Hai Jodoh | chapter 4

74 15 6
                                    

Mondar-mandir tak karuan. Gadis dengan novel di genggaman itu berjalan mengitari sebuah sofa hampir 15 menit lamanya.

Gawai smartphone nya menanti, tergeletak di atas meja dekat dengan sofa. Hanya tinggal menekan fitur unblok, kontak seseorang di sana mungkin saja menjawab pertanyaan yang membuatnya tawaf ga jelas begini.

Uh, rasa bersalah bercampur gengsi membuatnya bingung.

Apa ia benar-benar harus membuka blokiran nomor tak dikenal itu sekarang?

Bagaimana jika orang itu hanya sahabatnya yang jahil? Atau mungkin seseorang yang berbahaya? Tapi kalau tidak dibuka, rasa penasarannya tidak akan terobati.

Lagipula jika dia adalah orang yang sama dengan orang yang mengirim makanan, itu berarti si unknown number ini orang baik dong???

Terus orang baik ga seharusnya diblokir gitu aja tanpa alasan kan?

Brakk

Buku novel dibantingnya di atas meja.

(Name) sudah tak tahan lagi, pergelutan batin harus diakhiri dengan satu cara yang ada!

Menekan unblok lalu mengirim sebuah bubblechat!

+62 8XX-XXXX-XXXX

lo bukan yg pesen makanan
buat gue?

Belum ada balasan, centang 2 tapi si pelaku masih offline. Tidak ada tanda last seen juga btw.

Ah... sekarang dia harus menunggu ya? Jawaban instan ternyata tidak mudah didapat hanya dengan sekali chat. Apa mungkin sebaiknya ia lebih sopan lagi? Salam atau apa gitu?

"Ck! Gua lupa!" menepuk dahi sendiri, (Name) menyalahkan kebodohannya yang tidak beradab.

Dimana sopan santunnya dalam mengirim chat pada seseorang yang telah mengirimkan semua makanan favoritnya?!

Eh tapi tunggu, emang bener unknown number ini yang ngasi? Emang dia, si 'jodoh' yang dimaksud di chapter 3?

Zuungg

Sebuah bubblechat masuk, (Name) lekas melihat layar smartphone.

+62 8XX-XXXX-XXXX

alhamdulillah diunblok

Zuungg

Bubble lain menyusul.

+62 8XX-XXXX-XXXX

kenapa? jgn bilang lo gamau
makan itu semua

"Hah? Gamau makan? Ngapain?"

+62 8XX-XXXX-XXXX

ngapa? mslh?!
kali aja lo campurin sianida
ke makanannya kan

Ironi, kata yang pas untuk menggambarkan apa yang dilakukan. Ya karena mbak (Name) lagi nyantai nyicipin semua makanan tadi, ga sekalipun naruh curiga kek ketikannya.

"O jancㅡ"

"Et et et! Adab lo mana?"

Mata biru saphir bergulir, menatap dengan kernyitan pada seseorang yang berdiri di samping, "Ngapain lo di sini?"

"Lo sendiri ngapain berdiri di sini? Ga pulang?"

"Bukan urusan lo."

Lihat? Bagaimana tidak ramahnya Chuuya pada wanita di sampingnya itu.

"Jahannam."

"Attatatatah~ mbak Lus, mengumpat di tempat kerja itu ga baik loh~" Dazai tiba-tiba sudah berdiri di antara mereka, seolah melerai. Tapi netranya diam-diam menangkap layar ponsel Chuuya yang masih menyala.

"Pft! Chuuya~ Chuuya, lo lakik ngga?"

"Ha?!"

Chuuya pastinya ga nangkep, karena dia ga tau Dazai sempet ngintip isi chatnya sebelum ngelock ponsel. Lagipula kalimat Dazai sangatlah random buat dicerna mentah-mentah, jadi harus dianalisis terlebih dahulu.

"Gua kira lo dah tancep gas, taunya masih mentok di virtual."

"Maksud lo apa anjㅡ"

Chuuya memotong ucapannya sendiri. Pikirannya udah mulai konek, sadar bahwa Dazai mengomentari cara pdkt nya.

Perempatan siku-siku pun tercipta, emosinya pada si maniak perban makin bertambah.

Namun sebelum dia melanjutkan umpatan yang tertunda, notifikasi dari ponselnya menyela. Buru-buru Chuuya memasukkannya ke dalam saku sebelum diintip Dazai.

"Gua balik," ujarnya, "Lain kali gua ulek muka lo, mumi." tak lupa mengancam Dazai.

Dazai dan Dlusi saling pandang. Rasanya agak aneh jika Chuuya yang biasanya barbar tiba-tiba kalem. I mean, tadi kan dia mau marah tapi kok gak jadi???

"Heh, temen lo sakit kah?"

Dazai mengedikkan bahu, "Mana gua tau?" tapi tak lama kemudian ia menyunggingkan senyuman miring, yang sialnya menambah ketampanannya.

"Ini bagus, Chuuya yang bucin ga bikin bonyok lagi~"

Ah iya ini menguntungkan, buat Dazai ( ≖‿≖

Bugh!

Sebuah benjol mencuat dari si kepala coklat.

"Sekarang biar gua yang bikin lo bonyok! Biar lo jelek! Buaya!"

Yea, Dazai harus jelek.

Ganteng dikit aja, ni karakter fiksi bakal ngelunjak. Minta dinikahin padahal ga se-universe.

Hadehh

***

"Nah, gua udah cukup berterimakasih kan. Oke, sekarang lanjut makan~"

Sementara itu kondisi sang pria....

Memanas. Merah. Sesak nafas. Jantung disko.

Parah.

Berbeda dengan (Name) yang santuy memakan es krim mewah di kamar, Chuuya blushing hingga menyerupai tuan krab di dalam mobilnya.

"Shit. Damagenya ga ngotak!"

Calon

ngapa? mslh?!
kali aja lo campurin sianida
ke makanannya kan

but

thanks ♡

──────────────────────

©Dlusi

𝐔nknown 𝐍umber ﹔ hai jodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang