05

0 0 0
                                    

Tidak ada seseorang pun yang bisa membuat kita terluka, kecuali, pikiran kita sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada seseorang pun yang bisa membuat kita terluka, kecuali, pikiran kita sendiri.

Sastra menggenggam tangan Kanaya dengan erat, terlihat Kanaya yang sangat bahagia berada disampingnya, yang sedang melihat keindahan planet-planet yang sedang sejajar itu

"Subhanallah, indah banget" ucap Kanaya

"Lebih indah juga kamu, Kanaya" gumam Sastra pelan

Kanaya memperhatikan planet itu satu persatu, sebenarnya ia cukup risih dengan Sastra yang menggenggam sebelah tangannya, namun karna alasan Sastra yang bilang, ia takut kalau Kanaya hilang, jadilah Kanaya menurut dan menahan kerisihannya itu.

"Kamu gak pengen ngeliat juga?, Kata kamu ini cuman terjadi 10 tahun sekali kan?" Ucap Kanaya pada Sastra

"Aku udah ngeliat sesuatu yang lebih indah dari itu, dan aku rasa aku gak bakalan rugi kok" ucap Sastra

Kanaya mengangguk tidak peduli, sifat bodo amatnya sangatlah kentara, Kanaya menghabiskan 1 jam di pasar malam hanya untuk melihat planet-planet itu sejajar, dan Sastra dengan setia menemaninya

"Kanaya, impian kamu yang paling ingin kamu buat menjadi nyata apa?" Tanya Sastra saat Kanaya masih asik melihat planet dengan telescope

Kanaya menatap Sastra dalam, "Pengen nerbitin buku, aku pengen banget buju karya aku dipajang di Gramedia, mungkin aku terlalu berharap, tapi aku yakin kok suatu saat nanti, impian aku itu bakalan jadi nyata, dan aku pengen banget buku aku menjadi buku yang terindah yang pernah ada" ucap Kanaya

Sastra merapikan rambut Kanaya yang berantakan dengan sangat lembut, "Inget yah, aku bakalan dukung kamu, jangan pernah merasa sendirian yah? aku bakalan selalu ada buat kamu, aku bakalan selalu ada disaat-saat kamu butuh seseorang, kalau kamu butuh apa-apa jangan lupa hubungi aku, aku paling suka kalau direpotin sama kamu" ucap Sastra dengan begitu lembut, matanya seakan mengunci mata Kanaya yang sekarang sedang menatapnya juga, Sastra ingin matanya mengatakan apa yang mulutnya tak mampu untuk mengatakannya, Sastra terlalu pengecut untuk urusan hati dan cinta

Kanaya mengalihkan pandangannya, "Kamu suka sama ku yah?" Ucap Kanaya random

Sastra mengangguk, "Iya, emangnya kenapa?" Tantang Sastra

"Tapi kenapa kamu gak nembak aku?"

"Aku gak mau pacaran, kita langsung nikah aja gimana?, Jadi kamu sepenuhnya jadi milik aku, gimana?" Ucap Sastra sembari menatap Kanaya dengan intens

Kanaya tertawa geli mendengarnya, Kanaya rasa Sastra sudah sedikit gila, ataukah kelapanya habis terbentur sebelumnya?, "Gila yah?" Sinis Kanaya

Sastra terkekeh, "Enggak juga, masih waras kok, jangan lupa diaminin yah, siapa tau dijabah sama Allah, kita gak bakalan tau takdir kan?" Ucap Sastra dengan nada bercanda

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DERANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang