Saat ini ruangan yang di tempati Arsen sudah sepi, karena teman-temannya sudah pulang, dan yang tersisa hanya Bella dan Arsen.
Bella menatap Arsen yang tertidur dengan damai di atas brankar itu.
Tak lama dari itu pandangan Bella beralih pada buku diary yang dia pegang dari tadi.
Setelah teman-temannya pulang tadi, Bella di telfon oleh Bundanya.
Setelah mengetahui bahwa Arsen masuk rumah sakit, Audrey datang di antar oleh Devon untuk menjenguk Arsen. Dengan membawa buku diary yang di pesankan oleh Bella.
"Udah abis aja ini buku" Gumam Bella sambil membuka tutup pulpen nya dan siap untuk menulis di lembar terakhir yang ada di buku diary nya.
Bella fikir akan menulis tidak terlalu panjang karena takut tak cukup karena lembar yang tersisa hanya lembar paling belakang.
'Satu hal yang ku inginkan, merasakan bahagia bersama dirinya untuk tiga waktu, sekarang, besok dan selamanya.'
Setelah menulis kan itu Bella menutup buku nya kemudian memasukkan ke dalam tas yang di bawakan Audrey tadi.
Sesudah meletakkan buku Bella berjalan menuju brankar yang di tiduri Arsen, kemudian duduk di kursi dan mulai memejamkan matanya yang memang sudah mengantuk dari tadi.
Saat Bella tertidur lelap, tiba-tiba Arsen bangun dan merasakan kembali sakit di dada dan kepalanya.
"Akhh" Ringis Arsen berusaha menetralisir rasa sakit itu namun hasilnya sia-sia.
Kali ini sakit nya sangat dahsyat, membuat Arsen tak mampu menyembunyikan rasa sakitnya.
Benteng baik-baik saja nya hancur, ia tak mampu menahan semua rasa sakit itu.
Bella yang tidur di kursi dengan kepala yang terlungkup di bankar yang di rebahi Arsen merasakan adanya gerakan di atas sana.
Bella membuka matanya dan perlahan mengangkat kepalanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat Arsen menjambak rambut nya sendiri dan memegangi dada.
"Arsen.... Kenapa Sen? Bertahan dulu ya aku panggilin dokter" Ucap Bella yang sudah sangat cemas.
"Bbbell, jj-jangan pergi"
"Aku panggil dokter sebentar ya,"
Arsen menggelengkan kepalanya,
"Di sini aja, aku gak papa""Sen tapi kamu kay-"
"Jangan pergi,"
Karena tidak tega Bella kembali duduk di kursi dan menggenggam tangan Arsen yang terasa dingin."Bella,"
"Iya"
"Aku sayang kamu, tapi..."
"Tapi apa"
"Ssakiitt Bell" Keluh Arsen dengan tangan yang memegang tangan Bella erat.
"Aku panggil dokter ya"
"Gak perlu, aku perlunya kamu!" Ucap Arsen dengan tersenyum tulus pada Bella yang sangat terlihat kepanikannya.
"Ssen, aku panggilin aja dokter ya kamu sakit Sen"
Arsen tetap menggeleng,
"Aku butuh nya kamu, aku gak butuh dokter! Kamu obat nya Bell, jangan nangis ya""Gimana gak nangis! Kamu aja kesakitan kayak gitu!"
"Aku gak papa, sini peluk" Ucap Arsen seraya merentangkan kedua tangannya.
Dan saat itu juga Bella berhambur ke pelukan Arsen.
"Peluk, selagi nyawa aku masih ada" Secara tiba-tiba Bella melepas pelukannya dan Arsen kemudian menatap Arsen dengan air mata yang sudah turun deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Terakhir ( END )
RomanceKita mungkin satu buku, Tapi tidak satu lembar, Me: Laure Nashya Isabella Semesta punya banyak permainan. Yang perlu kamu tau. Kita satu judul. Di halaman yang selanjutnya. Me: Arsenio Refaldo