01. After Married

312 22 0
                                    

BILLCOSTAIRE

     Setelah kematian ayahnya, istriku Blaire cenderung menutup dirinya. Kami hanya berbicara saat makan malam itupun hanya menanyakan bagaimana keadaan kantor. Aku sibuk di perusahaan, bertemu investor dan memeriksa pekerjaan para pekerja ku. Aku tidak ingin Blaire dan aku begini terus sampai kami mati, aku berjanji pada ayahnya untuk membuat dia bahagia.

    “Tuan Nick, anda ada jadwal dengan tuan Carter untuk membicarakan even baru kita di Navara Mall... Setelah makan siang pukul dua siang” ujar Cassandra. Aku mengangguk dan masih fokus pada laptop ku.

  Aku hendak menelfon Blaire, tapi sepertinya tidak. Blaire pasti sedang mengajar sekarang. Blaire dia menjadi seorang dosen sekaligus aktifis perempuan, terlibat dengan banyak yayasan dan kegiatan amal membuatnya sangat sibuk, atau mungkin itu caranya untuk menjauhi kecanggungan kami. Ini sudah terhitung 3 Minggu semenjak hari pernikahan kami dan kematian ayah Blaire.

     Seperti yang dijadwalkan aku bertemu Carter Chang, tuan Judith bercerita kepadaku kalau Ibu Carter adalah keponakan nenek nya, setelah dewasa dia pergi ke Taiwan menjadi model dan menikah dengan pemilik bank swasta Daniel Chang, ayah Carter. Nama ibunya sendiri Charlotta Hui, sebenarnya Blaire juga keturunan Tionghoa. Carter dan aku pertama kali bertemu saat rapat beberapa tahun silam, kami dekat karena memiliki pemikiran yang mirip. Dan dia bukan orang yang buruk, hanya saja terlalu berfoya-foya.

    Aku melihat Carter, dia duduk sambil memakan kentang goreng dan naget ayam disana. Aku melambaikan tangan kepadanya.

  “Saudara iparku! Hai ipar!” sapanya. Sedikit malu sebenarnya, satu sifat Carter yang lain adalah heboh.

  Aku hanya bisa tersenyum melihat dia, aku duduk saat banyak mata mengarah kearah ku dan Carter.

   “Apa yang mau kau bicarakan sehingga ini tiba tiba sekali?!” tanyaku langsung.

  “Bukan nya Nevara Mall sudah dibicarakan dua bulan lalu?”

   “Kau ini, bisa sabar tidak? Pesan dulu kau mau apa aku traktir” katanya, aku pun memesan ice coffee karena aku bosan minum kopi panas terus terusan di kantor.

   “Sebenarnya aku cuman mau bertemu kamu, kau sudah jadi keluarga ku seutuhnya loh, ipar... Kau menikahi keponakan ku Blaire” katanya sombong.

  “Selamat atas pernikahan kalian, semoga kalian bisa menjadi pasangan yang baik dan tidak terpisahkan sampai maut lah yang memisahkan kalian...” katanya menjabat tangan ku.

  “Bagaimana kabar Blaire ? Bilang padanya aku dan ibu akan datang hari Minggu ya” aku hanya bisa mengiyakan. Sampai pukul lima aku dan Carter memutuskan untuk bermain bowling.

   Kami memang dekat, untuk bermain bowling rasanya tidak seru tanpa satu teman kami yaitu, Loren Javier.

    Tentang Loren? Dia seperti nya yang paling tampan diantara kami. Semenjak kami berteman beberapa tahun silam dan menghabiskan waktu bersama gadis gadis selalu mencari perhatian Loren. Termasuk Blaire, kelihatan nya Blaire pernah menyukai Loren.

   “Aku menang, semuanya jatuh...” seru Loren senang.

  “Kalian berdua harus membelanjakan aku sesuatu, minimal aku mau anggur dari 1987” godanya. Dasar peminum, tapi tidak berbeda dengan kami.

  “Selalu suka Vintage ya” balas Carter. Kami bertiga tertawa.

  “Terutama pengantin baru, aku butuh traktiran besar karena kalian tidak mengadakan resepsi”

  Aku membantah Loren “Kami akan gelar resepsi, bulan depan. Kau tunggu saja” kataku.

  “Pesta mu selalu buruk, Nick. Aku bertaruh pesta Agustin waktu itu lebih baik daripada pesta mu besok,  aku bertaruh dengan Anggur 1973” ini biasa, kami selalu bertaruh.

  “Aku bertaruh kalau pesta Nick seru kau memberikan aku Hungaria Wine 1980 milik mu” mereka berjabat tangan sepakat. Aku hanya bisa melihat bagaimana akhir dari taruhan mereka.

   ——

     Aku pulang jam tujuh malam, aku sudah melihat Blaire yang sedang menata ruang makan. Blaire memasak untukku, dia bilang dia tidak percaya masakan orang lain dan dia bilanh itu impian nya memasak untuk suami dan keluarga.

    “Wangi nya enak sekali, apa yang kamu masak?” tanyaku. Aku melihat ada luka di tangan Blaire.

    “Aku buatkan Osso buco” olahan daging sapi dengan mashed potato yang dimasak dengan berbagai rempah, makanan ini asalnya dari Italia. Osso buco buatan nya memang lezat. Ini bukan pertama kali aku mencobanya tapi ini benar benar membuat hatiku hangat.

     “Bagaimana pekerjaan mu ?” tanya nya sambil memotong daging di piringnya. Aku selalu menatap nya saat berbicara.

   “Semuanya baik, aku bertemu Carter dan Loren sore ini. Carter bilang bibi Charlotta akan berkunjung kerumah Minggu ini... Dia mengucapkan selamat atas pernikahan kita, dia baru pulang dari New York” Blaire mengangguk.

  “Bagaimana rasa masakan ku? Kau suka ? Sebenarnya ada bumbu yang kurang di masakan ini”

   “Rasanya enak, aku tidak sadar jika ada yang kurang... Masakan mu tidak pernah gagal, terimakasih karena kau telah memasak nya” itu fakta, aku tidak merasa ini berbeda dengan Osso buco biasanya.

   “Sama sama aku senang melakukan nya” balasnya.

   Setelah makan malam aku mencuci piring makan sementara Blaire membersihkan meja. Setelah menikah Blaire memulangkan Bibi Rum, dia memanggil jasa bersih bersih perhari yang jika malas baru dia suruh. Kami mengerjakan semuanya dirumah sendiri.

     Setelah itu lanjut dengan bersih bersih dan bercerita sebum tidur, entah yayasan atau tentang kantor.

   “Yayasan Anna Rose akan membuka open donasi untuk panti asuhan yang akan dibangun di belakang gedung Mount Amiere, pasti asuhan mereka yang berada di daerah Glan sudah penuh...” ujar Blaire.

   “Kita akan berdonasi” balasku. Aku mendukung Blaire dengan semua tindakan baiknya.

   “Aku tau kau akan mengatakan nya” balas Blaire.

  “Nona Anna Rose sendiri akan menggelar pertemuan donatur untuk itu di tanggal 17 bulan depan. Kita akan datang kan” aku mengangguk. Blaire terlihat senang, sejauh ini kami berteman. Kami tidak pernah melakukan 'hubungan' walau kadang aku tergoda tapi aku tidak akan memaksa Blaire.

  “Resepsi kita ? Bagaimana kalau kita mencoba bajunya di hari Sabtu?”

   “Undangan juga belum kita susun tapi ini hanya untuk teman keluarga serta rekan kerja dekat” ujar Blaire.

  “Tentu, kau siapkan saja nama teman teman mu dan keluarga  dan aku urus rekan kerja” jawabku.

  “Great! Baiklah ini akan hebat...”
  
   Aku memberanikan diriku untuk bilang sesuatu pada Blaire. Aku terdengar seperti orang kikuk.

   “Blaire, apa kita boleh berpelukan?”



——
BILLCOSTAIRE

...

 

  

Billcostaire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang