Awal

42 3 0
                                        

Hari ini adalah hari yang seharusnya menjadi berkesan dan berharga untuk Rosneni. Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 27 tahun.

Sedari pagi hingga sekarang dia masih terus menatap layar ponselnya. Berharap ada yang mengucapi ulang tahun untuknya.

Hanya ada 1 pesan dari tadi di ponselnya. Ya, itu dari sahabatnya Rafinda. Rafinda adalah satu-satunya teman sekaligus sahabat yang menyayanginya.

"Udahlah Nen, jangan mandangin hp mulu" Ucap Rafinda.

"Ini beneran ya Fin? Gak ada gitu yang mau ngucapin ulang tahun untukku?" Tanya Rosneni.

Rafinda tidak menjawabnya lagi. Dia menarik Rosneni dan memeluknya.

"Aku bukan gak mau usaha jadi berguna Fin. Aku udah berusaha sekuat yang aku bisa. Tapi otakku tidak mampu Fin" Ucapnya lagi.

"Udah Nen, setiap orang berbeda-beda. Ada yang pandai di bidang akademik dan ada yang pandai di bidang lainnya. Kamu pandai versi dirimu sendiri" Rafinda masih berusaha menyemangati.

Rosneni terdiam dalam pelukan sahabatnya. Perlahan dia hapus air matanya dan kembali tersenyum.

"Udah yuk kita cari makan. Aku traktir deh" Ajaknya pada Rafinda.

"Nah gitu dong. Ayoklah kita cari makan, pengen yang berkuah Nen" Sahut Rafinda.

"Seblak? Baso aci? Kwetiaw basah? Apa mie rebus aja. Hahah!" Tawa Rosneni.

Rafinda ikut tertawa bersamanya karena merasa senang melihat sahabatnya ini kembali tertawa.

Kampus

Mata kuliah hari ini adalah Pengantar Ilmu Pemasaran. Mata kuliah yang sangat digemari Rosneni.

"Ini kita harus banget gitu praktek ke lapangan? Belum jadwal magang juga ini" Gerutu Rafinda.

"Udahlah Fin kita ikutin aja permintaan dosen. Semoga kantor tempat kita praktek nanti orangnya enak untuk diwawancarai" Jawab Rosneni.

Akhirnya jam kuliah selesai dan semua mahasiswa berhamburan keluar rumah.

"Kantin aja yuk!" Ajak Rosneni.

"Elu mah ngajak makan mulu, pikirin tugas ini aku dah gak niat makan" Jawab Rafinda.

"Alah Fin, ntar kurus lu. Ayoklah makan dulu" Ajak Rosneni memaksa.

Baru saja mereka hampir sampai kantin, mereka sudah dipanggil oleh dosen.

"Rosita! Rosneni!" Panggilnya.

Mereka berdua langsung menoleh dan mendekat ke arah dosennya.

"Maaf, ada apa pak?" Tanya keduanya.

"Bisa tolong saya meriksa hasil ujian adik tingkat kalian?" Ucap dosennya.

"Boleh pak, tapi kami izin makan dulu ya pak" Ucap Rosneni.

"Oke. Saya tunggu diruangan dosen ya" Dosen itu pergi meninggalkan keduanya.

"Haduh Nen, kenapa sih kamu iyain" Gerutu Rafinda ke Rosneni.

"Gak papa lah Fin, siapa tahu nanti kita dapat tambahan nilai" Sahut Rosneni dengan gembira.

Rosneni kemudian meninggalkan Rafinda duluan pergi ke kantin.

Disisi lain, Rosita sedang nongkrong bersama temannya.

"Ros, gua denger lu udah dapat kerjaan ya?" Tanya salah seorang temannya.

"Iya udah dapat nih, tapi rencanya gak gua ambil deh" Jawabnya.

"Lah kenapa gak ambil?"

"Ah kerjaannya gak sesuai jurusan gua" Jawabnya.

"Eh ambil aja dulu Ros, jangan pilih-pilih dulu deh. Bersyukur kamu udah dapat itu" Jawab temannya.

"Emang kerja dimana sih?" Tanya teman yang satunya.

"Itu di kantor swasta yang deket gang kampus kita dulu" Jawab Rosita.

"Oh kantor itu toh. Ambil ajalah Ros, itung-itung lu cari pengalaman" Sahut temannya lagi.

"Entar dah gua pikir-pikir lagi. Masih nyaman free gini. Orang tua gua juga masih kasih jajan, santai dulu bentar" Jawabnya.

Memang sangat berbeda perlakuan kedua orang tuanya. Dia yang sudah tamat saja masih dapat jatah uang belanja, sedangkan Rosneni yang masih kuliah tidak pernah dikasih jatah uang belanja.

"Pulang duluan ya, mau jemput ibu gua nih ke rumah sakit" Rosita berpamitan ke teman-temannya.

"Ntar malam jadi gak?" Tanya salah satu teman lelakinya.

"Jemput aja gua ya, jam 8 aja dah palangan isya dulu" Jawabnya kemudian pergi mengendarai mobilnya.

Rosita si anak kesayangan orang tuanya selalu menjadi andalan ibunya untuk hal apapun. Contohnya seperti sekarang, ayahnya tidak bisa menjemput ibunya, jadi dia yang disuruh menjemput.

Padahal jarak dari tempatnya nongkrong lumayan jauh dari jarak kampus dimana Rosneni sedang kuliah.

Rumah Sakit

"Masih mau mampir apa langsung pulang Bu?" Tanya Rosita saat ibunya sudah didalam mobil.

"Mampir ke toko buah ya, stok buah kita udah mau habis" Jawab ibunya.

Rosita melajukan mobilnya menuju toko buah yang tidak tidak jauh dari rumah mereka.

Belum lagi sampai ke toko buah, hujan turun dengan derasnya membasahi jalanan yang tadinya terik.

"Mampir ngebakso yuk bu" Ajak Rosita ke ibunya.

"Ya udah ayoklah, ujan juga enak makan bakso" Ibunya menyetujui.

Akhirnya mobil yang tadinya akan menuju ke toko buah, berbelok menuju warung bakso.

Rosneni Pov

Selesai membantu memeriksa hasil ujian adik tingkat, aku bersama Rafinda pamit untuk pulang.

"Nebeng ya Nen" Ucap Rafinda.

"Ayok aja" Jawabku.

Rafinda memang kadang tidak membawa kendaraan dan nebeng pulang bersama Rosneni. Rosneni tipe yang iya aja kalau ada yang mau nebeng. Lagian juga Rafinda ini adalah satu-satunya sahabat yang dia punya.

"Yah hujan deras rupanya" Ucapku.

Rafinda hanya mengangkat bahunya dan bersikap seolah tak tahu.

"Ya udah yok nunggu aja diruang depan" Ajak Rafinda.

Mereka pergi menuju ruangan depan, rupanya disana juga ramai orang yang menunggu.

"Ngapain kalian tadi diruangan Pak Henri? Selingkuhan bapak ya kalian?" Tanya salah seorang temanku.

"Is mulut gak pake titik koma kalo ngomong sembarang aja" Rafinda yang menjawab.

"Ya apa lagi ya kalau bukan selingkuhan. Bisa-bisanya masuk ruangan dosen lama banget baru keluar" Ucapnya lagi.

"Udah Fin" Aku menahan Rafinda yang akan menjawab lagi.

Aku tidak mau menanggapi mereka, menurutku menghabiskan tenaga saja berdebat dengan mereka.

"Gas aja yuk, bosan banget gua" Mode marah Rafinda sudah muncul.

Aku hanya tertawa kecil dan mengusap bahunya agar dia bisa lebih tenang lagi.

Cukup lama kami menunggu hujan berhenti, akhirnya hujan lumayan reda dan Rafinda langsung menarik tanganku untuk ke parkiran motor.

"Buru Nen, kesel banget aku sama omongan setan banyak itu" Ucap Rafinda.

Aku masih saja tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat kekesalan temenku ini.

ROSE DI MALAM HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang