Finally, He's Here!!

171 15 0
                                    

Axel: Lagi apa? Jalan, yuk!

Aku menatap layar ponselku dengan manyun. Bukan orang yang aku tunggu-tunggu, malah orang lain yang nge-chat duluan.

Axel, cowo Tinder yang pernah aku temui beberapa minggu terakhir. Jujur, tidak ada rasa apapun terhadapnya, aku hanya murni menganggap pria itu sebagai 'teman jalan' saja. Bisa dibilang teman gabut, kan? Dan sekarang dia ngajak ketemu.

Ciska: Ngga ada sih, mau jalan ke mana?

Axel: terserah Ciska aja mau ke mana, nanti aku jemput ya,,, bisa?

Ciska: jam berapa? Kalo siang aku gak bisa deh, Xel.

Entah kenapa agak malas sebenarnya jalan dengan Axel, aku lagi nunggu Arold sebenarnya. Pria itu baru saja pulang ke Batam dua hari yang lalu dan you know la, aku lebih prefer video call dengan Arold daripada keluar sama para cowok-cowok yang membosankan. Bukan berarti Arold tidak membosankan, hanya saja aku merasa belum berada di titik jenuh dengannya sama seperti aku pernah bertemu dengan pria di Tinder sebelumnya. Atau karena aku hanya belum pernah bertemu dengan Arold makanya aku masih penasaran dengan dia?

Ah, Ciska... ini bukannya bahas Arold sekarang, saat ini ada Axel yang lagi mau ajakin kamu jalan. Kenapa aku jadi ingat-ingat Arold, sih?! Astaga.

Axel: sore aja lah ya, biar aku pulangin kamu gak maleman.

Baiklah, aku memang lagi ingin jalan sebenarnya, daripada jalan sendiri mumpung ada Axel yang ngajak, why not?

Ciska: ya udah, nanti kamu jemput di tempat biasa aja ya.

Axel: sip aku kabarin ntar kalau udah on the way.

Aku lumayan sering jalan sama Axel, namun sampai saat ini aku sama sekali tidak memiliki perasaan lebih terhadapnya. Meskipun aku tau perasaan Axel terhadapku sebenarnya seperti apa tapi setiap dia bahas yang menjuru ke arah yang serius, aku pasti mengalihkannya dengan cepat seperti bertanya hal-hal basi ataupun pertanyaan aneh supaya Axel tidak melanjutkan pertanyaannya. Karena aku tidak tahu harus memberikan jawaban seperti apa pada Axel.

Aku pun heran sama diri sendiri, pengen gak jomblo, tapi saat dideketin cowo malah takut diajak ke hubungan yang serius. Entah apa maunya aku pun gak tau.

Boleh gak sih, Tuhan mengirimkan cowok ganteng anak tunggal kaya raya saja. Aku capek kenalan sama cowo-cowo di Tinder ujungnya gak ada yang pas buat aku.

Suka heran sama diri sendiri maunya apa.

Sebenarnya aku pengen lah, ketemu sama Arold. Apa kami se-asik itu seperti halnya kami berbicara via telepon? Atau saat kami ketemu nanti bakalan awkward?

Apalagi, aku orangnya kalo baru ketemu sama orang lain, yang tadinya aktif berubah jadi pasif. Karena aku lebih ke pendiam kalo ketemu sama orang yang baru dikenal. Kayak bingung aja gitu, mau ngomong apa soalnya kalo mencoba untuk ngomong ala sok asik gitu, ujungnya lidahku keseleo. Jadi gak jelas ngomong apaan.

Tapi, Arold pernah bilang, someday kalo dia udah gak nunduk lagi karena habis operasi, he want me to go out with him together. Duh, tolong, aku tidak sanggup hanya memikirkan aku bakalan ketemu Arold dalam waktu dekat ini. Meskipun dia udah di Batam, dia belum bisa untuk keluar sampai batas waktu ditentukan.

***

Hari itu pun tiba, hari di mana Arold berhenti 'ritual nunduk' pun selesai. Tinggal menunggu dia ngajak jalan keluar, dong. Yeayyy!

Astaga Ciska, gak boleh berlebihan harus stay calm! 

Axel: Cis siang ini temanin aku makan siang yuk sekalian muter-muter

Marrying Om AroldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang