♪Dean-Lelia♪ [2]

4 1 0
                                    

I think Im okay- Machine Gun Kelly

01.12━━◎─────02.55
↻   ◁ㅤㅤ❚❚ㅤㅤ▷ㅤ⇆

[TW selfharm topic and cigarettes]

Wanita itu terus mengisap rokoknya yang berwarna coklat yang ia pesan secara khusus untuk mengatasi rasa takutnya sendiri. Dirinya terdiam di antara orang-orang yang sibuk berbicara satu sama lain di luar ruangan yang cukup sejuk. Jam kerjanya akan berakhir ketika hari berganti. Kali ini sedang bersiap-siap untuk pulang sembari menunggu waktu habis.

Namanya Lelia, sudah dua tahun berlalu sejak ia lulus dari SMA, ia tidak melanjutkan studi di universitas, keluarganya tidak punya uang untuk dirinya sendiri dan lebih membayarkan uang kuliah fakultas kedokteran untuk adiknya. Bahkan setelah hari kelulusannya, ia tidak lagi tinggal di rumah bersama orang tuanya, melainkan tinggal di indekos tempat ia bekerja sebagi barista.

Tidak ada saudara dekat, tidak ada teman dekat, ia hidup sendirian di antara kumpulan insan yang terus bertanya apa yang ia lakukan selanjutnya.

Dengan tatapan kosong dan rokok yang masih menyala Lelia menjawab, "Aku ingin berada di tempat yang sunyi tanpa ada orang yang berisik dan selalu menanyakan urusan orang lain."

"Merokok itu tidak baik untuk kesehatan wanita."

Lelia menegakkan kepalanya, lantas menatap sosok laki-laki yang beberapa tahun lebih tua darinya. Lelia ingat, beberapa hari lalu putra dari pemilik tempatnya bekerja datang untuk mengevaluasi tempat.

Ia dengan buru-buru mematikan rokoknya.

Laki-laki itu tertawa. "Saya tidak menyuruh untuk mematikannya padahal."

Laki-laki itu kemudian duduk di sebelah Lelia. "Boleh minta satu rokoknya?"

Dengan ragu-ragu, Lelia mengeluarkan kotak tokok yang terbuat dari besi, lantas membuka dan memberikannya pada laki-laki itu. Terdapat enam batang rokok yang tersisa, tanpa ragu laki-laki itu mengambilnya dan menyalakan rokok itu menggunakan pemantik miliknya.

Laki-laki itu tertawa. "Rasanya lebih pahit dari dugaan saya."

"Maaf, Pak. Apa saya melakukan kesalahan?"

Laki-laki itu tertawa kecil, kemudian memberikan rokok yang ia isap pada Lelia. "Rokok ini, buatan rumahan, pasti kamu menghabiskan banyak uang untuk ini."

Sekali lagi, dengan ragu-ragu Lelia mengambil rokok itu dan mulai mengisapnya.

"Kamu tidak melakukan kesalahan apa-apa, Lelia. Saya hanya mendatangi para pegawai untuk evaluasi seperti biasa. Hanya kamu yang belum saya datangi untuk mengecek bagaimana perasaanmu bekerja di kafe ini."

Lelia menunduk sesekali rambut panjangnya ikut terjatuh. "Baik-baik saja, tidak ada masalah, Pak Dean."

"Dean saja. Saya tidak terlalu suka keformalan." Dean menerima rokok yang diberikan oleh Lelia, lantas mengisapnya dan mengembuskannya dengan segera. "Apa ada yang mengganggumu?"

Lelia menerima rokoknya kembali, lantas mengisapnya dan menggeleng.

Kedua insan itu sudah mulai terbiasa menerima dan memberikan rokok secara bergantian.

"Kalau begitu, luka di tanganmu kenapa?"

Tangan Lelia yang hendak menerima rokok itu terhenti, lantas tidak jadi mengambil rokoknya.

"Dilihat dari lukanya, pasti dilakukan baru-baru ini. Keluarga? Trauma? Paranoid?"

"Skizofrenia."

Dean terdiam mendengar itu, kemudian pandangannya tertuju pada langit malam yang hanya menunjukkan beberapa bintang. "Pasti berat."

Can I Play It Tonight?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang