Tonmai dilanda kebingungan sekarang. Bukan karena masalah sekolahnya, tapi soal kakaknya Tharnam. Sehari setelah perayaan mereka, karena akhirnya mereka menang dari Direktur Supot. Tee datang mengunjunginya, dan menceritakan soal apa yang dilakukannya pada Tharnam.
Tee bercerita pada Tonmai kalau dia hanya bermain-mainwaktu itu. Dan dia juga mulai diam-diam bertemu denganTharnnam. Wave juga sedang sibuk mengerjakan rencana terakhir mereka.
"Aku tahu kalau Tharnnam sangat mencintaiku, tetapi aku tidakmerasa bersalah."
Tonmai hanya bisa diam sambil mendengarkan Tee, Tharnam juga sama sekali tidak menampakkan dirinya di sana.
"Hari-hariku bersama Tharnnam adalah waktu palingmembahagiakan bagiku. Dia selalu menjadi pendengar yang baikuntukku. Dia peduli dan memperhatikanku hampir di setiap hal.Apapun yang ku katakan, dia selalu bersedia melakukannyauntukku. Pada akhirnya, aku yang mengkhianatinya. Aku mengkhianatinyakarena aku masih mencintai P'Jane."
Tee memejamkan matanya, dan mengulang kembali kenangannya bersama Tharnam. Tonmai juga masih mencerna segalanya secara perlahan.
"Kami selalu bertengkar untuk hal yang sama. Dan Tharnnam tidakbisa menahannya lagi. itu membuatku ketakutan dan tidak nyaman."
"Jadi, P'Tharnnam sudah sering mencoba bunuh diri?"
"Aku hanya mengira dia mencoba bunuh diri untuk mendapatperhatianku. Bagiku, semakin dia mencoba melakukannya, semakinitu tidak ada artinya, dan semakin aku ingin putus darinya"
"Lalu, kenapa kau tidak putus dengannya?"
"Aku tidak tahu. Ketika aku ingin menjauh darinya, aku tidak pernahbisa melakukannya"
Tonmai hanya menatap Tee, karena berusaha mencerna beban yang baru saja diterimanya.
"Pulanglah P'Tee, kita lanjutkan kapan-kapan. Aku masih harus memikirkan langkah ke depannya.
Tee hanya mengangguk lalu pamit pada Tonmai, Pana yang sedari tadi menemani Tee ikut pamit pada Tonmai.
◌⑅●♡⋆♡⋆♡●⑅◌
Di dalam kamar Wave merasa jengkel, karena Tonmai seakan-akan mengabaikannya. Padahal biasanya Tonmai tidak akan pernah mengabaikannya.
"Hubby, jangan mengabaikanku. Sebenarnya ada apa denganmu ?"
Tonmai hanya diam sambil memijat keningnya, membuat Wave semakin jengkel.
"Hubby. Aku sedang berbicara denganmu."
"Diam dulu Wave, aku sedang pusing memikirkan apa yang terjadi pada P'Tharnam."
Wave terdiam sejenak, karena tidak biasanya Tonmai mengatakan hal seperti itu padanya. Apalagi langsung menyebut namanya.
"Kau bisa berbagi padaku Hubby."
Kata Wave sambil duduk berhadapan langsung dengan Tonmai, tapi Tonmai kembali diam. Dan itu benar-benar membuat Wave geram dengan tingkah Tonmai.
"Terserahlah. Terus saja diam sampai kapan pun yang kau mau."
Wave meninggalkan Tonmai, dengan wajah kesal dan bibirnya yang terus mengucapkan supah serapah.
"Shit."
Kepala Tonmai semakin pecah, dan membuat moodnya semakn down. Tonmai mengambil ponselnya, lalu menghubungi Ibunya.
"Mae. Aku akan pulang. Ada hal yang benar-benar harus kita luruskan."
Tonmai langsung bergegas, membereskan semua baju yang dia butuhkan. Tonmai juga meminta ijin pada Pak Pom. Tonmai juga meninggalkan ponselnya, karena Tonmai hanya ingin semua masalah selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gifted Graduation (END)
RandomDua tahun telah berlalu dan tahun ajaran baru dimulai lagi. Bersamanya datang kebangkitan program Berbakat, dan ancaman tersembunyi dari Kementerian yang dipimpin oleh Darin, seorang guru baru. Dipenuhi dengan bahaya dan lebih banyak komplikasi...