Bab 5 : Romansa Gelap Part 1

122 8 2
                                    

"Mungkin sebaiknya kita pulang." Ujar Liam sambil bersandar pada tiang telepon. Satu tangannya memainkan kunci, sibuk memutar-mutar benda itu sambil menunggu Aimee menyerah. Ibu Rafe tidak mengangkat telepon juga dan hanya Tuhan dan operator telepon yang tahu sudah berapa kali ia berusaha menelepon.

"Apa ini masuk akal? Seseorang berusaha meneleponmu puluhan kali, anakmu belum pulang semalaman, dank kau tidak khawatir!? Tidak menelepon!? Tidak mencari!? Tidak mengangkat telepon!?" Teriak Aimee, membanting gagang telepon setiap akhir pertanyaan. Liam menengok cepat, menangkap seorang perawat yang sudah menyipitkan mata melihat kearah mereka.

"Eh... Aimee, mungkin... sebaiknya kita coba kerumahnya?" Liam membuka pintu, masuk kedalam dan mengambil gagang telepon itu dari tangan Aimee. Ia menengok kebelakang, nyaris menabrak dada bidang Liam dan mengangkat kepala.

"Yasudah, ayo." Jawab Aimee, berjalan melewati Liam dan keluar menuju koridor rumah sakit. Ia mengantongkan kedua tangannya pada saku rok sekolah dan mendesah. Oh Tuhan, ia belum ganti baju. Begitu juga dengan Rafe dan Liam. Pikir Aimee. Liam berjalan disisinya, suara kunci motor bergerimincing disaku celananya.

"Malam ini kau akan menginap dirumaku, yakan?" Aimee mengangguk.

"Baiklah, tapi aku harus kerumah temanku dulu. Aku perlu pinjam golok." Katanya, menjajari langkah Aimee saat menuruni tangga. Aimee mengerutkan dahi.

"Golok? Kenapa kau perlu golok?"

"Yah kau tahu sendiri, kau menyimpan gerbang neraka ditasmu jadi aku harus bisa melindungi kita nanti saat... entah apa keluar dari sana." Kata Liam, menaiki pembatas jalan dan menyerahkan helem pada Aimee. Ia menerimanya dan menggigir bibir ingin tertawa. Tetap diam karena tidak tahu harus berkata apa, ia menaiki sepeda motor itu dan membiarkan Liam membawa mereka menuju rumah Rafe.

Mereka sudah sampai diperempatan Perumahan Lembah Hijau, berbelok kekanan untuk memasuki jalan Kenang Ungu saat seorang satpam menghentikan jalan mereka. Lelaki itu memiliki tubuh yang pendek dengan perut buncit dan muka berkeriput. Kumisnya bergetar-getar sendiri sebelum ia bersin dan berjalan mendekati mereka. Aimee bisa merasakan tubuh Liam menegang, tahu ia sudah lelah karena perjalanan jauh mereka dan malam yang semakin larut. Kemungkinan besar mereka tidak akan bisa lewat jika Liam yang bicara dengan lelaki ini, karenanya ia tersenyum cerah. Satu tangannya menggosok punggung Liam, berharap itu cukup untuk menenangkannya. Meskipun sedikit.

"Selamat malam dek, mau kemana? Tahu nggak ini jam berapa?" Ia bertanya. Bau tembakau yang kuat keluar dari mulutnya saat berbicara hingga Aimee harus menunduk untuk menghindar. Liam menarik nafas pelan.

"Tahu pak ini jam berapa. Kalau nggak butuh juga ngapain kita jauh-jauh kesini." Ujar Liam, ada sedikit tantangan dalam suaranya. Sang satpam, dengan nama Jorman itu mengisap rokoknya dalam-dalam. Aimee menengang merasakan ketegangan dalam udara malam itu.

"Memang mau ngapain. Kalau memang butuh jangan jam segini. Kita punya aturan, jangan sembarangan kamu main-main kesini. Dikira kita jalan umum?" Aimee memejamkan mata, tahu pertengkaran itu akan terjadi. Sebelum Liam bisa mengatakan apapun.

"Maaf pak. Sebenarnya kita juga mau datang tadi siang tapi tidak bisa. Sudah berusaha telepon keluarganya juga tidak diangkat, jadi mau tidak mau harus kesini buat kasih tahu." Ujar Aimee. Berusaha merangkai kata sebaik mungkin. Tidak tahu, apa ia perlu untuk memberi tahu lelaki ini bahwa mereka harus segera menemui seorang warga karena anaknya berada dirumah sakit. Mungkin itu topic pribadi?

"Memangnya ada urusan apa?" Lelaki itu bertanya lagi.

"Wah, maaf pak. Itu sepertinya permasalahan pribadi jadi saya tidak bisa meberi tahu." Jawabnya. Lelaki itu mengerutkan dahi dan berjalan kembali keposnya, tapi tidak membukakan palang pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sehari Setelah IaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang