"Kamu beneran gak sibuk 'kan, Mas?" tanya Rifa sekali lagi.
Octa terkekeh kecil. "Astaga, Fa. Kamu bahkan udah nanyain hal itu berkali-kali. Lagian, ini kita udah diperjalanan." ujar Octa gemas.
Rifa menyenderkan pundaknya disandaran mobil. "Aku hanya takut merepotkanmu."
"Tenanglah. Lagipula aku dua minggu ini tidak ada jadwal penerbangan." Ditengah kesibukannya sebagai seorang kapten pilot, Octa selalu berusaha melakukan yang terbaik jika itu tentang Rifa.
"Baguslah."
Rifa menengok ke bangku belakang mobil. "Kamu sedang apa, Azka? Kenapa diam saja?"
Azka yang tengah fokus membolak-balikan buku jadi terhenti. Dia menatap bundanya dengan senyuman lebar. "Azka sedang melihat-lihat gambar di buku yang kemarin Ayah kasih, bun. Gambarnya sangat bagus, Azka suka." jawabnya antusias.
Hampir di umur lima tahun ini Azka masih belum fasih membaca. Dia masih suka mengeja-eja. Tetapi bocah cilik satu ini sangat senang dengan buku-buku cerita seperti dongeng. Alasannya simple, karena kebanyakan buku dongeng itu di sertai gambar-gambar yang bagus dan menarik di matanya. Dan Azka sangat suka hal tersebut.
"Oh ya? Azka menyukai bukunya?"
"Tentu saja, Ayah! Gambarnya sangat bagus dan menarik. Kapan-kapan belikan buku seperti ini lagi ya, Yah?"
Octa tersenyum lebar. "Sure, nanti kita ke gramedia. Biar Azka bisa memilih sendiri bukunya."
"Yeay! Terimakasih, Azka sayangg Ayah!" Azka tertawa sembari bertepuk tangan. Octa pun mengacak rambut Azka dengan gemas.
Rifa bahagia melihatnya. Tetapi dia juga merasa tidak enak dengan Octa. Sudah banyak sekali yang lelaki itu lakukan untuk membuat anaknya bahagia. Bahkan dirinya.
"Mas Octa, apa itu tidak merepotkan? Aku merasa tidak enak dengan kamu."
"Tidak apa-apa, Fa. Aku merasa tidak direpotkan sama sekali."
"Lagian aku suka membuat Azka tersenyum. Hal itu membuatku merasa telah berhasil menjadi sosok Ayah bagi Azka."
Rifa terdiam. Harus dengan apa dia membalas kebaikan laki-laki disampingnya ini? Mengingat segala hal yang telah Octa lakukan untuknya, bahkan sejak pertama kali dia menginjakan kaki di Bandung.
"Rifa, heii..,"
Tepukan dibahu kanannya membuyarkan lamunan Rifa.
"Kenapa, Mas?" tanyanya sembari menoleh ke arah lelaki itu.
Octa tertawa kecil. "Kamu tidak ingin turun? Kita sudah sampai, bahkan Azka saja sudah terlalu bersemangat hingga turun duluan." ujarnya menggoda.
Rifa meringis malu. Melamunkan kebaikan Octa hingga lupa keadaan benar-benar hal yang memalukan. Apalagi dengan objek lamunan yang sedang bersamanya.
"Ayo turun."
"Iya."
Mereka bertiga berjalan masuk ke dalam area Taman Kanak-Kanak (TK). Berjalan bersama sesekali disertai dengan kejailan yang Octa layangkan kepada Azka. Membuat bocah cilik itu menunjukan reaksi yang menggemaskan.
"Anaknya lucu ya, bu. Bapaknya juga, ganteng dan sosweet. Semoga rumah tangganya langgeng terus sampai maut memisahkan." ujar seorang ibu-ibu yang dengan tiba-tiba berkata demikian.
"Aamiin, terimakasih atas doanya." jawab Octa sembari menahan tawa.
Setelah ibu-ibu tadi berlalu pergi, tawa Octa sudah tidak bisa ditahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINES; Rifa Story (On Going)
RandomHarus'kah Rifa mempertahankan hubungan di tengah pengkhianatan suaminya? --- "Janji cinta sehidup semati dihadapan Tuhan saja kamu mampu mengkhianatinya mas. Lantas, hal apalagi yang mengharuskan aku untuk bertahan di sisi kamu?" Fandy terdiam. Bahk...