Bagian 3: Gagal Total

128 22 3
                                    

"Apa ini akan berhasil, Aurora?" tanya Kate dengan suara bergetar.

"Ingat, ini simpel. Tinggal hajar aja kek di film-film." jawab Aurora.

***

Malam itu, Kate—sekarang dikenal sebagai Retta Shivani—berdiri di atas sebuah gedung tua, mengamati sebuah gudang gelap di kejauhan. Cahaya-cahaya kecil dari rokok yang menyala dan penjaga-penjaga bersenjata yang hilir mudik di sekitarnya menunjukkan bahwa targetnya, Dolan, jelas tidak mudah didekati.

Di earphone kecilnya, suara Aurora terdengar. "Oke, Ret. Target kita ada di lantai dua gedung itu. Menurut informasi, dia nggak suka berbaur sama penjaga-penjaga di bawah, jadi harusnya lo bisa masuk tanpa ketahuan."

Retta menarik napas dalam, menguatkan diri. "Siap, gue mulai sekarang."

Dia mulai menuruni tangga darurat gedung dan melintasi jalan yang sepi, mendekati gudang tersebut dengan cepat dan tenang. Begitu sampai di pintu belakang, dia merogoh sakunya, mengeluarkan alat pembuka kunci yang diberikan oleh Aurora.

"Oke, gue masuk," bisik Retta ke mikrofon kecilnya.

"Bagus. Hati-hati," sahut Aurora di seberang sana.

Retta tersenyum kecil, meski jantungnya berdebar kencang. Perlahan, dia menyelinap masuk ke dalam gudang. Matanya menyapu ruangan, memeriksa segala penjuru. Ia berhasil melewati beberapa penjaga dengan mulus, hingga akhirnya mencapai tangga menuju lantai dua. Di sana, ia mengendap-endap naik, menjaga setiap langkahnya agar tidak menimbulkan suara.

Sesampainya di lantai dua, ia melihat sosok Dolan sedang berdiri dengan angkuh di tengah ruangan. Seorang pria bertubuh besar, mengenakan jaket kulit hitam dan anting-anting besar di kedua telinganya. Di tangan kanannya, sebuah pisau terlihat berkilau terkena cahaya lampu yang redup.

"Ah, akhirnya gue nemu lo," bisik Retta dengan sedikit senyuman puas, tangannya sudah siap di gagang pisau kecil yang disembunyikan di balik jaket.

Tapi belum sempat dia melangkah lebih jauh, Dolan tiba-tiba berbalik. Senyum lebar dan menakutkan terpampang di wajahnya.

"Siapa lo? Gadis kecil?" suara Dolan terdengar dalam dan serak, matanya yang tajam langsung mengunci pandangan ke arah Retta.

Seketika Retta terdiam. Otaknya berputar cepat mencari cara untuk menyerang tanpa memberi kesempatan pada Dolan untuk bereaksi.

"Lo pasti pengen kepala gue, kan?" Dolan tertawa keras, suaranya bergema di ruangan tersebut. "Lo kira gampang?" Retta diam, tapi Dolan hanya tertawa lagi, lebih keras kali ini.

"Anak kecil kek lo mau ngancam gue? Lo pikir ini main-main?" Dolan melangkah maju, matanya berkilat penuh kegilaan.

Retta menarik napas, langsung mengayunkan pisau ke arah dada Dolan, tapi dengan refleks yang cepat, Dolan menangkisnya, lalu balik menyerang dengan pukulan keras ke perutnya.

"Urgh!" Retta terhuyung mundur, tangannya memegangi perutnya yang terasa perih akibat pukulan tersebut.

"Lo kira lo bisa ngalahin gue dengan gampang, hah?" Dolan menyeringai lebar, mendekati Retta dengan langkah berat dan mantap.

"Ret, lo baik-baik aja?!" suara Aurora terdengar panik di earphone-nya.

Retta meringis, berusaha berdiri tegak. "Gue masih hidup... tapi dia nggak gampang dikalahin. Gila, nih orang kek robot."

"Hati-hati, Ret. Mundur aja kalau lo nggak yakin bisa ngelawan. Gue bakal cari cara lain," saran Aurora, terdengar cemas.

Retta menarik napas, mengatur langkah mundurnya sambil menjaga jarak dari Dolan yang masih mengamatinya dengan senyum menantang. "Lo cuma bisa mundur, ya? Dasar pengecut!" ejek Dolan, sambil mengayunkan pisaunya dengan gerakan cepat, nyaris mengenai wajah Retta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Now I'm Trapped In Assassin's Body  ||  ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang