Kate memulihkan diri di kamar apartemennya, duduk bersandar sambil memandang Aurora yang sibuk mengotak-atik laptop. Rasa penasaran semakin menggelitiknya setiap kali ia mengingat cerita Aurora tentang sosok Retta Shivani—tubuh yang ia tempati sekarang. Namun, meski ia mencoba keras, tetap tak ada ingatan atau perasaan yang muncul tentang siapa sebenarnya dirinya sekarang.
"Jadi... kita benar-benar sahabat, ya?" Kate bertanya pelan, sedikit ragu.
Aurora mengangkat wajahnya, tersenyum tipis. "Ya, Ret—Kate. Kita dulu sering bareng-bareng dalam misi, saling bahu-membahu." Ia tertawa kecil sambil mengingat, "Lo itu dulu, kalau sudah serius, orang paling susah diajak bercanda."
Kate tersenyum canggung, merasa asing tapi juga sedikit tersentuh. "Rasanya aneh mendengar cerita-cerita tentang seseorang yang seharusnya aku ingat... tapi sama sekali enggak terhubung."
Aurora duduk di pinggir ranjang Kate dan menatapnya serius. "Mungkin karena sekarang lo adalah Kate, bukan Retta. Aku mengerti, dan jujur, ini enggak mudah buat aku juga. Tapi aku di sini karena gue peduli sama lo. Entah lo Retta atau Kate."
Kate menunduk, mengusap selimutnya. "Aurora, lo bisa cerita lebih tentang Retta? Gue kepo aja, sih."
Aurora mengangguk pelan. "Oke, gue akan ceritakan. Tapi siap-siap ya. Dunia Retta itu... jauh dari yang mungkin lo bayangkan."
***
"Lo tahu," katanya sambil melipat tangannya di depan dada, "keluarga gue punya perusahaan besar, Heavenland Corp. Perusahaan kami menguasai hampir seluruh media dan telekomunikasi di sini. Aku anak satu-satunya, dan semua orang menganggap aku bakal melanjutkan bisnis keluarga."
"Lo pamer apa gimana? Katanya cerita tentang Retta? Ah elah." Balas Kate.
"Sabar, anjir. Ini gue cerita mulai dari awalnya awal banget, sial." Jawab Aurora.
"Tapi hidup di dunia kek gitu membosankan buat gue. Semua orang di perusahaan selalu punya agenda, setiap orang yang gue temui... seakan-akan punya niat tersembunyi terus kek robot pula. Makanya, gue milih untuk menjalankan divisi keamanan sendiri, tapi karyawannya punya bapak gue juga, sih. Jadi mereka kek double job, double salary. Pekerjaan ini memberi akses ke banyak hal yang enggak bisa diakses orang biasa. Dan..." Aurora menatap Kate penuh arti, "...itulah yang mempertemukan gue dengan Imperial Dragon."
"Imperial Dragon? Naon?" Kate mengerutkan alis.
"Imperial Dragon itu organisasi yang sering minta bantuan gue buat dapat info khusus. Info target mereka, info musuh dan banyak deh. Mereka tahu kalau gue bisa diandalkan... dan lewat organisasi itulah gue ketemu lo—dengan Retta Shivani, maksudnya."
Kate menatap Aurora dengan penuh rasa ingin tahu. "Jadi... gue ini basicnya emang pembunuh bayaran?"
Aurora tertawa pelan. "Iya, lo itu assassin paling berbakat di Imperial Dragon. Lo itu tenang, cekatan, dan penuh perhitungan. Jujur saja, awalnya gue rada takut sama lo. Tapi dibalik itu semua, gue melihat sisi lain dari diri lo—lo punya alasan kuat untuk melakukan apa yang pengen lo lakukan."
Kate menatap kosong ke arah jendela, merenungi perkataan Aurora. "Tapi... sekarang gue bahkan tak tahu alasan itu apa."
Aurora meletakkan tangannya di bahu Kate. "Lo kan Retta jadi-jadian...Retta itu pernah menulis sesuatu. Katanya, dia ingin melindungi orang-orang yang dia sayangi, walaupun itu berarti harus mengorbankan dirinya."
Kate menarik napas dalam-dalam. "Aurora... Mungkin, mungkin gue dipanggil ke dunia ini buat menyelesaikan misi itu? Ya kan? Bisa jadi itu."
Aurora tersenyum lemah. Orang yang disayangi Retta, ya? Sayangnya orang tersebut sudah mati. Aurora menggigit bibir bawahnya. Ingin sekali ia memberitahukan Kate tentang hal ini. Tapi hatinya... tidak sanggup.
Kate menatap Aurora, cemas. "Lo mikir apaan dah?"
"Gue mikirin... Utang lo. Udah numpuk banget. Ribuan kali lipat gaji UMR." Jawab Aurora. Kate terdiam. Ia baru masuk ke dunia antah berantah, tidak dapat buff atau skill seperti di novel atau anime-anime, malah ia tertimpa utang lebih dari satu miliar.
"Nah, fokus ke training. Sisa beberapa hari sampai misi tiba. Gue briefing singkat dulu, deh." Sambung Aurora. Ia kemudian membuka folder yang dibawanya lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas.
"Target kali ini cuma satu orang. Pengedar narkoba, Dolan—"
"WOAH! Gue bakal jadi kek hero yang membantu polisi gitu, yah."
"Bukan, goblok! Dolan ini diincar sama mafia narkoba lainnya, soalnya harga narkoba punya Dolan ini murah dan banyak dibeli. Namanya juga bisnis, jadinya ada monopoli. Jadi gitu, deh."
-- Update SAT --1 vote = 1 reason to keep the stories going ❤️1 follow = 1 reason to stay updated with newest story
⚠️ WARNING ⚠️ BUKAN NOVEL TERJEMAHAN! CERITA DAN GAMBAR BERDASARKAN RETTA KATE! Kunjungi @Retta Kate di Youtube!
KAMU SEDANG MEMBACA
Now I'm Trapped In Assassin's Body || ONGOING
FantasiAKU MENJADI ASSASIN YANG TIDAK BISA MEMBUNUH!!! BAGAIMANA NASIBKU?!?! Retta Kate. Bukan, sebelum pindah dimensi, nama aslinya Kate Ereny. Setelah ditabrak bis-kun tepat di depan fakultasnya, ia pindah dimensi. Karena ia bukan seorang assassin, Retta...