5 tahun berlalu. Laura selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi Naina, dan selalu menceritakan tentang kehidupannya sekarang.
Sore hari dengan cuaca yang sejuk serta angin sepoi-sepoi menjadikan nuansa yang indah untuk bercengkrama ditambah dedaunan yang beterbangan dengan lembutnya.
"Ka Naina, aku datang lagi" ucapnya tersenyum mengusap nisan Naina. Kemudian menaruh sebuah piala disana
"Ini piala untuk ka Naina"
"Ka Naina kembali dapat penghargaan atas karya-karya kakak"
"Kakak pasti bahagia kan disana?" Ucapnya dengan senyuman hangat
"Maafkan aku ya ka, harusnya ka Naina bisa memegang piala-piala ini, dan berdiri diatas panggung menerima semua penghargaan ini dengan senyum bahagia. Maafkan aku yang pernah menghalangi jalan kesuksesanmu."
Selama 3 tahun terakhir, Laura mulai membuat cerita dan diterbitkan oleh penerbit ternama. Cerita-cerita yang ia buat mendapatkan penghargaan. Semua penghargaan yang ia terima dan ia capai ia perlihatkan ke makam kakak kandungnya, Naina.
<<<
"Saya meminta maaf sebesar-besarnya terhadap semua. Dan disini saya akan menyampaikan bahwa setelah ini saya akan mengundurkan diri dari bidang entertainment. Saya harap kalian semua bisa menghargai keputusan yang telah saya buat ini" ucap Laura dengan mata berkaca-kaca
Laura memutuskan untuk berhenti menjadi model. Ia mengadakan konferensi pers untuk dirinya.
Ia berniat melanjutkan perjuangan Naina. Menerbitkan karya Naina yang akan terus dikenang. Ia menanggung konsekuensi terhadap pilihan yang ia buat.
Bulian, cacian, hinaan dan cemoohan dari orang-orang ia terima. Ia terus teringat akan perjuangan Naina dulu. Begitu gigih perjuangan Naina, direndahkan bahkan tidak dihargai oleh orang-orang.
Apa yang pernah dilalui Naina kini dirasakan oleh Laura. Semua itu ia jadikan motivasi agar ia bisa mencapai apa yang ia cita-citakan.
Perjuangannya mulai membuahkan hasil. Tidak sebentar waktu yang dilalui Laura untuk menjadi seperti sekarang.
***
"Bu, semua sudah siap. Tinggal menunggu ibu" ucap seorang karyawan
Laura berjalan menuju sebuah panggung. Disana telah berdiri ayah dan ibunya.
"Kita hitung sama-sama." Pinta pembawa acara tersebut
"Tiga.. Dua.. Satu..."
Prok Prok Prok Prok...
Suara tepuk tangan riuh mengisi ruangan tersebut. Pengguntingan pita dan pembukaan museum telah resmi dibuka.
Laura hanya tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya terasa sakit namun ia mencoba untuk tetap tersenyum
<<<
"Oh, Kaka lusa ada kompetisi menggambar. Jadi Kaka banyak gambar buat dipilih-pilih mana yang bagus untuk dimasukkan ke kompetisi."
"Pah Mah, lusa Naina ada kompetisi menggambar. Papah sama Mamah datang ya buat nyemangatin Naina"
"Naina, karirmu itu tidak berkembang. Lebih baik kamu belajar tentang perusahaan dan mengembangkan perusahaan serta menggantikan Papah nantinya"
"GA!, Naina mau jadi seorang seniman Pah!"
"Pah. Naina tu punya cita-cita. Biarin Naina gapai cita-cita Naina!."
"Kamu. Kamu adalah orang yang menghancurkan karirku."
"Dia yang sudah menghancurkan karirku. Dia yang membuat karirku tidak berkembang"
"Aku juga benci melihatnya selalu mendapat perlakuan khusus dari kalian"
"Aku juga anak kalian. Tapi kenapa kalian lebih mementingkan Laura dibanding aku?"
"Naina tenganglah! biar Papah jelaskan"
"Dia yang menyebarkan rumor palsu kepada para penerbit besar, membuat mereka batal menerbitkan karyaku secara sepihak"
"Dasar wanita licik"
(Semoga semua yang kulakukan ini dapat menebus kesalahanku padamu kak. Maafkan aku.) ucap Laura dalam hati. Ia menundukkan kepalanya menangis mengingat semua perlakuannya dulu terhadap Naina. Laura mencoba terus tersenyum, namun air mata malah terus mengalir.
5 tahun lamanya Laura berjuang. Memang terlihat baik-baik saja diluar, namun jauh dilubuk hatinya ia merasakan perih seperti diiris-iris sebuah pisau.
Laura membangun sebuah museum atas nama Naina. Ia menempatkan semua piala dan penghargaan yang sudah ia capai. Semua itu ia berikan untuk Naina.
Selain untuk menaruh penghargaan, Laura juga menaruh semua karya Naina di dalam museum itu.
Museum itu ia namakan Berlian Redup
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Redup || Story' Of The Sister
Short Story[END] "Telah redup" "Sudah layu" "Sinarmu masih menyilaukan" ucap seseorang tersenyum "Bunga itu mekar" seru seseorang dengan kebahagiaan "Tapi.." ~"Terimakasih telah meredupkan sinar berlian" dengan senyum dan sorot mata sayu ia pergi meninggalkan...