..
...
"Kecelakaan terjadi sore ini, pukul 17.23 WIB. Menurut saksi mata, hujan deras mengakibatkan jalanan licin dan membuat truk yang mengangkut kelapa sawit kehilangan kendali dan menabrak SUV yang tengah melaju dari arah berlawanan"
Aku sedang duduk di depan tv, memeluk toples kaca besar yang berisi keripik singkong pedas ketika saluran tv lokal menayangkan berita kecelakaan.
"Kecelakaan itu menewaskan sepasang suami-istri yang berada dalam SUV sementara sopir truk mengalami luka berat. Polisi sedang menyelidiki tempat kejadian perkara dan meminta keterangan dari saksi"
Tanganku yang memegang keripik dan hendak menyuap mulut membeku. Bulu mataku bergetar dan kelopaknya berkedip-kedip. Sementara otakku sedang mencerna berita dengan linglung.
Hah?! Cuma dua orang yang mati? Terus gimana anak kecil itu? Nggak jadi mati?
Kejadian ini benar-benar pertama kalinya terjadi dan membuatku bingung. Biasanya, tidak peduli pesan apapun yang kuberikan pada pelanggan ku, mereka akan mengacuhkannya.
Kalian benar. Pelanggan ku adalah orang-orang yang sebentar lagi akan mati. Hanya mereka yang bisa menemukan dan datang ke kafe ku.
Sebelum berita kecelakaan ini, sudah ada berita kecelakaan lain. Dan kalian tahu? Korban yang tewas adalah nenek yang sore ini memakan klepon di kafe ku.
Gimana cara anak itu selamat? Jangan-jangan dia nggak lewat sana karena pesan dariku?
~~~🌸~~~
.
..
...
{Senin, 01 Januari 2024}
KAMU SEDANG MEMBACA
Dying Café
FantasyDying Café... Kafe tempat Aeera bekerja bukanlah kafe biasa. Hanya mereka yang 'dipilih' yang bisa datang dan menyantap hidangan yang dibuat sekaligus dihidangkan gadis cantik itu. Berawal dari nasihatnya, kejadian penyelamatan nyawa (sebenarnya ha...