"Emhh ah! Pelanhh jie" Desah Haechan pelan, dia meremas rambut jisung ketika merasakan tumbukan jisung semakin mencepat.
"Ahh gak bisa sayang, ini enak bangethh" Jisung menciuni leher jenjang Haechan memberi beberapa tanda kepemilikan disana lalu turun ke dua buntalan bewarna kemerahan itu.
Haechan mendesah nikmat saat nipple nya dimainkan Jisung, rasa sensasi yang begitu nikmat yang begitu Haechan suka tak terlebih Jisung saat kejantanannya di remas oleh bibir lubang Haechan.
Tubuh Haechan tersentak kaget saat Jisung baru saja berhasil menemukan titik nikmatnya, Haechan mendongak air matanya mengalir karena merasakan kenikmatan yang begitu tiada duanya "ah! Ah! Ah! Fasterhh daddyhh!! I wanna cum!" Teriak Haechan.
"Together babe" Ujar Jisung yang menambah kecepatannya hingga di tumbukan ke 15 ia mengeluarkan spermanya didalam tubuh Haechan.
Tubuh Haechan bergetar hebat merasakan kehangatan didalam nya dan juga mencapai pelepasan nya yang kesekian kalinya.
Keduanya mendesah panjang, Jisung tersenyum memandang tubuh sexy istrinya lalu mencium kening sang istri "Ronde ke--"
"HUWAAAA"
Haechan terlonjak lalu mendorong tubuh Jisung mengambil kemeja kebesaran dan berlari kearah kamar anak mereka.
Jisung hanya bisa tersenyum kecut.
"Anak ku penghalang cinta ku"
.
.
.
Haechan kini sedang berada di dapur menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya, ia sesekali terkekeh mendengar sang suami yang membalas perkataan anak mereka walapun tak paham arti kata yang diucapkan oleh sang anak.
"Ady Ady tu unaa omyy" Ucap cello
Jisung menggaruk kepalanya tak paham apa yang anaknya katakan yang ia paham hanya Ady yang berati daddy dan omy yang berati mommy.
"Kamu ngomong apa sih? Daddy enggak paham"
Sang anak tertawa saat melihat wajah kesal sang ayah, Sama-sama tak paham apa yang diucapkan lawan bicaranya.
"Malah ketawa"
"Udah-udah sini ayo makan" Haechan mengangkat tubuh cello lalu menaruhnya di tempat makan cello sendiri "cello mau di suapin apa makan sendiri? "
"Ili omy!" Jawab sang anak, entah kenapa Haechan dan sang anak bisa saling berkomunikasi dengan lancar dan saling memahami bahasa satu sama lain berbeda jika dengan Jisung, Jisung tak paham apa yang anaknya katakan dan anaknya juga sebaliknya.
Haechan mengangguk lalu memberikan semangkok kecil bubur di meja cello.
Setelah selesai mengurusi cello Haechan bangkit mengambilkan suaminya dan dirinya sendiri nasi "kamu mau makan pake apa jie?" Tanya haechan
"Sayurnya sedikit aja sayang, aku juga mau sosisnya" Ujar Jisung.
Haechan kembali mengangguk dan mengambilkan lauk untuk sang suami dan mengambil lauk untuk dirinya sendiri.
"Eumm enak banget, seperti biasa." Ujar Jisung yang terlihat lahap memakan.
Haechan terkekeh dan melanjutkan makannya.
Acara makan mereka terhenti saat mendengar nada dering ponsel Jisung, Jisung berdiri lalu mengambil ponselnya yang berada di sofa lalu menjawab telepon itu.
Haechan diam dia melihat suaminya yang tampak beberapa kali menghela nafasnya.
"Kenapa jie?" Tanyanya
"Abis ini ayo kerumah keluarga aku" Ujar Jisung yang spontan membuat Haechan melotot
Selama ini ia kira Jisung tidak memiliki keluarga, karena memang Jisung tak pernah menceritakan apapun tentang keluarga nya dan Haechan tidak mau bertanya takut membuat Jisung sedih.
.
.
.
Haechan tersenyum melihat dirinya di pantulan kaca, bagaimana pun ia akan bertemu mertuanya untuk pertama kali dan ia harus terlihat sempurna.
Setelah selesai Haechan, Jisung dan juga anak mereka pergi kediaman keluarga Jisung.
Haechan tercengang saat mobil mereka memasuki mansion besar tak menyangka bahwa suaminya adalah dari kalangan orang atas.
Mereka turun lalu masuk, Haechan memperhatikan sekitar, sangat kagum dengan semua ini dan hampir tak percaya.
"Selamat datang kembali tuan muda, sudah lama tidak berjumpa" Sambut salah satu maid yang bisa diduga adalah kepala maid disini.
Jisung mengangguk dan tersenyum lalu mengajak Haechan masuk dan langsung pergi kekamar sang ayah.
Jisung menghela nafasnya lagi lalu masuk "Siang, dad" Sapanya.
Sang ayah terlihat langsung tersenyum lebar dan memeluk sang putra "Daddy merindukan mu Jisung-ah, kau pergi tanpa berpamitan, apa kau masih marah kepada daddy?"
Jisung menggeleng lalu melepaskan pelukannya "tidak, hanya saja dulu aku merasa tak pantas disini karena ibu ku sudah mati dan aku bukan bagian keluarga ini" Ujar Jisung dan melirik sang kakak yang terlihat menatapnya datar.
Sang ayah tersenyum kecut "jangan berkata seperti itu, aku tetaplah ayah mu dan--"
"Dan tetap saja aku akan di usir oleh mommy pertama dad. Ibu tiri ku. " Potong Jisung
Sang ayah tampak menghela nafasnya "jie, kau masih dendam?"
Jisung menggeleng "tidak"
Haechan hanya diam menundukan kepalanya sedari tadi saat mendapatkan tatapan sulit untuk diartikan oleh seseorang didepannya.
Jisung kembali menoleh ke sang kakak, menyadari bahwa kakak kandungnya sedang menatap Istrinya, dengan sabar Jisung menarik pinggil sang istri untuk berada di belakangnya.
"Berbaiklah dengan Jaemin, kalian tetap saudara karena kalian sama-sama berasal dari ku."
Jisung mengangguk dan tersenyum lalu mengambil cello dari gendongan istrinya dan memberikan kepada sang ayah "dia anak ku dan, dan ini istri ku"
Sang ayah tampak terkejut lali tersenyum gembira dan menggendong cucu nya "Kau memiliki bibit yang unggul jie, dan istri yang cantik"
Haechan tersenyum manis mendengar perkataan pria paruh baya didepannya ini, sekarang posisinya berada di sebelah sang suami dengan suaminya yang memegangi pinggangnya dengan posesif.
"Jaemin, kau kalah dengan adik mu"
Jaemin yang sedari tadi diam sekarang terkekeh sebentar lalu menyeringai dan menatap ke arah Haechan "Tak lama kau akan memiliki menantu cantik yang nanti dia akan menjadi istri ku dad, dan itu sebentar lagi"
Jisung tau arah mata sang kakak lalu tersenyum tipis "Benar kak, aku harap kau mendapatkan istri yang sangat cantik yang melebihi kecantikan istri ku" Ujarnya.
Jaemin terkekeh "Cih, siapa yang bisa mengalahkan kecantikan istri mu sung? Istri mu tetap yang paling cantik" Ucap Jaemin.
"Tentu saja, istri ku ini cantik, ya kan sayang?" Jisung menyeringai lalu menangkup wajah gembul sang istri dan mengecup bibir istrinya.
Jaemin mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras tak suka dengan pemandangan didepannya lalu menarik nafasnya mencoba untuk menahan emosinya dan terkekeh "tentu, sebab dari itu aku akan mengambil si cantik untuk menjadi istri ku."
Senyum Jisung luntur tangan nya mengepal keras menatap sang kakak dengan tatapan mematikan namun dibalas dengan tatapan santai sang kakak.
Haechan mengelus pundak Jisung berusaha membuat Jisung untuk tidak emosi "dia benar jie, karna diluar sana ada ribuan wanita maupun pria cantik yang melebihi diri ku, sabar lah" Ujar Haechan menenangkan sang suami.
Sang ayah yang sedang asik bermain dengan cucunya tak mendengar semua perdebatan dang anak.
Kkkkkk
Tbc
JANGAN LUPA FOLLOW YANG BUAT IDE INI YA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate died [Jiehyuck/Nahyuck]
FanfictionHaechan pikir ia akan hidup bahagia dengan suaminya jisung dan anak pertama mereka. hingga akhirnya jisung mengajaknya untuk pergi menemui orang tuanya untuk pertama kalinya Haechan di perkenalkan ke orang tua jisung, selama ini jisung tidak pernah...