Prolog

7 0 0
                                    

"Tik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tik."

"Tok."

"Tik."

"Tok."

Bunyi jam yang terus berdetak mengikuti alur dengan searah, tapi tak sama seperti hati yang berlawanan arah.

"Mau nunggu sampai kapan?"

"Nunggu sampai ego lo reda?"

"Bisa enggak sih lo jangan begini, disaat situasi kita lagi enggak baik?"

Mata mereka saling terpaut tajam. Dengan napas yang memburu. Tidak tahu siapa yang merasa paling egois.

"Lo pikir gue mau di situasi begini? Hah!"

"Enggak ada yang mau begini, Nada!" ujarnya sembari mengusap wajahnya dengan kasar.

"Bisa enggak sih jangan teriakin gue, Ram?" balas Nada dengan tegas.

"Gue minta tolong emosi lo dikendalikan."

"Sekarang terserah lo, gue enggak perduli dengan pilihan lo sekarang, tapi cuma satu pesan gue jangan pernah menyesal dengan apa yang lo pilih, Rama."

Nada pun meninggalkan Rama sendiri di backstage.

Dengan emosi dan egois mereka masing-masing. Tidak ada jalan keluar selain menenangkan diri sendiri, memilih sebuah pilihan agar tidak menyesal nanti.

Dengan harapan-harapan yang masih sama, dan tidak akan pernah putus seperti nada irama.

Dengan harapan-harapan yang masih sama, dan tidak akan pernah putus seperti nada irama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nada (i)RamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang