Ku harap hujan tak kunjung reda

21 0 0
                                    

Namaku Leo, hari itu adalah hari yang cukup gelap, dari pagi hingga sore serasa awan tak berhenti menutupi cahaya matahari terhadap bumi. Di saat aku sedang duduk bersantai sembari menonton animasi favoritku, ibu ku tiba-tiba memanggilku dan menyuruhku pergi membeli makanan untuk adikku.

"Nak, tolong belikan sate untuk adikmu ini, dari siang dia belum makan, kasihan," Ibuku memerintahku dengan penuh harap.

"Hum, okeee bu, mana uangnya?" jawabku

"Ambil di lemari pojok atas, 10ribu saja ya , nak."

Setelah itu aku langsung bergegas pergi ke warung sate langgananku, di sana penjualnya ramah dan sate nya juga paling top menurutku. 10 menit berlalu, jam menunjukkan pukul 4 sore, aku harus segera pulang, namun lidah ini ingin meminum sesuatu di minimarket. Aku pun pergi ke minimarket terdekat untuk membeli susu favoritku, aku membeli dua karena yang satu untuk aku minum sekarang dan yang satu nya lagi aku simpan untuk sembari menonton animasi di rumah nanti.

Aku keluar dari minimarket dan tiba-tiba dan tak disangka-sangka hujan angin yang sangat deras dan kencang sangat membuatku sangat kaget, bagaimana bisa hujan yang mengerikan ini terjadi dalam waktu tiba-tiba, walaupun aku sadar bahwa hari ini hari yang cukup gelap menurutku. Ku putuskan untuk menunggu sejenak di depan minimarket, dengan rasa khawatir sate yang ku beli akan keburu dingin, aku putuskan untuk menunda pulangku karena tubuhku mudah masuk angin.

Tak jauh dari tempat duduk yang aku duduki di minimarket, aku melihat sesosok bidadari entah darimana datangnya, matanya indah, bulu matanya lentik, rambutnya halus namun basah dan gerak geriknya yang murung serasa sedang ditimpa beberapa masalah yang cukup membuat hati tak berhenti berfikir berlebihan, dan kurasa ia juga habis kehujanan. Kuputuskan untuk mendatangi dia dengan hati yang lemah lembut, sepertinya ia sedang membutuhkan bantuan.

"Hai, maaf mengganggu. Apakah kamu butuh bantuan? " sapa dan tanya ku untuk membuka percakapan.

"Oh,hai. Tidak apa apa kok." Jawab ia dengan nada yang sangat rendah

Dalam hati, aku sangat ingin menolong bidadari ini, matanya yang tengah membawa kesedihan membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, inginku hapus kesedihan itu dan ku hadirkan kebahagiaan di dalamnya.

"Hujannya deras ya, aku bawa lap, bisa mengeringkan sedikit rambut kamu yang basah." Tawarku dengan tergesa-gesa

"Eh iya, makasih tawarannya." Jawabnya dan dia seperti masih belum nyaman atas tawaranku.

Memandangi mata nya dengan seksama, kurasa terdapat kesedihan yang mendalam dalam dirinya, sekali lagi aku ingin membawa kebahagiaan dalam dirinya, namun aku masih mencari cara kala itu."

"Kebetulan aku beli dua susu , tolong terima susu ini dan minumlah, kurasa kamu sedang haus karena habis berlari-lari. Tenanglah, jangan takut, aku hanya ingin menolongmu saja."

Dia diam saja dan masih ragu-ragu untuk menerima tawaranku, namun aku berusaha untuk membuat dia menerima tawaranku, ku buka segel susu dan ku berikan padanya agar siap diminum olehnya. Tanpa bilang sepatah katapun ia dengan tatapan yang lemah lembut menerima pemberian susu ku, karena aku sudah cukup lama mengalungkan tanganku padanya. Dia meminum susu dengan pelan dan menikmati, keinginan hatiku untuk mengobati luka nya semakin tak tertahankan.

"Apakah kamu sudah sedikit tenang?" Tanyaku selepas ia meminum susu.

"Bagaimana kau tau." Ia mencoba bertanya

"Aku mengerti, ku lihat dari matamu, seperti tengah membawa beban yang cukup berat dalam hatimu. Bisa kau ceritakan sedikit kepadaku? Mungkin aku bisa membantu " Semakin dekat dengan inginku untuk menghapus luka yang terlihat di dalam matanya.

"Keluarga, sedikit masalah keluarga " jawabnya dengan singkat.

"Ada apa dengan keluargamu?" tanyaku.

"Ayah dan ibuku ingin pisah , aku tak ingin itu terjadi, aku pergi dari rumah karena aku tak bisa bayangkan hidupku selanjutnya jika tak ada mereka berdua di sampingku."

"Jadi gitu ya, sangat sulit jika sudah seperti ini. Apakah kamu sudah makan?" Bingungku untuk menjawab karena masalah yang ia hadapi tidaklah mudah untuk diselesaikan, dan kucoba basa basi agar ia tak terlalu fikirkan masalah itu

"Belum, aku lapar. Dari pagi tadi aku kabur dan hingga kini aku belum makan"
Dia bercerita dengan tatapan yang mengarah ke satu arah dan tak berganti.

"Aku punya sate , makanlah jika kamu ingin, tak apa." jawabku

Dalam hati , biarlah nanti ku belikan saja lagi untuk adikku, hujan pun masih belum reda. Walaupun mengorbankan adikku yang tengah kelaparan di rumah, aku mencoba memberikan sate ini kepadanya. Dia menerima sate itu dan memakannya dengan lahap, hatiku serasa tercabik-cabik melihat perempuan yang serasa tak punya arah dan tujuan sepertinya kelaparan. Jam menunjukkan pukul setengah 5 sore, sudah setengah jam berlalu setelah pertemuan kita. Walaupun begitu, aku masih ingin dalam posisi ini, hujan yang tak kunjung reda dan rasa ingin menenangkannya.

Aku menawarkan bantuan kepada nya untuk mengantar dia pulang selepas hujan reda, kemudian aku ingin sedikit mengobrol kepada orang tua nya mengapa harus ada terjadi seperti ini. Tentunya, sebelumnya aku akan membelikan makanan dahulu untuk adikku dan mampir sebentar ke rumah agar seseorang yang kucintai dengan pandangan pertama ini sedikit memiliki ketenangan.

Hujan sudah reda, kegelapan dikit demi sedikit sudah mulai menyelimuti, waktu itu pukul lima sore tentunya kita akan segera bergegas melakukan apa yang akan dilakukan karena adik pasti sudah menunggu di rumah.

Sampailah di rumahku, setelah membeli makanan sate untuk adikku, omelan adikku serasa tak berhenti keluar dari mulutnya, pantas saja dia suka berbicara panjang lebar mungkin karena ada tahi lalat di dekat bibirnya. Nama adikku Sira. Tentu saja, dia banyak bertanya kepadaku setelah aku membawa seorang gadis cantik jelita ke rumah . Ibu ku pun juga tak berhenti bertanya, siapa dia.

"Hei kak,laper nih. Lama banget sih? Kemana aja. Eh eh eh, siapaaa tuhhh di belakang?" Sira bertanya-tanya dengan nada menggoda

"Ih maaf ya dek, tadi kehujanan, terpaksa kakak neduh dahulu, soalnya deras banget." Gaya bicaraku dengan perasaan penuh bersalah

"Ah, yang bener? Neduh apa pacaran tuhhh?" Sira masih menggodaku dengan lucu

"Ih, apasih dek. Ini tuh temen kakak mau mampir sebentar." Jawabku dengan alasan yang masuk akal

Tiba-tiba ibu datang dengan senyumnya yang seolah menandakan kebahagiaan tiada kemarahan .

"Nak, darimana aja sih kamu? Ditungguin dari tadi kok ga sampe sampe ke rumah. Si adik dah nunggu tuh dari tadi" Dengan nada rendah memang ibu yang terbaik dalam bertanya dan memberikan nasihat.

"Eh, maaf ibuuu... Tadi tuh hujannya deras, anginnya kencang pula, jadi Leo putuskan buat neduh dahulu" Jawabku dengan malu-malu

"Oh yaudah gapapa, eh itu siapa nak? suruh masuk, sepertinya dia kedinginan, Adik tolong ambilkan handuk dan baju ganti buat dia , baju dan rambutnya basah" Ibuku berbicara dengan nada penuh kerendahan hati dan kasih sayang walau baru pertemuan pertama dengannya

"Baik buuu , siap!" Jawab adikku dengan penuh semangat.

"Oh iya, namamu siapa nak?" Tanya ibuku dengan gadis yang ku bawa pulang.

"Oh Bu, dia sedang agak sakit, nanti saja ya tanyanya." Dalam hati aku pun ingin tahu juga siapa namanya namun aku sedang tidak ingin membebani dirinya atas hal itu.

"Oh, baiklah. Ibu bikinin teh hangat dulu untuk kalian berdua ya, ayo silahkan masuk nak, jangan sungkan-sungkan ya." Perintah ibuku.

"Baik Bu." Jawabku.

#bersambung..

CERPEN ARUNIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang