Buku pelanggaran (03)

274 28 0
                                    

"Lo tau gak, titik tertinggi pelanggaran itu ketika nama lo masuk di bukunya Kevin–"

"Jadi selama lo gak masuk, lo gak akan kena masalah besar"

Teman perempuan Irfan berkata demikian, tentu saja karena temannya ini anggota dari osis.

Dan tentu saja temannya mengatakan hal ini karena baru saja melihat beberapa siswa dilapangan sekolah sedang dihukum. Hukuman push up karena melanggar aturan sekolah.

"Lah tapi nama gua ada tuh"

"Hah?"

"Nama gua ada dibuku dia, kemarin dia nulis nama gua" jawab Irfan santai sambil memandangi teman perempuannya yang menatap tidak percaya.

"Muka lo kok gitu sih? Jelek"

"Anjir lo fan, ini gua kaget, anjir masa sih? Lo ngapain emang sampe nama lo ditulis segala" Irfan hanya menaikkan bahunya pertanda ia tidak tahu.

Bukan tidak tahu, tepatnya ia tidak perduli.

"Lo nyari masalah sih pasti, minta maaf buruan ke Kevin"

"Lah ngapain?" Irfan kini bertanya, ia benar-benar tidak habis pikir. Maksudnya apa meminta maaf?

Lagi pula harga dirinya sebagai lelaki lebih tinggi dari pada harus meminta maaf pada Kevin. Dan lagi pula kenapa ia harus meminta maaf? Kenapa orang-orang di sini selalu saja menyuruhnya untuk meminta maaf pada Kevin?

Apalagi seseorang seperti Kevin, dengan masalah yang menurutnya tidak perlu untuk seserius itu.

"Udah lah gua ke lapang, mapel gua nih, duluan ya put!" Ujar Irfan meninggalkan teman perempuannya dengan wajah heran setelah ia mendengar suara peluit.

Dengan sedikit berlari Irfan turun dari tangga, dan langsung berbaris di lapangan. Beberapa temannya sudah mengambil bola basket, begitu pula dengan Irfan.

"Kelas kalian tanding sama kelas sebelah! Bapak minta anak cewek buat duduk dulu" Teriak guru olahraga tak berambut yang datang sambil membawa buku absen nilai siswa.

Sehingga semua perempuan dari kelas Irfan terduduk, tak terkecuali Irfan. Membuat Farah menepuk bahunya kencang.

"Sana lo boti, ngapain ikutan sama kita" ujar Farah, ketika Irfan ikut duduk sila di antara dirinya dan Dara.

"Tau nih orang kocak, buruan sana, katanya lakik" saut Dara.

"Iya iya, lo mah pada begitu" sejujurnya Irfan malas karena selalu saja laki-laki yang duluan untuk bertanding. Kenapa tidak perempuan saja?

Dengan terpaksa ia berdiri dan menyusul dengan teman lelaki sekelasnya. Berbaris dengan satu barisan, dengan barisan lain didepan yang menjadi lawan tandingnya.

"Itu lo–Irfan" mendengar namanya terpanggil Irfan menoleh, Rafael wakil ketua osis yang memanggil namanya.

"Oh kelas lo tanding ama kelas gua?" Tanya Irfan, kemudian dengan anggukan Rafael membalas.

"Jangan sampe kalah lo, malu sama anu lo tuh" ujar Rafael dengan tawa, wah ujaran yang ia katakan pada saat itu, rupanya Rafael menantang dirinya. Tidak tahu saja jika Irfan jago dalam hal olahraga.

"Yakali, ayoklah siapa yang menang traktir bakso" balas Irfan, dirinya merasa tertantang untuk ini.

"Ayok aja, siapa takut"

"Eh anggota lo kok kurang satu?" Dengan melihat barisan Rafael yang memang anggotanya kurang dari barisannya.

"Iya itu si Kevin nggak ikut, dia jadi tukang nyatet nilai"

Tantangan (Kevin & Irfan) |Hyuckren|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang