-eleven

193 25 7
                                    

Setelah pertengkarannya dengan Junkyu pagi tadi, sekarang Jihoon berakhir di kamar Hyunsuk. Tidur tengkurap dengan kepala yang membenam di bantal. Berusaha tidur, namun pikirannya penuh akan masalah yang ia hadapi selama beberapa hari ini. Sedangkan Hyunsuk yang tak mengerti apa yang terjadi dengan sahabatnya pun hanya bisa diam, menunggu Jihoon bercerita.

Sampai ketika ibu Hyunsuk mengetuk pintu, menanyakan apa mereka berdua tidak pergi kuliah. Karena hari itu bukanlah hari libur, dan melihat anaknya yang super sibuk masih ada di kamar membuatnya bertanya-tanya. Lalu Hyunsuk menarik tangan ibunya agar berjalan lebih jauh dari kamarnya, "Hyunsuk nggak kuliah dulu ya, Ma. Kayaknya Jihoon lagi sakit."

Ibunya tampak terkejut. "Sakit? Sakit apa, Nak? Aduh, mama harus lihat," ucapnya sembari berjalan menuju kamar. Namun Hyunsuk menahannya, "Jangan. Mama bikinin sarapan aja, ya. Biar aku yang jagain Jihoon."

Dengan langkah yang ragu, ibu Hyunsuk pun pergi; bersama kekhawatiran yang membayangi. Karena baginya, Jihoon itu anaknya juga. Setelah dulu mendengar bahwa orang tua Jihoon bercerai, dan Jihoon memilih untuk tinggal bersama ayahnya membuatnya menyayangi Jihoon lebih dalam. Dengan Hyunsuk yang selalu membawa Jihoon pulang untuk makan malam, dan mengingat caranya meminta izin agar boleh memanggilnya "mama" seperti yang Hyunsuk lakukan.

Kasihnya terhadap Jihoon besar, sebesar ia menyayangi putra putrinya. Jihoon juga tidak pernah lupa ketika hari orang tua, ia sering memberinya hadiah juga. Padahal Jihoon masih memiliki ibu juga, namun ia lebih memilih memberikan hadiah itu kepada ibu Hyunsuk. Dan ketika mendengar kabar bahwa Jihoon sakit membuatnya lebih khawatir dari sebelumnya.

"Sori ya, gue pulang aja. Lo 'kan hari ini ada kelas," ucap Jihoon ketika Hyunsuk menutup pintu kamar.

Yang diajak bicara acuh saja, berjalan mendekat ke ranjang lalu memeluk sahabatnya itu kelewat erat. "Kenapa lo? Cerita sama abang, sini."

Jihoon tersenyum, merasakan perlakuan Hyunsuk padanya membuatnya bahagia. Mengingat Hyunsuk sudah jarang sekali memanjakannya, dan juga Jinhwan yang sibuk bekerja. Membuatnya merindukan cinta kasih seorang kakak. "Suk, gue kangen dimanjain sama lo," ucap Jihoon di dalam pelukan Hyunsuk. "Akhir-akhir ini gue capek banget, bingung mau cerita ke siapa. Lo sibuk banget, nggak mikirin adek lo yang kekurangan kasih sayang apa," sambungnya.

Tawa Hyunsuk menggema, mendengar Jihoom dengan kalimat kejujuran seperti ini jarang sekali. "Ada masalah sama Junkyu?"

Jihoon terdiam sejenak, lalu memilih semakin membenamkan wajahnya pada pelukan Hyunsuk. Mendengar nama Junkyu membuatnya goyah, segala hal yang ia tahan sedari tadi semuanya runtuh. Air matanya kini sudah membasahi kaos Hyunsuk, dan Hyunsuk pun dapat merasakan bagian dadanya yang menghangat. Jadi, ia memilih untuk mengusap punggung dan kepala Jihoom bergantian.

Ia jarang melihat Jihoon menangis, kalau pun pernah itu sudah lama sekali. Terakhir kali kalau bisa ia ingat adalah ketika mereka diterima di universitas impian keduanya, dan sekarang ia melihatnya lagi. Adiknya ini menangis untuk seorang pemuda yang ia pilih tiga tahun yang lalu untuk menemaninya, pemuda keturunan bangsawan dengan latar belakang yang sangat terpandang.

Suara sesegukan yang Jihoon buat membuat dada Hyunsuk semakin getir, mungkin ini kali pertama ia mendengar Jihoon menangis separah ini. Hal itu mrmbuatnya mengangkat kepala pemuda itu untuk menatapnya, dan benar saja. Seluruh wajahnya tertutup air mata dengan hidung merah dan mata yang bengkak, sesegukan pun mengiringi derai air matanya.

Hyunsuk membeku, ia tak bisa berkata-kata. Pria sekuat Jihoon menangis seperti ini di hadapannya. "Suk, gue capek banget. Orang-orang nggak ada yang sayang sama gue, bahkan Junkyu juga udah capek sama gue. Gue sekarang cuma kayak orang tolol yang ngemis sayangnya mereka, gue nggak mau Suk. Gue nggak mau Junkyu ninggalin gue."

flower crown | jikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang