2. 4 + 4 = 8

104 7 0
                                    

Reygan termasuk ke enam saudaranya, kini sedang bersawah di kota sebelah. Memerlukan hampir dua jam dari rumah menuju sawah menggunakan mobil pick up.

Alasan mereka ingin bertani hanyalah untuk merasakan kehidupan seorang petani dan juga ingin membantu sedikit-demi sedikit menafkahi keluarga mereka. Bahkan Jievan dan Zio pun tidak mengeluh. Jika mereka sudah bosan bertani, mereka akan ke ladang sampingnya untuk bermain kotor-kotoran dengan lumpur untuk menunggu abang-abangnya selesai dengan pekerjaan.

Jievan kini sedang membantu Ezra menanam padi dan juga Nathan. Sedangkan yang lainnya mencabut padi yang sudah tumbuh padinya. Dan mengumpulkannya di gerobak coklat pada pinggir sawah.

"Abang, tadi pagi Jievan nemu kerang pertama loh, sama bang Cakra!" Seru Jievan.

"Oh ya? Udah tunjukin ke bapak?" Sahut Ezra.

"Udah dong! Jievan juga liat kerang pertamanya bapak sama bunda."

Ketiganya menghabiskan tenaga mereka untuk menanam padi sambil bercerita tentang keseharian mereka.

Jika sudah terkumpul banyak, mereka akan menggilirnya dimesin penggilir padi, dan jika sudah terkumpul banyak menjadi beras, mereka segera mengantarkannya di warung-warung terdekat.

***

Selesai sudah pekerjaan mereka. Sesudah mereka pergi mengantarkan beras, mereka semua sepakat hanya berjalan kaki untuk pulang kerumah. Sesekali tidak menggunakan kendaraan dan menikmati angin sejuk.

Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya Jievan dan Zio berdebat tentang apa saja yang berujung kejar-kejaran dipinggir jalan. Membuat semua lelah dengan sikap kedua adiknya itu. Tau begini, mereka tidak lagi berjalan kaki.

Setelah menempuh beberapa lamanya waktu mereka gunakan, akhirnya mereka sampai dirumah dengan bapak duduk santai di ruang keluarga.

"Assalammualaikum, loh bapak, kok bisa ke ruang keluarga?" Ucap Rendi.

"Waalaikumsalam, ya Allah, kalian lumpur-lumpur begini. Buruan mandi."

"Eh, iya pak."

Ketujuhnya segera masuk kekamar masing-masing dan melakukan perintah bapak.

Reygan yang pada dasarnya bisa mandi hanya dalam 5 menit, kini sudah kembali di ruang keluarganya dengan baju santai miliknya. Lalu kembali bertanya. "Kok bapak bisa kesini sendiri? Gak sakit pak?"

"Haha, tadi ada si Mila. Kesini bawain buah. Tadi bapak minta tolong Mila buat bantu bapak duduk disini. Udah lama bapak gak ngobrol-ngobrol sama kalian disini. Bapak kangen suasananya."

Reygan hanya menjawabnya dengan anggukan kecil. 20 menit lamanya bapak dan Reygan berbincang-bincang sedikit sambil menunggu yang lainnya datang, akhirnya pun selesai mandi semua.

Bapak yang selalu peka dengan keadaan melihat lengan Jievan diplester pun bertanya. "Itu kenapa tangannya? Itu juga kenapa matanya sembab."

"Tadi kena lintah pak." Nathan yang membalas.

Memang tadi ada drama Jievan panik saat mandi dan menjerit memanggil siapa saja yang mendengarnya. Rendi dan Nathan tadi yang sudah selesai bergegas ke kamar si bungsu. Drama lainnya, Jievan menangis karena lengannya diberi obat oleh Rendi, dan juga Rendinya emosian karena Jievan tidak mau diam saat diobati.

Solusinya: dipangku, dipeluk, ditahan oleh Nathan. Baru Jievan bisa diam. Barulah Jievan memakai baju dan ketiganya keluar dari kamar Jievan.

flashback

"Diem gak lo?"

"Gamau sakit! Lepasin abang!" Jievan kini meronta-ronta didekapan Nathan.

"Diem dulu, sakit nya bentar doang abis itu udah. Kalo gini gak selesai-selesai! Mau sampe kapan, Jie?" Omel Rendi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang