0

32 12 2
                                    

" Di sanalah luka itu muncul, di lubuk hatimu"

"Diana! Kamu kaget?" Tanya Isabel pada gadis yang tengah berjalan di sebelahnya.

"E-enggak kok!" Manik Diana tak dapat bertemu dengan sepasang mata elang yang mengamati dirinya sandari tadi.

"Oh! Ya sudah deh, sampai ketemu besok!! Aku ingetin ya, jangan lupa bawa bolu yang kamu masak sama mama kamu ke sekolah," ujar Isabel sampai akhirnya keluar lebih dulu dari perpustakaan umum, meninggalkan Diana yang terpaku menatap kepergian gadis bertubuh tinggi mirip bule itu.

Diana membuang napas lega, seraya membawa keluar novel MAGIC yang berada di tangannya, ia kembali teringat dengan apa yang di ucapkan Isabel beberapa saat lalu.

"Kamu tahu Virgo?" Tanya Isabel ditengah-tengah kesibukan mereka mencari cerita yang mereka suka di rak buku menjulang tinggi.

"Virgo yang jago main alat musik itu?" Tanya Diana memastikan.

"Ya iyalah, Virgo yang mana lagi," ujar Isabel memutar bola mata malas.

"Aku pikir-

"Kamu tahu? Dia baru saja nembak aku!" Antusias Isabel memperlihatkan bukti chatnya dengan Virgo tadi malam.

Diana membaca chat Isabel dengan Virgo, benar gadis itu baru saja dilamar oleh sejoli itu tadi malam.

"Kamu jangan iri ya..." Ledek Isabel lantas memasukkan ponselnya kembali kedalam tas.

"Isabel pasti cuma manas-manasin aku doang," gumam Diana menatap pasrah.

Ia teringat pertama kali masuk SMA Union di Ulstes, dirinya sempat di dekati oleh Virgo, abang kelas yang termasuk deretan abang kelas terfavorit waktu itu, bahkan mereka sempat dikabarkan berkencan. Namun kala itu, Diana sama sekali tidak menyukai Virgo, ia malah jatuh cinta pada Prince, salah satu sahabat karib Virgo, namun sampai sekarang cinta Diana masih bertepuk sebelah tangan.

Diana ingat bagaimana tatapan Prince ketika ia terjatuh di lantai lapangan yang basah, akibat gerimis baru saja membasahi penghuni SMA Union. Diana yang tak berhati-hati berlari dengan sembrono menghampiri Isabel yang sudah berada di koridor sekolah, alhasil dirinya terpeleset dan terjatuh di tengah-tengah lantai yang basa itu. Seluruh siswa yang melihat gadis malang itu tertawa menatap nasib sial Diana, kecuali Prince. Pria yang jarang tersenyum dengan tatapan setajam tatapan singa yang kelaparan itu, hanya menatap Diana dari kantor guru.

"Ah!! Sialnya aku memakai tank top pink kala itu."

Gadis bertubuh mungil dengan rambut keriting serta warna kulit berwarna hitam menjadi simbol bahwa gadis itu adalah keturunan Indonesia. Ibunya asli Papua dan ayahnya asli Batak, sekarang Diana menyandang marga Siagian. Ia memiliki 1 kakak perempuan dan 2 adik laki-laki, keluarga Diana pindah ke Ulstes dengan alasan pendapatan keluarga yang memadai, walau sejujurnya Diana sangat menolak permintaan orangtuanya 2 tahun lalu karena ia tak fasih berbahasa Inggris, namun orangtuanya sangat menolak permintaan putri keduanya itu, akhirnya Diana disekolahkan di SMA Union yang sebagian besar menyandang keturunan orang Indonesia.

Diana menaiki bus yang berhenti di terminal, dirinya duduk di salah satu kursi dekat jendela menatap pemandangan di luar sana. Manusia-manusia yang sibuk mencari nafkah bahkan dihari Minggu sekalipun demi keluarga di rumah, sampai tidak memedulikan orang di sekitar mereka yang ternyata adalah saudara mereka sendiri.

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang