Hari ke Lima

75 76 38
                                    

7200s

"bawa sepeda jangan ya?" Nara tengah berfikir. Ia sudah rapi dengan pakaiannya juga topi yang biasa ia kenakan saat cuaca sedang terik. Karena cuacanya hari ini lumayan lebih cerah Nara memutuskan untuk memakai topi tersebut. Yang menjadi masalah utama ia bingung karena sepeda dibawa atau tidak, mengingat pasar lumayan jauh jika jalan pasti akan sangat menguras tenaga. Tetapi nanti jika Danu sampai di sana bahwasannya ia jalan kaki, Nara pasti sedikit merasa tidak enak pulangnya.

Namun setelah Nara pikiran ia memilih untuk membawanya saja. Karena ia tidak boleh telat untuk sampai. Kalau telat kasian Danu menunggu ku sangat lama.

Nara mengendarai sepeda nya dengan kecepatan sedang, ia pastikan kejadian beberapa Minggu lalu tidak akan terulang. Sekarang, karena sudah kenal Danu bisa saja ia di amuk oleh Danu.

Karen lumayan memakan waktu, sekitar 20 menit Nara sudah sampai di pasar. Ia segera mem-parkirkan sepedanya.

Mencari Danu adalah tujuan utamanya sekarang. Buru buru Nara keluar dari tempat parkir. Suasana pasar juga hari ini tidak begitu ramai jika dibanding akhir pekan.

Dari kejauhan sudah dapat ditebak sosok yang baru saja melambaikan tangannya. Karena sudah pasti itu adalah Danu, Nara segera menghampirinya.

"Sudah lama Nar?" Tanyanya saat Nara sampai di depannya.

"Baru aja" jawab Nara. Mendapat jawaban dari Nara, Danu meraih tangan Nara mengajaknya segera masuk kedalam pasar. Muka Nara langsung bersemu karena perlakuan Danu. Nara menjadi malu sendiri dan bingung. Kenapa dengan Danu dari kemarin selalu saja membuat dirinya begini.

"Bahan-bahan nya sudah di catat kan?" Danu berhenti di depan salah satu penjual telur. Sebelum menjawab pertanyaan, Danu sudah lebih dulu bertanya kepada penjual tentang harga telur tersebut.

Alhasil Nara kemudian merogoh sakunya sebelum Danu selesai. "Taruh sini" Nara menyodorkan tas belanja yang ia bawa dari rumah. Danu segera memasukan telur yang sudah di bungkus plastik dengan hati-hati.

"Kita beli apa lagi?" Nara membuka lipatan kertas yang bertuliskan bahan masakan. Lalu memperlihatkannya kepada Danu."masih banyak nih."

Danu mengangguk sebagai jawaban. Giliran Nara yang di depan ia bahkan lebih lihai dibandingkan Danu lebih jelasnya saat ia membeli bahan-bahan. Saat Nara ingin membayar belajaannya Danu lebih dulu memberi uangnya kepada penjual tersebut. Nara sedikit heran tetapi Danu hanya bilang tidak apa apa kan ini makanannya untuk aku nantinya, tetapi Nara menahannya karena bahan yang Nara beli juga sebagian ada milik Nara. Lagi lagi Danu berkata tidak apa apa sambil tersenyum dan langsung pergi ke tempat lain. Nara hanya pasrah karenanya dan perasaan tidak enaknya itu.

Sudah hampir 30 menit mereka di dalam pasar bahan masakan juga sudah lumayan penuh. Nara sedikit kewalahan, Danu dengan sigap membatu membawanya.

"Tinggal apa lagi?" Ucap Danu dengan belanjaan dikedua tangannya.

Nara membaca daftar itu,"jamur." Nara segara menghampiri penjual jamur dengan segala macam jamur yang dijualnya itu. Penjualnya sudah lumayan kenal dengan Nara karena sudah langganan.

"Mang jamur yang biasa ya sebungkus."

"Neng Nara tumben kesini pas engga hari libur" kata mang Ujang, penjual jamur. Mang Ujang melirik Danu yang dari tadi berada di belakang punggung Nara.

"Oh... Sama pacar nya ya neng pantes" lagi lagi Nara tersipu akibat mang Ujang berkata itu.

"Eh, bukan mang" Nara membenarkan, dengan dengan wajah tersipunya itu.

"Temen saya mang" Danu ikut menjawab. Mungkin Danu juga merasa tidak enak. Karena jawaban dari Danu suasana nya menjadi tidak enak juga pelanggan yang mulai berdatangan mang Ujang segera memberi bungkus jamur yang tadi di pesan Nara. Dengan cepat Danu membayarnya membuat mang Ujang sedikit tertegun dan segera menerima uang tersebut, lalu memberinya kembalian.

7200 second of love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang