Kondisi Laura mulai memburuk saat dirinya disibukkan oleh kegiatan pemotretan dan juga fashion show lainnya. Disela-sela kesibukannya ia pergi kedokter untuk chek-up dan juga cuci darah. Semua itu dilakukan tanpa sepengetahuan Naina.
Pagi itu mata yang sembab terlihat jelas di wajah dua bersaudari itu. Air mata yang mengalir dengan deras kemarin membuat mata kedua gadis itu sembab. Mereka ber-2 telah berdamai dan saling memaafkan terhadap kesalahan satu sama lain.
Sore hari saat Naina masih sibuk dengan tugas kuliahnya, ia mendapat pesan dari sang ibu.
***
"Papah, Mamah""Laura" senyum sang ibu sambil mengusap-usap kepala si bungsu
"Gimana keadaan kamu sayang?"
"Masih sakit?" Tanya sang ayah
"Sedikit" senyumnya.
1 Minggu kemudian Laura diperbolehkan pulang dan rawat jalan
"Ka Naina mana?" Tanyanya ketika tidak melihat Naina dimeja makan.
Kedua orang tuanya hanya diam dan terus menikmati sarapan mereka
"Ka Naina mana?" Tanyanya semakin keras. Perasaanya mulai tidak karuan.
"Pah jawab. Dimana ka Naina?"
"Mah?"
"Jangan bilang?" Laura menghentikan perkataannya. Air mata menetes.
"Apa benar?" Tanyanya sekali lagi dengan tangisan yang sudah ingin sekali pecah
"Apa benar apa?" Tanya Naina tersenyum
"Ka Naina~" peluk Laura
"Kaka kok baru turun?"
"Trus tumben Kaka dandan?"
"Ah, ini? Hihi Kaka ada kencan" jawabnya malu
"Oh" ucap Laura menutup mulutnya dengan kedua tangan
"Ooo hihi" tawanya kemudian
Mereka ber-4 melanjutkan sarapan mereka dan canda tawa diruang makan itu, bersatu dengan indahnya pagi kala itu.
***
Satu bulan telah berlalu, Naina dan juga Laura yang sempat bersiteru kini telah kembali rukun seperti sedia kala. Kebahagiaan kembali menyelimuti keluarga itu.
Namun kebahagiaan itu harus kembali sirna.
"Wuihhh, makin cakep aja neng" goda putri
"Apasi?"
"Makin hari makin memancarkan aura-aura bahagia ye neng" godanya lagi
"Apasi put?" Tanyanya sambil terkekeh dengan candaan sahabatnya
Drrtt
"Eh bentar nyokap gw telpon" ucap Laura
"Iya Mah?"
"Laura, kamu cepat kerumah sakit ya! Papah kamu sudah jemput, mungkin sebentar lagi dia sampai" pinta sang ibu
"Emang ada apa Mah?"
"Cepat ya sayang" ucap ibunya menutup telepon.
***
"Mamah"
"Mamah kok nangis?" Tanya Laura
"Apa aku terlambat?" Tanya Bara
"Ka Salwa disini juga?" Tanyanya melihat sahabat Naina yang juga berada dirumah sakit
"Mah, ka Naina gapapa kan?" Tanyanya mulai khawatir akan sesuatu terhadap Naina
"Mah jawab Laura Mah!!"
"Mamah" tangisnya pecah ketika sang ibu hanya menangis tanpa menjawab pertanyaannya
"Kuatkan diri kamu sayang" ucap sang ayah memeluknya
"Maksud Papah? Ka Naina gapapa kan? Jawab!!" Tanyanya setelah melepaskan pelukan sang ayah
"Naina meninggal" jawab Gina
Seketika Laura yang sudah menangis saat itu menjadi lemah tak berdaya, kakinya seakan terasa lemas dan tak sanggup berdiri. Ia jatuh terkulai mendengar perkataan sang ibu.
"Ga, ga mungkin"
"Ka Naina pasti lagi ngeprank" ucapnya
"Laura" tangis sang ibu memeluknya
"Mah, ka Naina tuh pernah ngeprank Laura. Jadi ini tu pasti prank lagi dari dia."
"Laura, kuatkan diri kamu sayang"
"Ga, ka Naina pasti baik-baik aja. Orang dia sehat-sehat aja kok. Laura tiap hari bersama ka Naina, ka Naina baik-baik aja" ucapnya tersenyum namun matanya tak bisa berbohong. Air mata terus mengalir dari matanya.
"Laura, ini ada surat untukmu" ujar Salwa menyerahkan sepucuk surat
Laura, titp Mamah sama Papah ya.
Kamu pasti jadi anak yang berbakti. Maafin kakak ya, karena sempat menyuruh teman-temanmu merundungmu. Maafin kesalahan kakak. Bahagia terus ya. Kakak sayang Laura.Naina
"Laura, maafin Papah karena baru memberitahu kamu sekarang"
"Naina lah yang telah mendonorkan ginjalnya untukmu."
"Diagnosa dokter, Naina bisa bertahan dengan 1 ginjal asalkan dia menjaga kondisinya. Tapi Naina bersikeras ingin menyelesaikan buku cerita yang sudah dia tulis dan akan segera diterbitkan oleh penulis ternama."
"Jadi maksud Papah?"
"Iya sayang, ginjal yang kamu terima adalah salah satu ginjalnya Naina"
Tangis kembali pecah. Laura tidak tau harus berkata apa, mulutnya terasa bungkam dan tidak dapat mengatakan sepatah katapun. Air matanya terus mengalir, tubuhnya lemah hingga ia tak sadarkan diri.
***
Pemakaman Naina telah selesai mereka semua kembali pulang kerumah. Sesampainya dirumah, Laura mengunci diri dikamarnya, ia terus menangis atas kepergian Naina.
"Maafkan aku ka" tangisnya
"Jika aku tidak menyebarkan rumor palsu itu, mungkin sekarang kau sudah bahagia dengan mimpimu"
"Maafkan aku yang telah meredupkan sinarmu" tangisnya semakin pecah kala mengingat apa yang sudah ia lakukan terhadap kakaknya.
"Maafkan aku berlian ku"
"Maaf telah meredupkan sinarmu"
Selesai
Terimakasih untuk kalian yang sudah membaca dan mendukung cerita ini. Terimakasih juga untuk yang terbawa dengan alur cerita ini dan memberikan komentarnya terhadap cerita ini. Author sangat menghargai itu semua. 。◕‿◕。Bagi yang kurang puas dengan ending cerita ini, akan ada episode spesialnya. Ditunggu ya 。◕‿◕。
Selasa,28Juni 2022
~REVISI, February 2023.~
KAMU SEDANG MEMBACA
Berlian Redup || Story' Of The Sister
Kurzgeschichten[END] "Telah redup" "Sudah layu" "Sinarmu masih menyilaukan" ucap seseorang tersenyum "Bunga itu mekar" seru seseorang dengan kebahagiaan "Tapi.." ~"Terimakasih telah meredupkan sinar berlian" dengan senyum dan sorot mata sayu ia pergi meninggalkan...