Part One

111 10 13
                                    

Sena adalah gadis berusia 15 tahun yang duduk di bangku kelas 1 SMA. Ia baru saja pindah ke apartemen. Orang tuanya mengirim Sena ke sekolah yang jauh dari rumahnya. Sekolah SMA favorit.

Sena meletakkan kopernya di lantai, lalu mengambil kunci kamar apartemen dari tasnya. Saat gadis itu membuka pintu ruangan apartemen nomor 203...

"Eh?" Sena berseru kaget.

Bagaimana Sena tidak kaget, dua orang laki-laki tampan yang sepantarannya sedang duduk di ruang makan apartemennya.

"Hai, gausah takut, masuk aja Sen, nama lo Sena kan? Gue tau nama lo dari mamanya Johan. Kenalin gue Gavin. Samping gue Johan, dia orangnya paling irit kalo ngomong. Kita berdua sepupuan. Semoga lo betah tinggal disini bareng kita ya Sen." Gavin tersenyum, lesung pipinya tampak memesona.

"Eh, iya, hai, gue Sena. T-tapi ini ga salah kan? Cewe sama cowo digabung?" Sena bertanya memastikan.

"Haha gausah panik gitu. Kata mamanya Johan-pemilik gedung apartemen ini-semua ruangan udah penuh. Nah, karena disini sisa satu lagi kamar yang tidak terpakai, makanya mamanya membujuk Johan agar mau menerima satu orang lagi disini," Gavin menjelaskan.

"Oh, b-begitu." Sena berkata gugup saat melihat wajah dingin Johan yang sedang menatapnya tajam, lalu bergegas melepas sepatunya dan menuju kamarnya.

Setelah Sena membersihkan diri dan menata baju-baju dari kopernya, ia keluar kamar untuk memasak mie rebus kesukaannya. Lalu memakannya dengan santai.

Krek. Suara pintu kamar samping dapur terbuka. Itu kamar Johan. Sena langsung menghentikan gerakan tangannya yang memegang sumpit. Ia menahan napas sambil menatap Johan takut-takut. Namun, Johan hanya mengambil kaleng minuman dari kulkas dengan wajah datar. Kemudian cowok itu kembali masuk ke kamarnya lagi. Gadis itu menghela napas lega.

Keesokan paginya, hari Minggu, setelah merapikan tempat tidurnya, Sena membuka pintu kamarnya. Ia berkeliling melihat-lihat sekeliling ruangan, lalu memilih duduk bersantai di sofa berwarna abu-abu sambil menonton film drakor.

Tiba-tiba, Gavin keluar dari kamarnya. Ia memakai baju olahraga dengan headset di telinganya. Seperti hendak joging.

"Hai Sen, udah bangun? Gue mau joging, lu mau ikut?"

"Eh, kayaknya ngga dulu Gav, aku mau nonton drakor aja. Oh iya, Johan ngga ikut kamu?"

"Johan? Mana pernah dia mau ikut gue olahraga." Gavin tertawa kecil.

"Oh, yaudah hati-hati Gav."

Gavin tersenyum mengangguk, lalu keluar dari ruangan apartemen.

5 menit kemudian...

"Woi! berisik banget sih lo pagi-pagi, ganggu gua tidur aja." Pintu kamar Johan terbuka.

"Eh, maaf Jo, aku.. aku biasa nonton televisi jam segini."

Demi melihat raut wajah Johan yang menyeramkan saat marah, Sena memutuskan mematikan televisinya. Ia cepat-cepat masuk ke kamarnya. Johan menatap tajam mata Sena.

"Lo mau kemana?" Tubuh tinggi Johan menghadang tubuh kecil Sena yang ingin masuk ke kamarnya.

"Ke... Ke kamar, Jo."

"Segampang itu? Gabisa, turutin permintaan gue dulu."

"A-apa permintaan kamu?"

"Lo bikinin gw sarapan, terus sapu dan pel seluruh ruangan ini sampe bersih, semuanya. Oh, jangan lupa lap juga semua kaca yang ada di sini." Jawab Johan dengan tatapan dingin dan suara beratnya, kemudian ia balik kanan menuju kamarnya.

Sena menurut. Lalu, ia bergegas membuat sarapan untuk cowok itu dan berberes. Tidak terasa sudah tiga jam berlalu Sena berberes. Karena merasa kelelahan, ia tertidur lelap di sofa.

Beberapa menit kemudian, Johan keluar dari kamarnya. Matanya terarah kepada gadis yang tertidur lelap di atas sofa abu-abu. Johan mendekati sofa yang ditiduri Sena. Lalu tangannya perlahan mulai mengangkat tubuh kecil Sena sambil berjalan ke dalam kamar gadis itu. Ia menyelimutinya, lalu meninggalkan kamarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2 Boys VS 1 GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang