-F-

395 47 5
                                    

Perkataan Junkyu saat di mobil tadi benar-benar dilakukan. Sesampainya di apartemen, yang Junkyu lakukan adalah mengisi bathtub dengan air hangat. Lalu, ia menyiapkan dua stel piyama untuk mereka berdua sambil menunggu bathtub terisi penuh. Ia juga meletakkan beberapa lilin aroma terapi di sekitar bathtub.

Sedangkan Jihoon sedang tidur di atas sofa ruang tamu, dengan tangan yang ia gunakan sebagai penyangga kepala. Sejak datang tadi, Jihoon langsung menuju sofa dan tertidur begitu saja.

Setelah menyiapkan semuanya, Junkyu keluar dari kamar. Melihat Jihoon yang sudah tertidur membuatnya sedikit tidak tega untuk membangunkan, tapi Jihoon belum membersihkan diri, kalau tidak mandi tubuhnya akan gatal dan akan terbangun di tengah malam.

Jadi, Junkyu hanya duduk di samping sofa. Menatap wajah Jihoon lekat-lekat, pemuda tersebut terlihat sangat lelah. Melihatnya tidur membuat Junkyu juga merasa tentram, bulu mata Jihoon sangat lentik dan cantik, hidung bangirnya yang membuatnya tampak lebih mempesona, terlebih kebiasaan Jihoon yang selalu membuka sedikit mulutnya saat tidur. Sangat menggemaskan.

Tangannya membelai rambut Jihoon lembut, kemudian turun menuju rahang. "Jihoonie," panggil Junkyu agak pelan.

Jihoon mengerjapkan matanya, menatap Junkyu yang sudah berada tepat di depan matanya. "Mandi dulu ya, biar nggak gatel," lanjut Junkyu.

Namun Jihoon terlihat malas untuk bangun, atau bahkan ia kesal karena dibangunkan oleh Junkyu. "Maaf banget udah bangunin lo, tapi mandi dulu, ya?"

Setelah beberapa saat, Jihoon mengangguk dengan bibirnya yang mengerucut. Sebenarnya Junkyu ingin sekali mengatai ekspresi yang ditunjukkan pacarnya itu, tapi ia urungkan karena takut nanti Jihoon tidak akan mau mandi. Kebiasaan Jihoon saat setengah tidur, ia akan gampang marah dan Junkyu tidak menginginkan itu.

"Jun," panggil Jihoon ketika akan membuka pintu kamar mandi. "Lo udah mandi? Temenin mandi," lanjutnya dengan suara yang terdengar merengek.

Junkyu terkekeh, "Gue habis lo aja, ya?"

Jihoon tidak protes, ia kemudian memasuki kamar mandi dan melepaskan pakaiannya. Ia kira, Junkyu menyuruhnya mandi menggunakan shower. Tapi, melihat bathtub yang sudah penuh dan bau lilin aromaterapi yang sangat pekat membuat Jihoon sadar. Junkyu menyiapkan sebengini sempurnanya untuk membuat Jihoon nyaman.

Senyum Jihoon mengembang, kemudian memasuki bathtub dan memejamkan mata. Nyaman, hanya itu yang Jihoon rasakan. Rasa letihnya perlahan menghilang, dan kesadarannya pun kian kembali. Sampai saat ia mendengar pintu kamar mandi dibuka, yang membuat Jihoon membuka matanya. Ia tampak sangat terkejut saat menatap ke arah pintu.

Junkyu ada di sana, melepaskan pakaiannya. Kemudian, ia berjalan ke arah Jihoon. "Let me join?"

Jihoon tersenyum, menggeser tubuhnya dan mengulurkan tangannya pada Junkyu. Bathtub Junkyu cukup lebar, jadi sangat cukup untuk mereka berdua. Junkyu menerima uluran tangan Jihoon, kemudian duduk tepat di sampingnya. "Mau langsung mandi apa berendam dulu?" tanya Jihoon.

Junkyu yang semula menyandarkan kepalanya pada pundak Jihoon, lantas duduk tegap. Lalu mengubah posisinya menghadap Jihoon. "Mandi, habis itu bobo."

Paham dengan itu, Jihoon berinisiatif mengambil sabun mandi. Memberikannya kepada Junkyu, dan untuk dirinya sendiri. Mereka membersihkan diri mereka masing-masing. "Sini, gue gosokin punggungnya," tawar Junkyu. Lalu Jihoon mengubah posisinya menjadi membelakangi Junkyu.

Junkyu pandai sekali membuat Jihoon nyaman, ia bukan hanya menggosok punggung saja. Tapi juga memijat, memberikan sentuhan paling lembut yang pernah ia berikan.

"Tadi gue praktek salah bawa bahan, malu banget. Diketawain dosen," jeda sejenak. "Paling ngeselin waktu Bang Hyunsuk ikutan ketawa dan malah kayak ngejekin gue."

Jihoon terus bercerita tentang harinya, sedang Junkyu hanya mendengar cerita itu dengan sesekali menjawabnya atau bertanya apa yang selanjutnya terjadi. Ia kenal Jihoon kelewat dalam, ia tau Jihoonnya suka ditanggapi begini. Jika Junkyu tidak merespon, mood-nya akan sedikit turun.

Sesekali Jihoon akan menengok ke belakang untuk mengecek ekspresi Junkyu. Lalu saat mereka merasa cukup dengan punggung Jihoon, kemudian giliran Junkyu yang mendapat relaksasi. Tak ada yang lebih pandai memberikan pijatan kecuali Jihoonya, Junkyu bahkan sampai tak berkata apa-apa dan hanya memejamkan mata.

●●●●●

Sekarang Jihoon tegah berdiri di depan televisi, menonton acara malam sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk. Sesekali ia juga akan menggumamkan sebuah lagu yang ia dengar akhir-akhir ini. "Jun, udah minum obatnya?"

Junkyu yang sedari tadi membereskan ranjang untuk mereka tidur pun menoleh, lalu menganggukkan kepalanya. "Tadi sebelum mandi," jawabnya santai kemudian kembali membereskan ranjangnya. "Gimana? Enak nggak piyamanya? Yang itu baru, gue beli agak gede."

Jihoon mengangguk, "Pantes aja rasanya beda." Setelah itu Jihoon meletakkan handuknya, mematikan televisi dan lampu. Namun tak lupa menyalakan lampu tidur, yang menciptakan suasana yang lebih nyaman.

"Sini," panggil Junkyu sembari menepuk tempat kosong di sampingnya. Jihoon pun menurut, merebahkan tubuhnya di sana dengan kepala yang ia letakkan pada bahu Junkyu sambil memeluknya. "Malem ini gue yang jadi koala, ya? Gantian, biar nanti kalau ditanya Bang Hyunsuk Jihoonie pernah manja juga."

Junkyu terkekeh mendengar perkataan Jihoon, lalu membalas pelukan pacarnya itu. Posisi mereka bertahan seperti itu untuk beberapa saat, dan mereka juga tau bahwa belum ada di antara mereka yang tidur. "Jun, gimana?"

"Hm?"

"Gimana hari lo? Gue sibuk banget hari ini. Sori, tadi gue nggak nanya," jelas Jihoon yang masih berada dalam pelukan Junkyu.

Junkyu terdiam sesaat, mengingat apa saja yang benar-benar ia lakukan hari ini. "Gue kuliah," kemudian hening lagi. Jihoon juga tidak bertanya apa-apa, karena tau masih ada yang ingin Junkyu sampaikan. "Masih sama, Ji. Kalau kuliah ya kuliah aja, gue nggak punya temen kayak lo. Habis itu gue pulang, beresin baju kotor sama ngerapiin baju bersih. Udah."

"Udah?"

Junkyu tersenyum, Jihoon itu memang mengenal sekali Junkyunya. "Tadi Doyoung ke sini."

Jihoon yang semula sudah sedikit mengantuk, mendapatkan seluruh kesadarannya seketika. Kemudian ia mengangkat kepalanya sambil menatap Junkyu, pelukan pun ia lepaskan. Namun Jihoon masih tak bicara, ia masih menunggu Junkyu untuk menjelaskan kepadanya. "Dia cuma nyuruh gue dateng ke rumah, makan malam bareng. Katanya biar gue nggak lupa kalau gue bagian dari keluarga Kim."

Kalimat terakhir ia ucapkan dengan sangat getir. "Gimana bisa lupa ya, tiap hari aja gue dikirimin perkembangan perusahaan," sambungnya diikuti tawa hambar.

Jihoon menghela napas, kemudian mengubah posisi mereka. Menarik Junkyu untuk bersandar kepadanya, lalu memeluknya erat. "Nggak papa, dateng aja, ya? Anggap aja lo dateng buat Doyoung," ucap Jihoon sembari mengelus rambut Junkyu. "Nanti kalau lo nggak nyaman, langsung pulang nggak papa. Gue tungguin di daerah sana, gue bisa jemput lo langsung."

Junkyu diam, memilih untuk memeluk Jihoon. Ia tak memiliki kata-kata untuk membalas ucapan Jihoon, karena untuk menolak pun ia tak punya alasan yang bisa ia ajukan kepada orang tuanya. Mungkin Jihoon benar, ia hanya perlu menuruti kemauan orang tuanya, lagi.

"Udah, ayo bobo. Kita besok kuliah, terus mau survey ke tempat anjing juga. Bobo ya?"

Junkyu mengangguk, kemudian menarik selimut sampai menutup seluruh tubuhnya dan hanya menyisakan kepala yang menyembul ke atas. Sambil memeluk Jihoon, kemudian Junkyu menjemput mimpinya.—

—to be continue

flower crown | jikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang