Pagi hari yang cerah disambut hangat oleh Gina dan Bara yang sudah ada dimeja makan.
"Laura, ayo makan!" teriak Gina dari meja makan
"Oh iya, Naina mana? Papah dari kemarin tidak melihatnya. Kemana dia?"
Mendengar pertanyaan sang ayah membuat langkah Laura terhenti. Entah jawaban apa yang harus ia katakan mengenai kakanya.
"Laura? Kenapa kamu diam disitu?" Tanya sang ayah melihat sibungsu berdiri terdiam tanpa duduk kemeja makan.
"Ah? Iya maaf." Ucapnya
"Mana Naina?" Pertanyaan yang sama keluar lagi dari mulut Bara
"Ka Naina.."
"Naina menginap dirumah temannya Pah. Dia kemaren minta izin sama Mamah sebelum berangkat ke kampus. Katanya mau ngerjain makalah sama mau observasi bareng teman-temannya" jelas sang ibu
"Ooh" ucap Bara kembali melanjutkan sarapan.
"Apa yang akan terjadi nanti? Apa Mamah sama Papah bakalan nyalahin aku, atas kejadian kemarin?" Tanyanya dalam hati sambil mengaduk-aduk makanan.
***
"Tidak"
"Pembunuh!"
"TIDAK" teriaknya kemudian terbangun
"Laura" ucapnya membangunkan Laura yang berteriak-teriak
"Mamah"
"Kenapa sayang?" memeluk sang putri
"Kamu mimpi buruk?"
"Mimpi apa? Ceritain sama Mamah" tanyanya dengan lembut sambil mengusap-usap punggung Laura dalam pelukannya. Laura hanya terdiam menenggelamkan wajahnya lebih dalam dipelukan sang ibu.
Laura masih merasa tidak percaya dengan peristiwa yang telah terjadi. Ia merasa menyesal telah meninggalkan sang kakak disana.
Siang ini Laura berniat untuk mendatangi bangunan kosong tempat mereka bertengkar kemarin. Saat Laura telah tiba dibangunan itu ia terkejut melihat tidak ada tubuh sang kakak disana.
"Apa ada yang menolong ka Naina?"
"Apa ka Naina selamat?" Tanyanya
"Kalau ka Naina selamat dimana dia sekarang?"
"Apa yang harus aku lakukan kalau ka Naina selamat?"
"Aku gamau disalahkan atas apa yang terjadi".
Kecemasan terus menyelimuti dirinya. Entah apa yang akan Laura katakan nantinya jika orang tuanya mengetahui pertengkarannya dengan Naina yang mengakibatkan Naina terluka.
1 Minggu berlalu Laura masih dengan perasaan cemas yang berbalut menyelimuti dirinya.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar. Laura membukakan pintu tersebut dan dibuat terperanjat.
"Loh, Laura kok tamunya ga disuruh masuk?" Tanya sang ibu kemudian menghampiri
"Naina" senyum sang ibu terukir indah diwajahnya kala melihat putri sulungnya telah kembali.
"Eh Papah? Tumben pulang cepat?"
"Kerjaan Papah sudah selesai" jawabnya dengan senyum dan mengusap-usap kepala Naina
"Kalian?" Tanya Laura menunjuk kearah Naina
"Kami pulang bareng" senyum sang ayah kemudian memasuki rumah bersama Naina.
Laura masih saja diam ditempatnya terpaku membisu melihat kondisi Naina saat ini. Naina terlihat sangat sehat seperti tidak terjadi sesuatu pada dirinya
"Laura. Ngapain? Sini!" Panggil Naina dengan senyum cerahnya
Lagi-lagi Laura terdiam. "Apa ini mimpi?" Tanyanya
"Mimpi apa sih?" Tanya Naina heran yang membuat kedua orang tuanya juga kebingungan.
"Kaka disini?" Tanyanya
"Loh? Kamu gasuka liat aku pulang?"
"Kaka gapapa?" Tanyanya lagi yang membuat orang-orang diruang tamu tersebut makin bingung
"Kamu kenapa sih?" Tanya Naina bingung
"Kaka ga luka?"
"Hah?"
"Kaka ga meninggal?"
"Kamu nyumpahin Kaka meninggal?" Tanya Naina masih dengan wajah yang bingung
"Laura kamu ini kenapa sih?" Tanya sang ayah
"Bukannya ka Naina luka ditusuk?" Ucapnya
"Ditusuk?" Tanya sang ibu kaget
"Dari mana kamu mengetahui aku luka ditusuk?" Tanya Naina membuat orang tuanya semakin kaget.
"Kamu ditusuk? Dimana? Kamu baik-baik saja? Ayo kita kerumah sakit" panik sang ibu
"Ayo, kita lekas kerumah sakit" ujar sang ayah menarik lengan Naina
"Tunggu" ucap Naina menghentikan kedua orangtuanya
"Jawab Laura!!"
"Aku- aku"
"Huh" seringainya melihat sang adik tidak bisa menjawab pernyataannya.
"Benar, Laura. dari mana kamu mengetahui Naina"
"Ga. Aku gatau" ucapnya memotong pertanyaan ayahnya dan langsung pergi ke kamarnya.
"Ada apa dengannya?" Tanya sang ayah
"Naina ayo kita kedokter!" Pinta sang ibu menarik lengan putrinya
"Gausah mah" senyum Naina
"Naina baik-baik aja kok. Udah diobatin" ujarnya menenangkan kedua orang tuanya
"Kamu yakin?" Tanya sang ayah
"Iya" senyumnya kemudian dipeluk oleh sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Redup || Story' Of The Sister
Short Story[END] "Telah redup" "Sudah layu" "Sinarmu masih menyilaukan" ucap seseorang tersenyum "Bunga itu mekar" seru seseorang dengan kebahagiaan "Tapi.." ~"Terimakasih telah meredupkan sinar berlian" dengan senyum dan sorot mata sayu ia pergi meninggalkan...