The Disorderly

503 18 0
                                    

            I lose control of myself

            I’ve forgot every pieces of the old me

            I am not myself...

            Ternyata pemikiranku salah. Karena pada kenyataannya kami memang telah menjadi sepasang kekasih yang telah melakukan hubungan haram. Seminggu kemudian setelah liburan panjang kami kembali masuk untuk kelas di musim gugur. Aku kembali kepada gaya lamaku. Menyisir rambut dengan rapih dan mengenakan kemeja kotak-kotak yang dikancing sampai ke kerah. Dan karena itu sepulang sekolah Michelle menyuruhku untuk menunggu di kafe langganan kami. Dia berkata bahwa aku bukanlah Nathaniel Angelo-nya yang ditemuinya seminggu yang lalu pada pesta ulang tahunnya. Dia berkata bahwa aku seperti nerd culun yang biasa berada di perpustakaan. Itu menyakitiku. Aku merasa bahwa harga diriku telah dipermainkan. Aku ingin membantah bahwa itu bukanlah diriku yang sebenarnya. Tetapi mulutku tetap tertutup rapat dan aku hanya bisa menunduk lemah seakan terhipnotis. Aku tidak bisa membantahnya. Aku tidak mau kehilangan dia. Michelle yang berparas cantik mempesona.

            Dialah obsesiku.

            Maka aku memutuskan untuk merombak diriku habis—habisan kembali karena aku tidak mau terlihat buruk di hadapan Michelle. Aku tidak mau kehilangan dia. Dia cantik, kaya raya, populer dan mempesona. Sedangkan aku merupakan cerminan yang berlawanan dengannya, aku jelek, miskin, berasal dari keluarga broken home, aku tidak populer, sekaligus aku seringkali tidak terlihat di mata para siswa lainnya. Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Maka aku mulai memberontak. Aku menyuruh Mom yang selalu putus asa bekerja sampingan, begitu pula aku. Aku bekerja sampingan di restoran ternama sebagai pelayan, dan menjual benda-benda di rumahku satu persatu, aku mulai membeli baju-baju trend dengan harga yang cukup mahal, membeli Nike baru, aku mulai ikut pelatihan di gymnasium, berjemur di pantai, membeli gel rambut. Satu persatu semuanya mulai berubah. Aku tidak lagi belajar di setiap ulangan dan mulai memalak uang saku murid-murid lain, aku mendapat banyak masalah dengan guru, aku merokok, peminum ekstasi sekaligus pecandu narkoba dan minuman keras. Bahkan Tia Callida menyuruh Jared untuk menjauhiku. Itu bukan masalah untukku.

            Karena tidak sampai satu bulan, aku telah menjadi anggota geng Tristan Mason.

            Geng yang kuanggap keji dan jahat selama ini.      

            Tristan dan aku bersahabat dekat, dia bilang begitu. Sekalipun terkadang aku merasa tertindas. Dia berbeda dengan Jared. Dia seringkali mencelaku dengan berkata ‘yaampun! Kau bahkan tidak mau membeli sebutir pil ekstasi! Kau gila?! apa kau sebegitu miskinnya?’ baginya mungkin pil ekstasi merupakan hal murah yang dapat dibeli dengan mata tertutup. Tetapi tidak untukku. Aku perlu bekerja satu bulan hanya untuk mendapatkan lima buah pil ekstasi. Terlebih lagi sekarang Tristan menggunakan smokeweed— narkoba hisap yang sedang trend belakangan ini. Itu memiliki harga yang lebih mahal daripada pil ekstasi biasa. Michelle pun seringkali mengajakku melakukan hubungan-hubungan haram di berbagai hotel mahal. Dan itu menyiksaku. Aku butuh uang yang lebih. Aku butuh mendapatkan semua itu agar aku tidak kehilangan segalanya! Aku tidak ingin kehilangan kepopuleranku, tetapi lebih tepatnya adalah— aku tidak ingin kehilangan Michelle.

            Maka aku memutuskan untuk mencuri.

            I lose control of myself

            I’ve forgot every pieces of the old me

            I am not myself...

_________

            Hampir satu musim telah berlalu.

            Itu merupakan bulan Desember, musim salju. Disaat itu aku masih dalam keadaan puncak popularitasku. Michelle masih tetap di sisiku, dan aku masih tetap menjadi sahabat Tristan. Kami masih tetap melakukan rutinitas seperti biasanya. Aku bersekolah pagi hari, membuat banyak kerusuhan disana, lalu merampas uang saku para Junior di toilet, bahkan aku merampas uang saku para Nerds di kelasku. Jared tidak lagi menjadi sahabatku, bahkan kurasa dia membenciku. Dan aku sudah terbiasa dengan nilai nilai buruk yang berada di buku nilaiku. Ibuku takkan bisa marah karena aku dapat membentak dua oktaf dari teriakannya, membuat dia diam dan menangis. Satupun nasihat atau pelajaran tidak dapat masuk kedalam otakku karena sudah ternodai oleh pil ekstasi. Aku masih tetap mencuri setiap malam. Aku bahkan menggadaikan rumahku sendiri. Aku telah menjual apapun benda-benda peninggalan ayahku. Meninggalkan Ibuku yang selalu menangis dan putus asa sendirian duduk di depan televisi dengan pandangan kosong— dengan film-film roman picisan bodohnya yang selalu menyala di ruang televisi. Yang aku benci, dia sudah tidak bisa bekerja lagi, dia memutuskan untuk pensiun dengan duduk jarang makan dan minum, membiarkan kematian menggerogoti dirinya perlahan-lahan.

Dangerous BeautyWhere stories live. Discover now