2

18 7 1
                                    

Pagi harinya tiba, Elisabeth sudah diantarkan oleh keluarga Siagian ke bandara untuk terbang menuju Indonesia karena pekerjaan yang menumpuk disana, Elisabeth harus buru-buru meninggalkan Ulstes walau dirinya belum siap dengan kehidupan yang baru.

Sedangkan dirinya dan saudara-saudaranya sudah berangkat ke sekolah beberapa saat lalu.

"Diana!!" Panggil Isabel dengan suara toanya dari kejauhan.

Diana menatap Isabel, gadis dengan rambut terurai panjang itu berlari menghampiri dirinya.

"Mana bolunya," ujar Isabel dengan napas ngos-ngosan.

"Bolu?" Tanya Diana menatap gadis dihadapannya bingung.

"Iya, bolu yang kamu masak sama mama kamu," ujarnya menjelaskan.

"Ooh! Sudah ludas dimakan Acsel."

"Hah! Tapi kamu sudah janji bawain bolu sama aku," bentak Isabel menatap Diana horor.

"Aku gak janji Isabel, aku bilang bakalan di usahain," balas Diana menatap tajam tatapan Isabel. Dirinya sudah beberapa kali sangat kesal dengan gadis itu, ia sering membengkokkan perkataan orang lain, entah ia tak mendengar ucapan Diana kemarin atau memang ia lupa ingatan.

"Ah! Ya sudah deh, kamu memang gak bisa di percaya," pungkas Isabel berjalan meninggalkan Diana yang sudah menahan emosi.

"WAIT!!" Seru Diana membuat Isabel menghentikan langkahnya.

"Apa lo bilang? Gak bisa dipercaya?" Tanya Diana mendekati Isabel.

"Iya, emang kenapa?" Ujar Isabel mendorong bahu Diana agar tak terlalu dekat dengannya.

"Are you kidding? Or lo sudah gila?" Tanya Diana tak habis pikir dengan Isabel.

"Lo minta di bawain bolu sama gue, hak gue  menuhin permintaan lo atau enggak," pekik Diana, suhu atmosfer mulai menipis diantara mereka, beberapa siswa yang tak sengaja lewat menyaksikan tragedi tak menyenangkan itu.

"Terserah kamu deh," ucap Isabel meninggalkan Diana yang terpaku menatap dirinya kesal.

"Dasar orang gila!!! Gak tahu diri!!" Caci Diana kesal, dirinya tak bisa menahan emosi lagi. Cukup Acsel saja yang membuatnya sakit hati jangan ada orang lain lagi.

Diana menatap para siswa yang juga menatapnya, dirinya sedikit malu dengan insiden beberapa saat lalu, segera Diana berjalan meninggalkan mereka yang tengah berbisik-bisik.

Suasana kelas tampak ramai, beberapa gadis sekelas Diana tengah bergosip di meja Isabel. Menatap Diana yang baru saja memasuki kelas mereka menghentikan obrolan mereka.

"Nanti kumpul di aula ya gaes, sesuai dengan yang di umumkan Sabtu lalu,  hari ini adalah SHOW YOUR TALENT," ujar Acila sang ketua kelas. Seluruh siswa mengangguk senang karena pesta ini sangat menyenangkan.

"Hari ini Virgo bakalan tampil pasti keren banget," ujar Acila duduk di meja Isabel.

"Ia dong, diakan pacar aku," ucap Isabel melirik Diana sekilas.

"Ozil lebih berdamage," ujar para gadis itu lagi.

Diana memutar bola mata malas, ia mendapati dirinya tengah di nistakan oleh teman-teman sekelasnya.

"Prince juga menarik,"  gadis dengan kuncir  kuda serta kacamata bulat di atas hidungnya membuat Diana menoleh gadis itu ketika menyebut nama Prince.

"Katanya Prince sudah punya pacar ya?" Tanya Acila pada mereka.

"Aku dengar-dengar juga gitu, katanya pacarnya kelas 12 tapi aku gak tahu pasti sih," ujar Isabel berdiri dari duduknya.

"Yok ke aula," ajak Isabel di ikuti oleh teman-temannya yang keluar dari kelas.

Diana yang tengah menguping mereka barusan merasa sakit hati mendengar ucapan para gadis itu.

"Aku selalu berada satu langkah di belakang semua orang," lirihnya lantas keluar dari kelas.

Aula sekarang di penuhi oleh para siswa, ada yang berpakaian adat Indonesia, ada yang berpakaian ala-ala penyanyi rock dan ada pula yang berpakaian khas Inggris pada masa Elisabeth 1.

"Ini pasti menyenangkan," gumam Diana lantas duduk di salah satu kursi penonton, rok kotak-kotaknya ia uraikan ke depan agar menutupi sebagian lututnya.

"WELCOME LADIES AND GENTLEMEN!
Sekarang kita akan memulai SHOW YOUR TALENT!" Teriak pembawa acara pada seluruh siswa yang berteriak kegirangan.

"Saat ini pasti adalah saat yang paling di tunggu-tunggu oleh kalian semua, sekarang tanpa banyak bicara lagi mari kita sambut, PERTUNJUKAN DRAMA ELIZABETH 1!!!"  Ucap pembawa acara setelah kepala sekolah dan beberapa orang penting penyampaian pidato mereka.

Pertunjukan segera di mulai, seorang gadis yang dinamai Elizabeth adalah putri dari seorang raja Inggris yang bernama Henry VIII, Elizabeth terlahir dari Istri kedua raja itu yang bernama Anne Boleyn. Pada masa kerajaan Elizabeth semuanya berjalan dengan sangat baik namun di balik semua itu ada kisah tragis yang harus di lalui Elizabeth.

Diana tak terlalu tertarik dengan cerita itu, ia hanya mendengarkan cerita itu karena nama pemainnya sama dengan Namborunya.

Pertunjukan selanjutnya dimulai, dance, pesona Indonesia, dan lain sebagainya telah berlalu begitu saja tanpa ada yang menarik dari pertunjukan itu menurut Diana.

"Sekarang kita sambut, BINTANG!!!" seluruh siswa kembali heboh, band yang satu ini merupakan band paling populer di SMA Union. Beranggotakan Virgo, Prince, Ozil, dan Leonard.

"Thanks  everyone, now we will perform the song TO THE BONE BY PAMUNGKAS," Ucap Virgo lagi-lagi di iringi teriakan para siswa.

Diana diam membeku disana, maniknya menatap Prince, hatinya kembali jatuh pada sosok pria itu.

"Who are you?  Kenapa kamu berhak menyita pikiranku, kenapa aku harus luluh dengan tatapan dinginmu itu, aku sudah seperti orang gila yang suka berdiam diri di  Alaska."

Drum mulai berbunyi diikuti suara gitar dari Ozil dan diiringi piano dari Leonard.

Seluruh siswa ikut bernyanyi, menyayikan lagu cinta yang mungkin dialami oleh Pamungkas.

Namun tak hanya pamungkas, Diana juga sama. Ia tak pernah memberi tahu Prince perihal perasaannya, ia tak pernah menelfon Prince kala laki-laki itu merasa sendirian, ia tak pernah berada dekat-dekat dengan Prince, lantas mengapa Diana sangat menginginkan laki-laki itu.

"Take me home, I'm fallin'
Love me long, I'm rollin'
Losing control, body and soul
Mind too for sure, I'm already yours
Walk you down, I'm all in
Hold you tight, you call
I'll take control, your body and soul
Mind too for sure, I'm already yours," nyanyi para siswa membuat Diana menjadi tersiksa.

Cairan bening lolos dari pupilnya, "ini hanya cinta monyet yang sebentar lagi akan berakhir," ujar Diana lantas pergi meninggalkan tempat itu.

Ia pergi ke laboratorium sekolah di tingkat dua dengan ruangan yang transparan. Laboratorium ini digunakan untuk meneliti ramuan atau mesin-mesin yang di ciptakan oleh SMA Union.

Diana pergi kesana karena ia tahu takkan  ada seorang siswa pun yang akan berada di laboratorium itu. Dirinya Mendudukkan pantatnya di lantai  berwarna putih yang sedikit berdebu.

"Dunia itu seperti tempatnya orang-orang gila," ujar Diana menyandarkan tubuhnya di  pintu yang sudah ia tutup lantas memejamkan mata menikmati kesendiriannya.

"Apa itu?" Tanya Diana memerhatikan sebuah mesin besar yang di tutup dengan kain merah besar. Gadis itu lantas berjalan ke sudut ruangan dimana mesin itu berada. Diana membuka kain itu, matanya langsung terbelalak kaget dengan sebuah mesin di hadapannya.

"Mesin apa ini." Diana menekan tombol berwarna hijau yang berada di sebelah tombol berwarna merah.

Lobang hitam di mesin itu langsung berputar-putar membuat Diana kaget dan sontak menjauh dari mesin itu.

Namun karena penasaran Diana mencoba memasukkan tangannya ke dalam lobang hitam itu dan seketika dirinya menghilang dari laboratorium sekolah.











DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang