Prik Candy

1 0 0
                                    

Suara benda yang jatuh dengan cepat membangunkan Aluna yang masih betah bergelung dalam selimut hangatnya. Aluna berdecak saat tahu jam dindingnya yang jatuh seakan memberi tahu Aluna secara halus kalau dia harus segera bangun karena mentari pagi mulai naik. Tertera dengan jelas di jamnya, sekarang pukul 07.00 pas. Aluna mendengus, netranya mengitari seluruh penjuru kamarnya dan berhenti saat ia melihat segelas susu dan 3 permen dalam piring kecil di atas nakasnya. Keningnya mengernyit, kenapa mama memberinya 3 permen untuk sarapannya? Apa sekarang mama tidak lagi punya cukup uang untuk sekedar memberi roti lapis? Atau harga roti lapis yang tiba-tiba melonjak naik sehingga mamanya tidak mampu membelinya?

Aluna menghela nafas, “Apapun itu, yang penting bisa di makan,” katanya. Ia sudah mencoba berteriak memanggil mamanya tapi tak kunjung dibalas dan lagipula Aluna cukup malas untuk bangun dari tempat tidurnya dan menuruni tangga untuk pergi menuju dapur tempat biasa mamanya di pagi hari.

Aluna mengambil segelas susu dan meminumnya. Netranya melihat sekilas dari jam dinding yang jatuh, sekarang pukul 07.07. Aluna meletakkan kembali gelas susunya dan mengambil piring kecil berisi permennya, hanya ada 3 biji permen berbentuk bola di sana. Aluna tersenyum miris, ini menu sarapan paling sedikit seumur hidupnya. Tiga permen itu punya warna yang berbeda seperti pelangi, Aluna mengambil yang hijau lebih dulu.

Aluna akui permennya enak, meleleh dengan cepat di mulutnya. Yang tidak enak itu sedetik setelah permen di mulutnya habis, kamarnya tiba-tiba berguncang, guncangan yang luar biasa sampai Aluna merasa dirinya jatuh ke bawah bersamaan dengan kamarnya yang hancur.

Dan di sinilah Aluna sekarang setelah 3 menit termenung karena dengan tiba-tiba pindah dari kasurnya dan syukurnya masih hidup. Aluna berdiri di sebuah bukit yang dikelilingi hutan lebat, sejauh mata memandang hanya ada hutan tidak ada yang lain. Karena penasaran, kakinya yang tanpa alas kaki mencoba melangkah pergi menuruni bukit. Baru beberapa langkah, Aluna dikejutkan karena kakinya tiba-tiba menjadi serbuk-serbuk kecil berwarna hijau dan menghilang kemudian, begitu terus sampai ujung kepalanya. Kembali terperanjat untuk kesekian kalinya karena Aluna kembali duduk lagi di atas kasurnya seperti semula, bedanya jam menunjukkan pukul 07.12.

Aluna serasa dipermainkan, berkali-kali terkejut sampai rasanya jantungnya bisa saja jatuh ke perut dan lebih-lebih terkejut lagi saat sadar semuanya bermula dari permen hijau yang ia makan 5 menit yang lalu.

.
.
.
End

Cerpen KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang