Jogja Dan Senja

15 0 0
                                    

Jogja bukan hanya sekadar kota, namun juga sebuah kenyamanan, kedamaian, dan cinta. Tidak ada kata yang lebih pantas mewakili Jogja selain istimewa , begitu kata semua insan di dunia. Bukan hanya karena tempatnya, namun juga karena ada seseorang yang kutemui di dalamnya.

Sementara senja, masa sebelum piringan matahari secara keseluruhan menghilang dari cakrawala, cahaya jingga mewakilkan transisi antara pertemuan gelap dan terang. Senja menggambarkan dua hal yang bersebrangan, tentang keindahan yang berarti kebahagiaan, juga tentang kesedihan kala perpisahan. Dalam transisi pergantian yang indah namun juga menyedihkan, aku harap dapat menemukan insan yang dapat ku panggil sebagai kekasih, turut bersamaku di kala senang dan sedih.

Namaku Chandrabanu, namaku memiliki nilai sastra di dalamnya. Chandrabanu berarti terang bulan , bisa diartikan seseorang yang bisa menerangi sesuatu walaupun sedang terjadi kegelapan atau banyak masalah datang yang serasa tiada jalan keluar.

Hari itu, sore yang indah dengan suasana Jogja yang romantis di bawah pohon yang rindang di alun-alun Yogyakarta, seperti biasa sehabis pulang dari kuliah aku sempatkan untuk bersantai dan menatap indahnya langit jingga kota Jogjakarta, sembari baca buku juga mendengarkan suara bising kendaraan yang lewat di sekitar alun-alun.

Di tepian jalan ku pandangi banyak manusia yang tengah bahagia seolah tiada beban di dalam hatinya, mungkin hanya sudut pandang ku saja, karena sejatinya masalah yang dipendam orang siapa yang tahu. Akupun sejatinya sama, Resah karena tak segera dapat seseorang yang dapat kupanggil kekasih, karena kesepian membuatku tak tahan.Sejenak istirahat dari riuh dunia, cinta tak akan kemana-mana, pikirku.

Ketika senja berada dalam puncaknya, aku menatapnya dengan rasa syukur tiada banding, bagaimana tidak aku sangat senang dapat menikmati suasana romantisnya kota Jogja dan indahnya senja jingga. Di bawah pohon yang rindang, aku beranjak dari tempat itu, tepat di depanku setelah raga ini berdiri aku melihat sesuatu yang lebih indah dari senja nya kota Jogja. Kupikir tak ada yang bisa menandingi, namun angin yang berhembus kencang seolah menyuruhku bertegur sapa kepada wanita sholehah dengan jilbab yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Masyaallah.

Rasa sepi dalam hatiku ingin aku usaikan, inginku tanami benih benih kebahagiaan dalam atma agar dapat ku panen menjadi pohon yang berisi sejuta kegembiraan.

Niatku tak terbendung, ku coba bertegur sapa kepada sosok cantik sholehah bak bidadari baru saja turun dari kayangan. Bergetar tanganku ketika ku coba menatap ia dan dia balik menatapku

"Tolong tuhan, beri aku petunjuk" dalam hati ku ucapkan. Setelah sekian detik aku menatap, kusadari dia juga maniak buku sepertiku, pergi kemanapun membawa buku. Nekat ku mencoba menyapa, karena jodoh memang harus diperjuangkan.

" Hai, assalamualaikum, langit sore ini cerah ya.. " kuberanikan menyapanya

" Haii, wa'alaikumussalam, iyaa indah banget ." Balasnya.

Hangat dan halusnya sifatnya melebihi hangatnya sinar matahari kala paruh hari, sapaan pertama pun sudah buat hatiku meleleh dan nyaman seperti sedang berada di dalam surga.

"Aku lihat-lihat, kamu penyuka buku dan pengagum senja , asyik melihat langit di kota Jogja dan kamu pasti mensyukurinya, sama sepertiku." Aku coba mencari topik agar kita dapat mengobrol.

"Eh, iyaa. Aku emang suka buku dan suka langit jingga di kala senja,entahlah serasa beban di pundak seketika hilang. Kamu juga suka ya? suasana ketenangan kota Jogja yang membuat masalah serasa hilang entah kemana" Jawabnya dengan penuh antusias.

Tak kusangka ia sangat ramah, walaupun ini adalah pertemuan pertama kami, namun aku sudah nyaman saja dibuatnya.

"Tentu saja, menatap senja dan menatapmu adalah anugerah terindah tuhan yang diberikan olehku , eh ups"  ucapku keceplosan.

"Ah.. mas bisa aja" jawab dia malu-malu

"Eh iya, boleh tahu namamu siapa?" tanyaku

"Perkenalkan, namaku Gantari. Kamu sendiri?" jawabnya

"Namaku Chandrabanu, salam kenal ya Gantari." pungkasku

Gantari namanya, yang berarti menyinari. Aku percaya,suatu saat kegelapan di hidupku dikarenakan kesepian pasti akan usai. Gantari akan menyinari kehidupan Chandrabanu mulai detik ini hingga akhir nanti, aku harap begitu.

Obrolan manis di saat menuju petang telah berlalu tak sebentar, banyak hal yang aku bicarakan dengannya, mulai dari kegemaran hingga cita-cita.

Tak kusangka, dia satu universitas denganku, jurusannya pun sama. Maklum, belum saling mengenal karena ini adalah semester pertama dan aku pun harus menyesuaikan diri dengan kota Jogja yang berjauhan dengan kedua orang tua.

Cita-citanya ingin menjadi penulis hebat, sama sepertiku. Keindahan aksara-aksara telah memabukkan sebagian jiwa manusia, ingin terbang kesana dan kemari bersama kata kata indah yang telah dibuat dengan hati yang tulus.

Malam sudah datang, hari sudah petang. Waktu nya untuk pulang ke rumah, namun Gantari tidak naik motor, ia asli Jogja dan biasanya naik bis ketika berangkat atau pun pulang kuliah.

Kebetulan, tempat tinggal kita satu arah, jadi aku coba menawarkan dia untuk nebeng saja denganku, setelah dia malu-malu akhirnya dia mau. Memboncengi bidadari hanya  menggunakan Astrea kesayanganku, sungguh arti kesederhanaan yang sesungguhnya.

Suasana yang sejuk di kota Jogja, modern namun masih kental dengan tradisionalnya, gemerlap lampu di pinggir jalan, banyak orang berjalan bermesraan, dan Gantari di sisiku. Sungguh, kenangan yang tak bisa ku lupa.

Jalanan sepi, suasana sunyi, hanya ada suara kodok dan jangkrik bernyanyi, itulah keadaan pedesaan pada malam hari. Akhirnya sampai di kampung Gantari, hanya berkisar 2km saja dengan kampungku. Cukup dekat, aku pun menawarkannya untuk berangkat kuliah bersama-sama, sepertinya dia mau.

Jam menunjukkan pukul tujuh malam, aku harus bergegas untuk pulang ke rumah. Tak lupa, aku meminta nomor WhatsApp nya agar kami tidak lost contacts. Kami sepakat, jika ada waktu luang kami akan menatap indahnya senja kota Jogja, tak hanya senja namun juga fajar ataupun lainnya.

Hari yang cukup melelahkan namun menyenangkan, pertemuan yang aku nantikan dan seseorang yang aku tunggu telah datang.

Hari-hari berikutnya, kami menjalani hidup sebagai dua orang yang saling menyayangi dan membutuhkan. Chandrabanu dan Gantari adalah dua nama yang berarti sinar, aku dan dia akan selalu menyinari kota Jogjakarta dengan kenangan-kenangan yang tak terlupa.

JOGJA. Sangat sulit mendeskripsikan betapa nyamannya disini, istimewa, dan sangat berkesan.

SENJA. Adalah senja, tempat cinta berjumpa, kira pernah berdiam di sana, dengan ketenangan tiada tara.

Sleman, 30 Juni 2022.

CERPEN ARUNIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang