Keciduk Dispatch | CHANCHEN

(Chæn) TUJUH

Laju mobil tersebut semakin tinggi, bersamaan dengan Chen yang menggenggam tali seat belt erat. “Chanyeol, aku tidak ingin kedua anakku menjadi yatim piatu!”

Chanyeol tersenyum miring kala melihat wajah panik itu, omong kosongnya yang ingin mati akibat frustasi dengan keadaan yang tengah menimpa mereka sekarang berhasil mengelabui laki-laki itu; Chen benar-benar ketakutan dan tidak ingin mati. Chanyeol akan menggunakan situasi ini untuk mengajak mantannya itu balikan dan bekerjasama, meski seluruh penduduk Korea Selatan menentang hubungan mereka, bukan berarti sudah tak ada yang mendukung keduanya. Di dalam fandom mereka sendiri, ada sekelompok orang yang menjodoh-jodohkan mereka, awalnya karena interaksi pertemanan mereka, lalu pelan-pelan akan berubah menjadi percintaan antara laki-laki dan laki-laki.

Itu mengapa pada EXO ladder Season 2, keduanya terang-terangan menyebut Chanchen sebagai kopel, sambil malu-malu bahagia melihat riak air laut dan disaksikan para kru. Chanyeol sangat yakin orang-orang itu sekarang tengah sangat bahagia karena kapal mereka ternyata benar-benar berlayar dan tengah mati-matian melindungi keduanya dari omongan jahat haters. Pun, pasti sekarang juga tengah berdatangan mereka yang awalnya bukan penumpang kapal dan sekarang tengah berbondong-bondong masuk dan mendukung keduanya, meski tak dipungkiri yang meninggalkannya tak kalah banyak, tapi mari fokus pada mereka yang masih bertahan mendukung saja.

Semua orang industri hiburan mengetahui keberadaan sekelompok orang-orang itu, dan Chanyeol ingin mengajak Chen memanfaatkan keroyalan dan imajinasi mereka, membangun karir keduanya lagi sebagai sepasang duo dikancah gemerlap Hollywood, dibawah naungan NNG Studio setelah berhasil keluar atau mungkin ditendang dari EXO dan SM Entertainment. Duo gay yang awalnya adalah sepasang kekasih, wow, Chanyeol harus menambah lirik-lirik erotis dan berani dan MV yang bergairah. Mungkin akan jauh lebih gila kalau Suzy berhasil menggugat cerai Chen.

“Mau membuat perjanjian agar ....” Sepasang mata lebar Chanyeol kian melebar saat mendapati mobil lain berwarna merah yang berlawanan arah dengannya melaju sangat kencang, dengan sengaja menabrakkan diri pada mobil yang Chanyeol dan Chen tumpangi.

Chanyeol berusaha memutar setir mobilnya, tetapi terlambat ketika benturan terjadi dengan sangat cepat, membuat kap depan mobilnya menggangga terbuka, tak lama kemudian mobil berwarna hitam itu terpelanting ke belakang sejauh setengah kilometer dan baru berhenti dalam posisi terbalik dengan asap tipis yang keluar dari dalam mobil tersebut. Sementara mobil merah yang menabrak mobil Chanyeol dan Chen itu menabrak tiang listrik hingga bagian depan mobilnya rusak parah tak lagi berbentuk.

Chen merasakan dunia seakan melayang, berputar-putar dan berakhir terbalik, kepalanya merasakan pusing akibat beberapa kali terbentur. Dalam posisi kepalanya di bawah, Chen merasakan lelehan darah segar dari telinganya jatuh mengotori rambut. Pandangannya semakin lama semakin buram, dia menoleh pada Chanyeol—yang duduk di sebelahnya— dengan keadaan tak jauh berbeda dengan dirinya, Chen meringis ketika merasakan otot lehernya seakan putus ketika dia pakai bergerak walau sedikit. Chanyeol tak sadarkan diri dengan pecahan kaca mengenai wajah serta dadanya.

Chen terbatuk-batuk ketika asap semakin tebal, percikan api membuat orang-orang yang menyaksikan kecelakaan itu ribut. Bunyi sirine pemadam kebakaran serta suara ledakan mengakhiri kesadarannya sebelum akhirnya pandangannya berubah gelap total, tubuhnya seakan terpental, kemudian, semuanya lenyap tanpa sisa.

Dirinya ditelan kegelapan yang tanpa berkesudahan, sendirian di dalam ruangan tanpa warna penuh kegelapan, tubuhnya hampa, bergerak namun juga tak bergerak, dia merasakan mulutnya terbuka, bersuara, namun tak terdengar apa-apa, kemudian dia mulai berteriak sekeras-kerasnya, namun lagi-lagi hanya tercipta hening.

Ketika keputusasaan mulai menyelimutinya, tiba-tiba telinganya menangkap seseorang memanggil-manggil namanya berulang kali dengan logat yang terdengar aneh, seperti anak kecil yang masih cadel. Dia berbalik, berputar tuk mencari seberkas cahaya yang bagai mencari sebutir gula di atas hamparan garam, menajamkan sepasang gendang telinganya untuk memastikannya dia tak salah mendengar. Chen berlari tanpa arah, berusaha menemukan sumber suara yang terus memanggilnya itu.