SAN (ii)

150 17 0
                                    

Jam pelajaran hampir berakhir. Lisa tidak memperhatikan penjelasan guru melainkan membuka ponselnya. Bukunya tidak Ia rapikan dulu karena Ia tahu kalau setelah bel pulang berbunyi, Ia tidak akan langsung pulang.

Tanpa Ia sadari, guru sudah meninggalkan kelas dan anak-anak yang Ia tidak sukai masuk kedalam kelas dengan hebohnya.

"WOI KOK LILIN NYA KAYAK KEMBANG API?"

"Tau tuh siapa tadi yang beli?"

"Si Jaka yang beli!"

"Gue cuma beli, yang milih Joy!"

Kelas yang biasanya hening seketika menjadi ricuh. Yola dan Sarah yang biasanya diam di kelas kini ikut bergabung dengan mereka, si sesi 1. Membuat keributan yang dapat dipastikan akan membuat seisi kelas menjadi kandang babi.

"Woi Pak Deri nya udah dipanggil belum?" Tanya Seji.

"Sebentar, ini lilin nya kenapa kretek-kretek terus sih?"

"Gara-gara Joy nih salah milih lilin!" Ucap Christ menyalahkan.

"Kok gue sih? Yang ngambil kan si Jaka!"

Yulia tiba-tiba menghampiri Lisa bersama dengan Joy. Mereka masih tertawa karena insiden lilin yang tidak mau mati tadi.

"Lisa? Aku baru tau kita satu kelas." Ucap Yulia sambil tertawa.

Mood Lisa langsung anjlok dibuatnya. Padahal setiap daring ada absen dan nama Lalisa pasti selalu disebut. Bagian mana nya yang membuat Yulia baru tau kalau mereka satu kelas? Lagipula, Yulia itu bendahara. Dia pasti mencatat nama murid-murid untuk penagihan uang kas kan?

Lisa tertawa kecil untuk menanggapi Yulia. Matanya menatap ke arah lain untuk meredakan kekesalannya. Rosé yang berada di sebelahnya menyadari hal itu dan ikut kesal dibuatnya.

Beberapa saat kemudian, Pak Deri datang dan mengucapkan terimakasih. Beliau juga memberikan beberapa nasihat untuk anak murid nya.

"Silahkan kue nya kalian saja yang makan. Hadiah nya saya terima ya, terimakasih banyak."

Pak Deri meninggalkan kelas dan kini kelas kembali ricuh karena pembagian potongan kue. Lisa sebenarnya ingin kue itu tapi Ia terlalu malas bahkan hanya untuk sekedar meminta.

Rosé berbisik di telinganya, "Lis, kita pulang sekarang aja yuk!" Ajak Rosé diangguki oleh Lisa.

Lisa menyiapkan uang patungan sebesar 5 ribu untuk disetorkan kepada Yulia. Ia malas berada disini terlalu lama. Suasana nya didominasi oleh murid dari sesi 1 seakan itu adalah acara mereka sendiri.

"Yulia, ini uang patungannya," Ucap Lisa sambil menyodorkan tangan yang memegang uang.

"Berdua ini? Sama siapa?" Tanya Yulia sambil melihat catatan nya.

"Sama Rosé. Kita pulang duluan ya, Yul. Ada les soalnya," Ucap Lisa berasalan. Yulia mengangguk-angguk lalu Lisa dan Rosé pun pergi dari sana.

Lisa dan Rosé mendumel sepanjang jalan menuju gerbang sekolah. Mereka berdua memasang wajah tak mengenakan semenjak keluar dari kelas.

"Duh, mana semester dua kemungkinan digabung."

"Aku gak bisa bayangin kita gimana. Kayaknya aku bakal diem aja di bangku deh," Ucap Lisa.

Lisa menghela nafasnya pasrah. Ia adalah tipe orang yang mudah bergaul tapi sulit juga bergaul. Lisa dapat bergaul dengan enjoy tergantung sifat dari lawannya.

Tapi, saat memikirkan bahwa Ia akan lebih sering lagi bertemu dengan Adimas Senu, hatinya menjadi lebih senang dan wajahnya sedikit memerah.

"Lis, aku dijemput tuh, duluan ya!"

"Iya, Rosé."

Lisa meneruskan jalan ke perempatan untuk mendapatkan angkutan umum menuju rumahnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A LITTLE THING CALLED LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang