3

10 2 0
                                    

"aku datang hanya sekedar singgah atau tinggal?"

"Ayo oper kesini bukunya!!"

"Kami duluan!!"

"Saya dulu, saya yang meminta terlebih dahulu."

Suara bising itu membuat Diana berlahan membuka Indra penglihatannya. Cahaya yang tiba-tiba masuk ke netra gadis itu membuat bola matanya mengecil menanggapi rangsangan.

Para siswa dengan seragam coklat putih serta bingkai di rambut mereka membuat Diana merasa asing dengan pemandangan itu.

"Diana!!! Cepat salinkan catatat saya," ucap dia, pria bertubuh kukuh yang berdiri di sebelah meja Diana.

"AHK!! L-LO SIAPA?" Tanya Diana penuh dengan rasa was-was, dirinya langsung saja berdiri dari tidurnya yang bersandar di atas meja.

Pria itu mengerang, ia menatap Diana penuh tanya.

"Saya?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri. Diana menanggapinya dengan menganggukan dagu.

"Saya Ozil."

"WHAT??" Diana menatap sekeliling, dirinya kaget dengan semua yang terekam di indra penglihatannya.

Mereka yang di tatap Diana juga sama, menatap gadis dengan rambut keriting itu penuh tanda tanya.

"Ini cuma mimpi,"  gumam Diana berlari keluar kelas.

"Aku dimana?" Dengan degup jantung yang berpacu kencang Diana menatap pemandangan di sekelilingnya.

Bangunan bernuansa 90-an dengan warna coklat di temani warna merah menyala, tiang-tiang bangunan yang di tata sedemikian rupa di sisi-sisi bangunan menjulang tinggi ke langit dan beberapa taman yang di tumbuhi oleh bunga-bunga yang bermekaran membuat Diana semakin bingung.

Diana memijat keningnya, mencoba mengingat apa yang ia perbuat hingga terdampar di tempat asing ini.

"LABORATORIUM!!" teriak Diana kembali berdiri dari salah satu kursi yang berada di bawah pohon apel yang beberapa saat lalu ia duduki.

"Apa yang lo lakuin Diana sampai bisa sampai ke sini!!!" Teriak Diana menarik rambutnya kasar.

"Aku pasti udah gila, ini gak mungkin terjadi," lirih Diana kembali berlari ke dalam ruangan kelas.

Para siswa yang tadinya sibuk dengan kesibukan mereka, kini menatap Diana yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Sekarang hari apa?" Tanya Diana hati-hati.

"Sabtu," jawab mereka serentak.

"Tanggal berapa?"

"30 Juli."

"T-tahun?"

"1970."

"Oh my God!!" Diana menggigit bibir bawahnya, menahan air mata yang hampir berceceran di pipi coklatnya.

Diana menjalan menuju kursinya, tempat dimana ia pertama kali terdampar ke tempat ini.

Pria yang duduk di sebelah Diana menatap gadis itu bingung, ia yang bernama Ozil memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu pada Diana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang