Arold Rivanda

438 66 5
                                    

Aku kasih lagu yang pas nih, play lagunya pas Arold operasi ya guys! Biar pas aja gitu...

Enjoy this part guys!

Arold Rivanda. Kelahiran tahun 1991 katanya. Bisa dibilang mapan di umurnya yang sudah 31 tahun.

Kenapa aku bisa tau? Karena saat dia ngajak aku nelpon, di situ juga aku mengiyakan. Bukan karena terlalu mudah untuk berkenalan, itu karena aku penasaran sama Arold. Demi apapun, aku tidak pernah sepenasaran ini sama cowok di Tinder.

Arold: kamu ada waktu? Boleh telfon?

Di saat itu juga video call dari Arold masuk. Mataku terbelalak kaget, dia langsung meneleponku?! Aku melihat tampilanku di kaca. Masih terlihat rapi, masih memakai riasan tipis karena saat pulang kelas aku belum menghapus riasanku.

Baik, mari video call dengan Arold eh Om Arold, ah bodo amat siapapun dia semoga aja video call-nya tidak aneh-aneh.

Aku agak menjauhkan sedikit ponselku, takut tiba-tiba dia sudah di posisi yang tidak etis untuk dilihat.

Lalu, aku menjawab panggilannya Arold. Aku mengintip sedikit, ya ampun ternyata pikiranku salah.

"Hi! Aku ganggu gak?" Sapanya di seberang sana.

Langsung saja aku mendekatkan ponselku, supaya Arold bisa melihat wajahku meski sedikit. Awal-awal video call gak salah kok yang ditunjukin cuma jidat kita doang atau bila perlu menampilkan wajah kita yang setengah.

"Oh, nggak, kok. Kebetulan lagi free and chill." Jawabku.

Arold tertawa, "free and chill, ga tuh. Jadi, kamu di Batam Centrenya di daerah mana? Alun-alun?"

Demi apa, kok Arold cakep banget dilihat?! Sadar Ciska! Jangan kepincut duluan, ingat GJM a.k.a Gengsi dan Jual Mahal itu penting dan nomor satu.

"Bukan, komplek rumah aku pas banget depan Mall Belvania." Balasku sekenannya. Ingat! Harus GJM. Gak boleh terlalu excited.

''Nice lah di Batam Centre. Tinggal sendiri atau sama orangtua?"

"Tinggal sama orangtua pastinya, aku masih jadi harta, tahta, beban orangtua kok." Ucapku disertai kekehan kecil.

Dia ikut tertawa. "Kalau aku tinggal di daerah Batu Datar, nanti main-main lah ke sana." Ucapnya.

Aku menggeleng, "Gak bisa, jauh banget, kesian bensin ntar habisnya cepet," ujarku sambil nyengir.

Dia tertawa kecil lagi, "ya udah, nanti kalau aku udah di Batam aku jemput, kita jalan. Mau?" Tanyanya. Dan aku pun mengernyit heran. Ini orang sebenarnya hidup di mana, sih?

"Lah, kamu lagi gak di Batam?" Tanyaku heran.

Dia menggeleng, "Nggak, aku baru aja sampai di Jakarta."

Aku ber'oh' ria menanggapi ucapannya tersebut. "Ngapain di Jakarta?"

"Aku mau operasi retina,"

"Emang kenapa retinanya?"

Tanpa sadar, hilang sudah prinsip GJM-nya saking penasaran mengapa oom satu ini ke Jakarta hanya untuk operasi retina. Memangnya di Batam gak bisa operasi mata, apa, ya?

"Retinaku robek yang sebelah kanan, jadi harus di operasi."

Aku melotot kaget, ini bagaimana ceritanya sih, retina bisa robek?

"Aku sekarang ini lihat kamu agak hitam gitu kalau lihatnya pakai mata kanan aja, ada bayang hitam yang hampir menutupi pandangan." Lanjutnya sambil menutupi mata kirinya, menatap layar ponselnya dengan sebelah mata kanannya.

Marrying Om AroldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang