#viii. perihal foto lawas dan tragedi sakit perut

42 16 8
                                    

○○●○○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○●○○

"Dirumah ada siapa aja Luh?" Sang gadis bertanya ketika sampai di pekarangan kediaman sahabat kentalnya.

Galuh melepas helmnya sebelum menjawab, "Biasa, cuma ada bunda, Haira mana udah pulang jam segini." Ujarnya, dengan mencantumkan Haira-- nama adiknya.

"Oh, sepatumu taruh rak situ aja." Galuh menunjuk sebuah rak biru pekat didekat pintu saat melihat Kanista sudah melepas alas kakinya.

Kanista pun menurut pada sang tuan rumah, kakinya turut menyamakan langkah Galuh saat memasuki rumah itu. Sudah lama ia tidak menapakkan kaki disana, mungkin yang terakhir, 3 tahun yang lalu? Ketika menemani sahabatnya itu mengemasi barang yang akan dipindahkan. Tapi, lihat saja. Rumah ini masih sama bersihnya seperti 3 tahun yang lalu. Hanya ada perubahan yang tidak terlalu menonjol.

"Kok udah pulang nak? Eh, ini Kanista kan? Ya ampun, udah besar aja kamu." Dilihat, sang ibunda Galuh yang keluar dari biliknya, menggurat seutas senyuman di rupanya. Kanista sontak menyalami yang lebih tua, disusul dengan Galuh tentunya.

"Iya bun, tadi guru pada rapat, jadi pulang cepet. Terus, Kanis tak ajak main kesini, boleh 'kan?" Widya tentunya mengangguk, lalu membalas, "Boleh aja dong. Kanista makin gede makin cantik ya, pasti banyak nih yang suka." Widya mengelus surai pendek Kanista, yang dibilang begitu, hampir salah tingkah dibuatnya.

"Enggak kok te, biasa aja." Ujarnya.

"Halah, biasa apaan, coba tanya deh bun dari MIPA 1 sampai 5 pasti ada aja yang naksir dia." Kanista langsung melemparkan satu tatapan tajam pada Galuh.

Widya terkekeh melihat kelakuan anak sulungnya itu, "Ya sudah, kalau mau main sana naik aja ke kamar Galuh, bunda juga mau masuk dulu ke kamar ya."

Kedua gadis itu mengangguk, lantas kakinya berjalan seiringan melewati kubikel-kubikel yang terpasang apik di bawahnya.

Saat Galuh mulai menarik kenop pintunya, disanalah Kanista dibawa terbang oleh memori-memori masa lampau nya. Kamar dengan dinding berwarna coklat susu itu sukses membuatnya bernostalgia pada masa-masa sekolah dasarnya.

Hastanya meraih sebuah figura, yang terdapat foto dirinya dengan sang sahabat. Berpose dua jari dengan Galuh yang merangkul Kanista. Namun di foto tersebut, terlihat wajah Kanista kecil yang terlihat sembab, seperti usai menangis.

Kilas balik

"Galuhh, aku gak mau outbound hiks. Mau sama mama aja dirumah.. Aku pengen pulang hiks, hiks." Ujar Kanista kecil dengan merangkul lengan sahabatnya, sembari terus menangis.

bus stop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang