“Terjadi kecelakaan akibat blongnya rem truk senin kemarin yang memakan banyak korban, di antaranya tujuh dinyatakan meninggal dan 15 mengalami luka parah.”Seluruh berita hampir menanyakan tentang kecelakaan yang terjadi di sepanjang jalan Angkasa dan berakhir di depan SMA Tunas Bangsa. Padahal, kejadian sudah berlalu seminggu yang lalu, dan selama itu, gadis yang dikenal amat sangat periang berubah menjadi pendiam.
Satu minggu menjalani hari tanpa ada senyuman yang terpampang di wajah cantiknya, tidak ada teriakan saat jam kosong lagi, dan tidak ada lagi yang menjadi alasan kebahagiaannya di sekolah.
Satu minggu yang lalu, hari masih berjalan seperti biasanya. Keceriaan para siswa, keluhan dengan mata pelajaran, dan banyak hal lain. Begitu juga dengan Bagas yang berjanji akan mengantarkan Joan pulang. Namun, ada paket yang harus dijemputnya, sehingga ia berputar arah dan menyuruh Joan untuk menunggunya sebentar.
Ternyata, Tuhan berkata lain, sebentar yang dimaksud, ternyata hidupnya di bumi ini. Saat itu Bagas sudah berada di jalurnya, karena dia bukan tipe yang ugal-ugalan seperti siswa lainnya, tapi dari arah yang berlawanan truk besar menghampirinya, bahkan saat itu Bagas sudah berusaha untuk menghindar.
Naas, tubuhnya terseret di bawah mobil bersama dengan motor yang ia naiki. Saat jiwanya masih setengah sadar, badannya malah dihantam kuat ke tembok. Tulang punggungnya patah, banyak darah yang berceceran, suara denging memekakkan telinganya, hingga dia tak bisa merasakan apa-apa lagi setelah tak kuasa menahan sakit yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.Saat itu juga, Bagas kembali ke sisi-Nya.
Joan melangkah pelan, ia menyaksikan Bagas yang diseret, hingga tubuhnya diapit antara tembok dengan bagian depan truk. Beberapa kali, dia memukul pipinya, berharap kejadian yang ada di depan mata adalah mimpinya saja, tidak untuk dunia nyata. Namun, kerumunan semakin banyak, hingga Joan sadar, yang ia saksikan bukanlah sebuh mimpi.Hampir saja tubuhnya jatuh, tetapi langsung disambut oleh Hana dan Jian. Mereka membawa Joan menepi, tetapi langusung ditepiskannya dan memilih berjalan sendiri, masuk ke dalam kerumunan dengan tubuh lemahnya.
Sebagian siswa yang mengetahui itu Joan, langsung memberikannya jalan, beberapa temannya bahkan mengusap bahu Joan tanpa mengatakan apa-apa. Kakinya tak mampu lagi untuk menahan tubuh yang lemah itu, tetapi terasa sangat berat.
Satu persatu Joan mencoba mengatur napas, darah berserakan di mana-mana, gadis itu menggigit kuat bibir bawahnya, ia menggelengkan kepala, sambil merangkak ke dekat laki-laki yang tak terlihat tak berdaya lagi.
“Ka-ta-nya se-ben-tar ...” rintihnya dan langsung sujud di atas darah segar yang masih mengalir.
Tidak ada satu pun yang berani mendekati Bagas, para guru atau satpam belum datang. Mata laki-laki itu masih terbuka menatap langit. Joan mengusap pelan wajah Bagas dengan air mata yang masih bisa ia tahankan. “Katanya mau antar gue pulang, kenapa baring di sini? Katanya mau ambil paket mama, mana? “ bisik Joan dengan air mata yang tak bisa untuk dibendung lagi. “Gak ini, kan, paket yang kamu maksud?” tangis Joan pecah, isakannya terdengar mengiris hati.
Joan menghapus air matanya, lalu mengusap telinga Bagas yang masih mengeluarkan darah, bahkan ia mendekapnya kuat. Satpam yang sudah datang mencoba mengambil alih Bagas dari Joan, tetapi dihalangi oleh guru sejarah yang sangat mengenal mereka berdua.
“Jo,” panggil Nela yang sudah berada di samping Bagas. “Bagas mau tidur, bantu tutup matanya, ya?”
Kerumunan semakin banyak, Joan mengangkat kepala Bagas agar bisa menatapnya. “Bagas lihat Joan, kan?” tanyanya pelan. Ia tak kuasa menahannya, Joan mendakap Bagas ke dalam pelukannya untuk yang terakhir kali. Joan tidak bisa dengannya terlalu lama, karena dia akan dibawa ke rumah sakit, padahal sudah jelas jika Bagas tak bernyawa lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH - Ryujin ✔
Novela JuvenilDitinggalkan oleh sosok yang paling dia sayangi untuk selamanya membuat Joan merasa kehilangan, tetapi di samping itu pria yang memiliki paras serupa dengan Bagas muncul di kehidupan Joan-Nadhif, kembaran Bagas. Ia mencoba menjadi sosok Bagas yang d...