"Tuhan memang gapernah salah dalam menentukan takdir seseorang, dibalik takdir yang menyakitkan pun pasti ada alasan mengapa takdir itu ditakdirkan. Percaya saja sama diri kita bahwa kita bisa menerima takdir itu dengan lapang,"
- Zidan Elysian Putra Mahendra☘︎☘︎☘︎
"Lo gamau turun?" tanya Zidan ketika dirinya sudah memarkirkan motornya di halaman parkir gedung 3 lantai dengan eksterior yang sangat mengagumkan dengan bertema tropis dan banyak menggunakan material Kayu itu, membuat Dita terpana.
Dita tersadar dan langsung buru-buru turun dari motor Honda Rebel milik Zidan itu.
"Ngapain kita kesini?" tanya Dita penasaran sambil melepas helm yang ia pakai.
"Liat aja nanti," Zidan mengambil helm yang Dita pegang dan menggantungnya di kaca spion motornya.
"Ikut gue," tambah Zidan yang langsung masuk kedalam gedung itu.
Sepanjang perjalanan Dita mengekor di belakang Zidan sambil terpana melihat interior bangunan itu yang tak kalah indah dari desain eksteriornya.
Zidan menarik lengan Dita supaya jalan sejajar dengannya. "Dah kayak asisten gue lo ngekor mulu,"
"Enak aja lo," tukas Dita sebal.
Mereka masuk kedalam sebuah ruangan. Ruangan yang cukup besar dengan interior alami dengan material utama kayu dan warna hijau beige ditambah kaca besar membuat ruangan itu tampak nyaman.
Terdapat maket besar ditengah ruangan, maket bangunan gedung yang mereka injak sekarang, sangat indah ditutupi kotak kaca dan terdapat lampu menyinari maket itu.
"Sini Dit," panggil Zidan yang berada di depan meja besar di pojok ruangan yang disinari lampu sorot dari atap pojok.
Dita menghampiri Zidan, dia sangat takjub melihat apa yang ada di depan nya sekarang. Sebuah maket desain interior cukup besar dengan konsep monokrom lebih tepatnya desain interior proker galeri Himpunan Dita.
"Hah gila! ini lo yang buat bang?" tanya Dita tidak percaya yang matanya masih melihat maket itu.
Zidan tersenyum dan mengangguk. "Iya semalem gue buat,"
"Demi apa? Gila lo buat ginian cuma semaleman? Lo ga tidur bang?" bertubi-tubi pertanyaan tidak percaya Dita keluar begitu saja dan tanpa sadar ia bertanya pertanyaan yang perhatian kepada Zaidan.
"Bawel, iya ga tidur demi lo," Zidan terkekeh.
"Lo suka?" tanyanya.
"Banget gila, siapa yang ga suka liat beginian," Dita masih terkagum-kagum melihat maket nya.
"Syukur deh," Zidan berjalan ke arah meja kerja dan duduk di kursinya.
Dita melihat Zidan duduk dikursi kerja itu, dan menghampiri nya. Ia melihat papan nama di meja nya bertuliskan "Zidan Elysian Putra Mahendra, Architect Interior"
"Hah?! Ini kantor lo bang?!" tanya Dita yang dibuat tidak percaya untuk kesekian kalinya.
Zidan mengangguk, "kenapa?" tanya nya santai.
"Gila keren banget si lo bang," puji Dita yang masih terkagum-kagum.
Zidan tersenyum. "Nanti lo juga bakal disini," Zidan berbicara sangat pelan hingga tidak dapat didengar oleh Dita.
"Bang, gue foto itu ya? buat gue kirim ke bang Bagas," izin Dita menunjuk maket interior galeri tadi.
"Silahkan,"
Selagi Dita mendokumentasi maket itu, ada orang yg mengetuk pintu ruangan Zidan.
"Sebentar," jawab Zidan yang langsung berdiri membuka jaket denimnya dan langsung menghampiri Dita, memberi jaket itu kepada Dita.
"Pake buat nutupin celana lo," suruh Bagas yang langsung berjalan ke arah pintu, dan membukanya setelah Dita menurutinya dengan mengikat jaket denimnya ke pinggangnya yang membuat celananya tertutup jaketnya Zidan.
Mengapa baru diminta sekarang oleh Zidan bukan tadi saat memasuki gedung. Soalnya sekarang sudah pukul 16.30 sore sudah tidak ada orang di kantornya. Namun karena ada seseorang yang mengetuk pintu barulah ia mrnyuruh Dita memakai jaketnya.
"Kenapa pak?" tanya Zidan di depan pintu yang hanya membuka sedikit pintu agar Dita tidak terlihat jelas oleh bapak itu.
"Ini mas, tadi saat saya di rumah, saya mendapat Fax berupa permintaan desain yang ingin langsung mas yang megang katanya jadi saya buru-buru balik ke kantor," jelas bapak itu.
"Oh oke pak, makasih ya pak," Zidan langsung menutup pintu nya lagi ketika bapak itu sudah pergi.
Dita hanya diam di tempat mendengarkan pembicaraan mereka tadi.
"Ada kerjaan ya lo bang? gue balik aja deh bang naik gojek, gaenak ganggu lo," pamit Dita melepas jaket tadi dan msmberikannya kepada Zidan.
"Ga, ini hari libur kali ngapain kerja. Gue yang bawa lo kesini ya gue yang harus nganter lo balik. Bentar," Zidan menaruh berkas tadi di mejanya dan mengambil sesuatu di lemari nya.
"Ganti atau double dulu celana lo, dah mau malem ntar masuk angin," Zidan memberikan celana miliknya. Memang di ruangannya terdapat beberapa pakaian jika Zidan ada rapat mendadak atau kerjaan mendadak yang harus terjun ke lapangan.
"Ih gamau ini kan celana lo, udah pasti kegedean lah," Dita menolaknya tidak mau memakai celana bahan hitam yang diberikan Zidan tadi.
"Ada gesper nya ini," Zidan menyodorkannya lagi.
"Gamau," tolak Dita untuk yang kedua kalinya.
"Pake atau gue yang pakein?" tanya Zidan sambil menatap Dita.
"Ih ogah, iya iya gue pake sendiri, dasar mesum," Dita mengambil celana dan gespernya dan langsung pergi ke kamar mandi untuk memakainya.
Zidan tertawa dibuatnya.
Setelah menghabiskan beberapa menit Zidan menunggu, Dita akhirnya keluar juga dari kamar mandi dengan celananya yang seperti kulot kebesaran karena Dita dengan tinggi 160 bb 50 memakai celana Zidan yang tingginya 185 dengan bb 70.
Zidan menahan tawa melihat berapa lucunya manusia itu dihadapannya sekarang.
"Gausah tawa, lagian udah gue bilang gue gamau," Dita menggerutu sebal.
Zidan menepuk kepala Dita pelan. "Sorry,"
Zidan langsung berjalan keluar ruangan sedangkan Dita lagi-lagi dibuat jantungan olehnya.
☘︎☘︎☘︎
Hai gaiss, baru bisa up lagi setelah bertempur sm UAS😭🤌🏻 semoga chapter ini bikin kalian salbrut ya!
Jangan lupa vote sama komen nya yaa ♥︎
Selamat menghalu guys 🫶🏻✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to be
Romancekisah yang seharusnya bukan seperti ini, kisah yang sama sekali tidak pernah diharapkan oleh seorang Anandita Carissa terjadi begitu saja tanpa permisi. "Semua yang terjadi di dunia adalah takdir, mau kamu kabur sejauh apapun untuk menghindar, mau...