6. Wearing eachother's clothes

7 1 0
                                    


Hujan turun menyapa bumi dengan tiba-tiba membuat kedua insan yang sedang berjalan santai sambil bergandeng tangan itu harus berteduh di depan salah satu ruko yang tutup.

"Hujan." Senja menengadahkan tangan kananya menyambut buliran-buliran hujan yang berjatuhan sementara tangannya yang lain masih berada didalam genggaman tangan besar Kala yang hangat.

"Yah tadi kenapa aku nggak bawa motor sih kan jadi kejebak hujan gini." Sesal Kala karena meninggalkan motornya di kosan dan memilih berjalan kaki dengan Senja.

Hari ini karena sedang libur dari kerja part timenya, Kala menjemput Senja sepulang kerja. Tadi setelah sampai di kosannya, Kala sengaja mengajak Senja berjalan kaki menuju salah satu tempat makan favoritnya yang letaknya tidak jauh dari kosanya. Pikirnya mereka bisa berjalan berdampingan sambil menikmati angin sore dan langit senja. Tapi ternyata ia luput memperkirakan awan yang sedari tadi menghiasi langit bersiap untuk mengguyur bumi dengan hujan karena bagi Kala setiap hari merupakan hari yang cerah selama ia bertemu dengan Senja.

Beberapa saat berlalu, hari semakin malam dan hujan turun dengan semakin deras. Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan hujan akan segera berhenti. Kala melihat Senja beberapa kali menggosok-gosokan tangannya dan meniupkan napas hangat pada kedua tangannya.

"Mau balik kos sekarang kah daripada nunggu disini dingin. Nanti kalo udah reda aku antar pulang." Tawar Kala yang tidak tega membiarkan Senja semakin kedinginan karena angin malam.

"Boleh deh." Jawab Senja.

Kala pun melepas kemeja birunya. Untungnya ia memakai kaos hitam di dalamnya. Ia memakaikan kemejanya menutupi kepala Senja untuk sedikit melindunginya dari hujan yang akan mereka tembus.

"Hitungan ketiga lari ya. Satu... Dua... Tiga!" Kala menggengam tangan Senja dan mereka berdua berlari menembus derai hujan. Untungnya kosan Kala tidak terlalu jauh dari tempat mereka beteduh tadi. Walaupun tetap saja mereka berdua sampai dengan keadaan basah kuyup.

"Bentar kuambilin handuk sama baju ganti dulu." Ujar Kala sambil menerima kemeja birunya yang dikembalikan oleh Senja. Ia lalu sibuk mencari-cari  barang yang diperlukan di tumpukan bajunya. Tidak mungkin Kala membiarkan Senja terus basah kuyup, bisa flu dan demam nanti. Beberapa saat kemudian Kala menyerahkan handuk bersih, kaos dan celana training pada Senja. Senja pun menerimanya dan bergegas memasuki kamar mandi yang ada di kamar kos Kala.

Beberapa menit kemudian Senja keluar setelah berganti baju. Mata Kala berbinar melihat Senja dengan baju dan celana kebesaran miliknya. Senja yang memang mungil nampak semakin menggemaskan karena tenggelam di kaos dan celana miliknya yg sedikit kebesaran.

"Aku ganti dulu." Pamit Kala lalu bergantian masuk ke kamar mandi untuk mengganti bajunya yang juga basah karena hujan.

Sementara menunggu Kala berganti baju, Senja berkeliling melihat-lihat kamar kosan Kala. Memang Senja sudah sering ke kosan Kala namun setiap kembali Senja selalu saja menemukan hal-hal yang menarik perhatiannya. Kali ini perhatian Senja jatuh pada kumpulan polaroid yang menempel di dinding samping ranjang Kala yang nampaknya makin banyak. Senja pun duduk di ranjang Kala agar bisa melihat dengan seksama tiap-tiap foto yang terpasang.

Ada beberapa foto Kala dengan bandnya. Saat mereka bersiap perform maupun saat mereka sedang bersantai. Ada juga foto dengan keluarganya di kampung halamannya sana. Ada foto bersama teman-teman kuliahnya.

Beberapa foto saat mereka berdua bersama juga terpasang disana. Foto saat mereka beejalan-jalan. Foto yang mereka ambil saat memakai bando lucu-lucu di photoboot. Foto saat mereka datang ke festival musik.
Melihat foto-foto kebersamaan mereka membuat hati Senja menghangat.

"Aku buatin teh panas ya." Tawar Kala sambil menuang air panas pada dua gelas teh manis yang ia siapkan dan mengaduknya. Untung saja tadi saat Senja masih berganti baju ia ingat untuk mengisi dan menyalakan teko pemanas airnya jadi sekarang bisa digunakan menyeduh teh.

"Awas masih panas." Kala menyerahkan teh panas buatanya pada Senja dan ikut duduk disamping Senja di ranjangnya.

"Makasih." Jawab Senja sambil memegang mug dengan kedua tangannya mecoba menyerap kehangatan dari segelas teh hangat bikinan Kala.

"Eh bajunya sama ya?" Senja baru menyadari kalau kaus yang dipakainya sama dengan kaus yang dipakai Kala. Kaus abu-abu bergambar beruang dengan planet dan bintang-bintang mengitarinya.

"Jangan-jangan couple tee sama mantan kamu dulu ya." Tambahnya asal membuat Kala hampir tersedak tehnya.

"Nggak ya. Dapet dari tempat kerja sambilan yang dulu. Kaos-kaos yang reject biasanya boleh dibawa pulang sama pemilik tempat printingnya daripada menuhin toko. Nih kalau kamu lihat di bagian sini printingnya ada yang geser." Jelas Kala panjang lebar sambil menunjukkan bagian mana yang salah dengan kaos yang dipakainya.

"Iya iya, nggak usah panik gitu dong." Kekeh Senja yang melihat ekspresi kaget Kala atas perkataannya tadi.

"Ya habisnya." Gerutu Kala. Senja menahan diri untuk tidak mencubit pipi Kala yang terlihat sangat menggemaskan jika sedang cemberut begini.

"By the way, pernah kerja sambilan dimana aja sih kamu kok kayaknya banyak banget?" Tanya Senja mengingat saat ini selain kuliah, Kala juga ngeband dan kerja sambilan di kafe. Seingatnya dulu Kala juga pernah bercerita kalau ia sempat kerja sambilan di restoran cepat saji.

"Tempat printing, resto cepat saji, swalayan, pet shop, pernah coba jadi kurir juga. Sekarang cuma di kafe sih sama palingan kalau temen lagi butuh crew tambahan buat event."

"Banyak juga ya."

"Ya sebisa mungkin biar nggak minta uang orang tua lagi soalnya adek juga masih sekolah kan butuh biaya banyak. Pokoknya I'm trying my best to live with my own money."

"Bukan bermaksud mengecilkan jasa orang tua, cuma pengen belajar bertanggung jawab sama diri sendiri aja. I don't know tho if I'm doing it right"

"Yes, did great Kala. Kamu hebat. " Kata Senja lalu menepuk-nepuk bahu Kala.

"Can I have a hug?" Tanya Kala. Senja memjawabnya dengan memeluk Kala. Kala membalas pelukan itu dengan erat dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Senja. Menghirup aroma Senja yang berkolaborasi dengan aroma pewangi pakaiannya membuat hatinya menghangat, ditambah tangan Senja yang kini mengusap punggungnya perlahan. Nyaman dan hangat. He want this feeling to last forever.

"You did great. I'm so proud of you."

- Selesai -

Selamat malam minggu dari aku yg sebenernya bingung ini cerita mau dibawa kemana
Udah ada beberapa nomor yg keisi acak
Tapi kaya udah hilang minat buat ngelanjutin nomor yg lain
Jadi yaa gatau mau ttp lanjut apa gimana

Btw makasih udah baca 😊

Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang