3. Isi Hati

5.2K 841 29
                                    

Gia bertanya-tanya sejak tadi dalam hati pada dirinya sendiri. Dia melakukan kesalahan apa pada kakaknya? Sampai-sampai Revan dan Meira terus saja memamerkan kemesraan di depannya yang sedang menikmati sakit hati.

Oke, bukan hanya dia yang risih dengan keadaan. Sepertinya, Jeffan yang merupakan sahabat Meira juga agak gak enak hati ada satu meja dengan mereka. Entah dia merasa jadi pengganggu, atau memang terganggu dengan kemesraan sang sahabat bersama suaminya.

"Aku diajak cuma buat jadi obat nyamuk gitu?" Gia melontarkan pertanyaan dengan nada sebal saat Revan membersihkan sisa makanan di sudut bibir Meira. Mata Gia langsung memicing tajam melihat Revan yang menyeringai. Wah, sepertinya Revan memang ada niat memanasinya yang sekarang berstatus jomblo dan belum move on.

"Makanya cari pacar lagi." Revan membalas dengan enteng. Jika saja mereka sedang berdua, ingin sekali rasanya Gia menggeplak kepala sang kakak yang sangat menyebalkan.

"Jeffan, Anna mana? Dia gak nyariin kamu kah?" Meira bertanya pada Jeffan yang duduk berdampingan dengan Gia.

"Dia pasti sedang sibuk dengan teman-temannya," jawab Jeffan kalem. Dia mengambil lemon tea miliknya dan menyeruputnya dengan perlahan.

"Gitu ya. Oh ya, kabar Tante Leni bagaimana? Rasanya aku udah lama sekali gak ketemu ibumu," ucap Meira. Dia terlihat santai sekali mengobrol dengan Jeffan di depan suaminya sendiri. Namun, Gia lihat Revan juga terlihat sama santainya. Bisa gitu ya? Padahal kalau Gia di posisi Revan, pasti sudah ketar-ketir kalau pasangan kita terlalu akrab dengan sahabatnya.

"Ibu baik-baik saja, Mei. Sekarang sih lagi kesenangan nanyain kapan nikah sama Kak Liana," jawab Jeffan. Sebuah informasi, Liana adalah kakak perempuan Jeffan yang masih single di usianya yang sudah lewat 30 tahun.

"Agak susah mematahkan pepatah orang tua zaman dulu tentang seorang adik yang gak boleh melangkahi kakaknya menikah," ujar Revan. Jeffan mengangguk setuju. Karena pepatah itu juga dianut oleh keluarganya. Yang artinya, dia dan ketiga adiknya tidak dibolehkan menikah jika Liana sebagai kakak tertua belum menikah.

"Huum. Padahal ya jodoh tiap orang itu kan beda-beda waktu datangnya," timpal Meira.

Gia hanya diam mendengarkan. Dia tak menyimak dengan baik, tapi bisa mengambil poin pentingnya. Seperti, Jeffan yang ternyata bernasib tragis seperti dirinya. Oke, hanya itu saja yang dia ingat.

Revan, Meira, dan Jeffan mengobrol dengan nyaman tanpa ada rasa canggung. Gia tebak, sepertinya Revan sudah akrab sekali dengan Jeffan. Ya, mungkin banget sih. Revan dan Meira sudah menikah cukup lama. Dan pasti sejak awal pacaran dengan Meira, Revan juga langsung mengenal Jeffan yang merupakan sahabat Meira.

Masih ada ternyata ya persahabatan antara laki-laki dan perempuan tanpa ada yang jatuh cinta. Tunggu, benarkah?

"Kalian tunggu dulu di sini ya. Aku dan Revan mau cari rujak dulu," ucap Meira. Gia mengerjap pelan, agak bingung. Emangnya ada yang jualan rujak di pantai?

"Jadi, kamu ditinggal nikah? Kebetulan sekali ya nasib kita bisa sama," ujar Jeffan. Gia menengok ke arahnya dan mengangguk kecil.

"Begitulah. Dia melamar wanita lain bahkan sudah merencanakan pernikahan dengan wanita lain. Padahal hubungan kami juga belum selesai. Seperti yang Kak Meira bilang. Diselingkuhi dan ditinggal nikah," jawab Gia disertai dengan senyuman getir. Ah, dadanya kembali merasa sesak saat membahas hal ini.

"Diselingkuhi dan ditinggal nikah. Kombinasi yang sangat menyakitkan memang," balas Jeffan. Secara sadar, Gia mengangguk. Membenarkan perkataan Jeffan. Cukup lama mereka diam, hingga akhirnya Gia buka suara.

"Boleh aku bertanya?" Gia menatap Jeffan, yang kini balas menatapnya.

"Silahkan."

"Apa alasanmu di tinggal nikah?" tanya Gia penasaran. Jeffan mengalihkan pandangan, lalu bibirnya tersungging pelan.

"Dia hamil." Singkat, padat, dan jelas. Gia sedikit terkejut mendengar itu.

"Aku sudah mengutarakan niat untuk menikahinya sejak dua tahun yang lalu, dan dia selalu menolak dengan alasan belum siap berumah tangga. Dan tahun ini, ternyata dia malah mengandung anak rekan kerjanya. Siap tak siap, mereka harus menikah. Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab," lanjut Revan. Gia menghela nafas pelan mendengar itu. Ada juga ternyata yang kisahnya begitu. Si pria sudah serius, ternyata ceweknya malah main-main. Mana sampai hamil anak pria lain lagi.

"Mereka sudah menikah?" Gia bertanya lagi. Kali ini tatapannya terarah pada air laut yang agak jauh dari tempat mereka duduk sekarang.

"Dua minggu yang lalu. Dan aku masih berharap kalau semua ini hanya mimpi burukku," jawab Jeffan dengan nada getir. Gia merasa kasihan mendengarnya. Tapi, dia juga sama kasihannya dengan Jeffan. Aksa akan menikah minggu depan, dan Gia tak tahu kapan dia bisa lepas dari semua kenangannya dengan Aksa.

"Move on itu susah ya." Gia bersuara. Jeffan tertawa pelan mendengar itu.

"Tentu saja. Semakin sakit karena kita mencintai mereka dengan tulus, dan ternyata perasaan mereka tidak sama dengan yang kita rasakan." Jeffan menimpali.

Lihatlah mereka. Sama-sama korban perselingkuhan yang ternyata masih menyimpan harapan pada orang yang jelas-jelas tak memilih mereka sebagai pendamping hidup.

Gia dan Jeffan terdiam lagi, sibuk dengan pikiran masing-masing. Entah apa tujuan hidup mereka sekarang, setelah daftar yang diharapkan tidak terkabul. Yang jelas, hati mereka tidak sedang baik-baik saja. Dan mereka membutuhkan waktu yang lama untuk mengobati luka di hati masing-masing.

_______________________________________

Update kedua untuk hari ini. Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya🥰🥰🥰

HappierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang