"Salah satu kesalahan saya, saya tidak memberanikan diri saya untuk menyapamu lebih awal, mendekatimu dari awal, mengenalmu lebih awal. Sampai saat ini pun saya masih belum mengenalmu sepenuhnya Dita,"
- Zidan Elysian Putra Mahendra☘︎☘︎☘︎
"Neng Dita, dipanggil Papa sama Mama di ruang keluarga," kata Bi Iyem sambil membawa pakaian Dita yang habis di laundry ke lemarinya.
"Oh oke Bi, makasi bi," Dita menutup laptopnya yang habis ia gunakan untuk mengerjakan tugasnya.
Dita langsung turun menghampiri papa dan mamanya.
"Kenapa ma?" tanya Dita ketika dirinya melihat papa dan mama nya sedang mengobrol di ruang keluarga.
"Sini duduk," panggil Monica menyuruh anaknya duduk.
"Kenapa ma? Pa? Kok serius banget?" tanya Dita lagi penasaran yang sudah duduk disamping Monica.
"Mas," Monica memanggil Gibran untuk menyuruhnya menjelaskan.
"Gini sayang, Papa dan mama mendapat tawaran bekerja sama dengan Gallery and Artist di Swiss, kontraknya 2 tahun dan harus menetap kesana karena akan ada Gallery international yang diadakan 2 tahun nanti. Papa sama mama mau mengajak kamu buat pindah kesana, tapi tergantung sama keputusan kamu juga, kamu maunya gimana?" jelas Gibran panjang lebar.
"Dita di sini aja ma, pa. Dita kan ada kuliah dan kuliah Dita masih 3 tahun lagi terus offline jadi klo Dita ikut mama papa yang ada Dita pindah kuliah, Dita udah nyaman disini pa, ma," jawab Dita dengan yakin karena jujur Dita paling malas untuk menghadapi atmosphere baru yang dimana dirinya dituntut untuk berkenalan lagi dengan orang lain.
"Yaudah kalo itu pilihan Dita, tapi Dita yakin ditinggal papa mama buat 2 tahun?" tanya Gibran memastikan.
Sebenarnya Dita agak ragu, ia tidak pernah ditinggal orang tuanya untuk waktu yang cukup lama tapi ia tidak mau pindah kuliah.
"yakin pa," jawab Dita meyakinkan.
"Tapi mama khawatir kamu sendiri di rumah, mama udah memikirkan buat nitipin kamu ke anak teman mama. Gapapa ya?" tanya Monica sambil mengelus rambut anak kesayangannya itu.
"Gausah ma, Dita udah gede. Gausah ngerepotin orang lain ma," Dita menolak tawaran Monica karena ia tidak suka berutang budi.
"Gapapa sayang, temen mama juga udah mau kok, sebentar temen mama sama anaknya kesini," Monica masih mengelus rambut anaknya itu.
Monica dan Gibran sudah tahu jika anaknya memilih untuk tinggal disini, jadi mereka semalam bercanda untuk menghubungi teman Monica itu.
"Yaudah deh kalo itu pilihan mama, aku mau mandi dulu ya ma gaenak kalo ada tamu kebauan karena aku," Dita terkekeh.
Monica dan Gibran tertawa.
Dita langsung beranjak ke kamarnya, untuk mandi. Sejujurnya Dita tidak mau di jaga oleh orang yang bukan keluarga nya kecuali Bi iyem, apalagi orang itu belum Dita kenal. Dita berencana untuk keramas untuk menyegarkan otaknya itu.
☘︎☘︎☘︎
"Neng Dita, teman nya Mama neng Dita udah dateng," panggil Bi Iyem dari luar kamar Dita.
"Oke bi," Dita telah selesai mengeringkan rambut dan ia biarkan rambut wayv sepinggangnya tergerai.
Ia mengenakan celana hotpants hitam dan kaus berwarna abunya, karena Dita pikir anak temannya mama seorang perempuan. Dita langsung turun ke ruang tamu.
Namun Dita salah, anak teman mama nya ternyata laki-laki, dan lagi..
"Nah ini dia, sini sayang," panggil Monica dari sofa ruang tamu.
Dita menghampiri teman mama nya dan anak nya untuk salim dengan keadaan tidak percaya.
"Oh jadi ini Anandita, kenalin ini anak tante. Tante denger-denger kalian satu kampus juga ya?" tanya temannya Monica.
"Mampus, bukan temen ini mah, lebih tepatnya bokapan gue di kampus," batin Dita.
"Eh iya tante, saya adik tingkat nya bang Bagas," Dita tersenyum kikuk.
Bagas hanya diam memperhatikan Dita.
"Walah bagus dong kalo gitu, bisa ke kampus bareng ya kan Bagas?" Monica gembira mendengar fakta itu.
"Bisa tante," Bagas mengiyakan tawaran Monica dengan tersenyum.
Dita hanya terdiam pasrah harus dijaga Bagas. Bukannya ia tidak mau, hanya saja ia malas karena mengingat hubungan ia dan Bagas, pasti setelah ini akan sibuk mengurus himpunan. Dan lagi Dita senggan dengan Bagas karena jarak angkatan yang cukup jauh, ia juga takut ke kampus bareng akan menjadi trending topic pasti.
"Dita kalo ngerasa kesepian nginep di rumah tante aja ya? atau nanti Bagas yang nginep disini," ucapan temannya Monica berhasil membuat Dita melotot.
"Hah? Nginep? Ih udah kayak bocil paud dititipin aja," batin Dita.
Dita memasang wajah memelas melihat papa nya, berharap Gibran menolak tawaran itu.
"Ide bagus itu, Bagas kesini juga gapapa, ada kamar tamu di lantai 1, kamar Dita di lantai 2," jelas Gibran malah menyetujuinya.
Sirna sudah harapan Dita. Ia benar-benar pasrah.
Dita memberi tatapan kode kepada Bagas untuk mengikutinya. Bagas mengangguk menyetujui.
"Sebentar ya pa ma, mau ke dalem bentar," pamit Dita yang disusul Bagas setelah berpamitan dengan orang tuanya juga.
"Bang, lo jangan iya-iya aja dong. Gue kan bukan anak paud yang dititipin orang tua nya kerja," gerutu Dita yang sekarang sudah berada di dapur.
"Lah kan emang lo bocil makanya dititipin ke gue," jawab Bagas meledek.
"Dih apaan, gue udah gede. Gue cuma minta lo tolak tawaran nginep nginepan itu gue ga setuju," titah Dita sambil melipat tangannya di dada.
"gede? pendek kecil begitu darimana gede nya," Bagas semakin meledek Dita yang sudah memasang wajah marahnya. Memang Bagas lebih tinggi dari Dita, 178 cm dengan bb 70 kg.
"Bang gue serius," Dita sudah kesal setengah mati oleh lawan bicaranya ini.
"Iya bawel," jawab Bagas sambil mencubit pipi Dita gemas.
"Sakit anj," Dita semakin kesal dibuatnya, tapi Bagas langsung balik ke ruang tamu tanpa memperdulikan Dita yang sedang mengoceh.
Dita ikut balik ke ruang tamu dan duduk disamping Monica seperti tadi.
"Jadi gimana Bagas? Mau kan nginep disini jagain Dita?" tanya Monica memastikan.
"Mau tante," jawaban yang sangat tidak diharapkan dan diluar dari pernegosiasian Dita dan Bagas tadi berhasil membuat Dita marah, wajah Dita memerah memendam amarah.
Dita langsung bangun, beranjak naik ke kamarnya, dan mengunci pintu kamarnya.
"Apa-apaansi si Bagas itu?!" Batin Dita.
☘︎☘︎☘︎
Kesel gasi sama Bagas? caper banget jadi orang, sipaling" 😭
Jangan lupa vote sama komen nya yaa ♥︎
Selamat menghalu guys 🫶🏻✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Meant to be
Romancekisah yang seharusnya bukan seperti ini, kisah yang sama sekali tidak pernah diharapkan oleh seorang Anandita Carissa terjadi begitu saja tanpa permisi. "Semua yang terjadi di dunia adalah takdir, mau kamu kabur sejauh apapun untuk menghindar, mau...