Hari ini aku akan menemui muridku yang masih seorang siswa SMA, sebenarnya muridku ada 7 orang, terkadang aku membuat sebuah kelompok belajar akan memudahkanku dalam mengajar. Tapi memang ada beberapa orang tua memintaku mengajar secara privat dengan iming-iming biaya les yang lebih banyak dibandingkan siswa yang mengikuti kelompok belajar.
Seperti sekarang, aku menuju sebuah rumah besar yang di mana aku akan mengajar salah satu muridku yang kaya raya, bernama Ara. Sebenarnya ada dua orang yang mengikuti les secara privat denganku, Ara dan teman sekelasnya Aron. Namun kurasa mereka berdua tak terlalu akrab.
"Ooooh kak Shandy, masuklah"
Kenapa dia memanggilku dengan sebutan kak?, yaa itu karena aku memang masih muda, hanya beda 4 tahun darinya lagipula aku masih seorang mahasiswa tingkat akhir. Sambil menunggu kelulusanku, aku jadi mengambil pekerjaan menjadi guru les.
"Hari ini kita belajar bahasa inggris yaa"
"Hari ini bisa kita libur dulu kak? Aku sebenarnya sedang malas belajar"
Eh? Mudah sekali anak ini bilang begitu
"Kalau kau mau libur, kenapa tak bilang dari awal?"
Merepotkan ku saja, dikira rumahku dekat dengan rumahnya apa?
"Aku tidak mau ibuku marah karena aku libur les. Karena itu aku ingin pura-pura les"
Anak jaman sekarang mudah sekali berbohong yaa..
"Jadi kau ingin melakukan apa selama jam les ini?"
"Aku hanya ingin bermain ponsel"
"Hanya itu? Nilai akademikmu sedang rendah, tapi kau bilang ingin libur hanya karena mau main ponsel?"
Ku lihat ia membuang nafas dengan jengah, siapa suruh dia membuang waktuku seperti ini. Walau aku dibayar lebih oleh orang tuanya, setidaknya tidak membuatku jengkel begini. Padahal bisa saja aku mengajar muridku yang lain.
"Ayolah.. Aku tidak ada waktu bermain ponsel. Aku selalu di paksa untuk belajar dan belajar"
"Baiklah.. Aku tidak akan melapor ke ibumu, tapi ini kali pertama dan terakhir kita berpura-pura les begini yaa"
Ancaman ku bisa membuat orang menurutkan?
"Oke oke.. Aku berjanji"
Aku mengambil buku untuk aku baca, kebosanan ku akan hilang jika aku membaca buku, walau bagi orang lain membaca buku lah yang akan membuat bosan. Waktu mengajar murid privat dan biasa sama-sama hanya 2 jam. Bedanya ya hanya pada cara mengajarnya. Jika aku mengajar di kelompok belajar, aku akan membagi fokus ku kepada murid-murid yang di sana. Berbeda dengan privat, yang menyita perhatianku hanya pada satu murid saja.
"Aron?"
Ku liat Aron yang menghubungiku, ku rasa dia ingin mengubah jadwal les lagi.
"Ada apa Ron?"
"Ini aku, bukan Aron"
Astaga.. Ini kakak perempuan Aron, namanya Erin, teman kuliahku juga. Erin lah yang memberikan ku ide untuk menjadi guru les adiknya, kemudian aku mendapatkan banyak murid berkat keahliannya mempromosikanku sebagai guru les.
"Kau tidak tahu nomor ponselku?"
"Bukan begitu.. Ponselku rusak karena jatuh ke air"
"Ponselmu mahal tapi tak tahan air?"
"Itu tak penting, dengarkan aku besok Aron tidak ikut les mu"
"Eh kenapa?"
Kenapa murid-muridku jadi malas belajar begini?
"Ck. Hanya minggu ini saja, pokoknya besok dia libur"
Tuuutt
Aneh, Erin memang aneh, adiknya lebih aneh.
"Aron nelpon?"
Mereka satu sekolah, satu kelas tapi mereka tak saling dekat satu sama lain. Kalau dilihat dari luar Aron dan Ara memiliki kesamaan, sama-sama tak ingin ikut campur urusan orang lain, dengan kata lain mereka terlihat cuek. Tapi sebenarnya,
"Aku menyukai Ara"/ "Aku menyukai Aron"
Mereka saling menyukai satu sama lain. Tapi dengan alasan gengsi mereka tidak menampakan rasa saling suka. Namun mereka tahu kalau aku adalah guru mereka, sebagai guru bahkan sebagai teman curhat mereka, aku tak akan menyebarkan rahasia mereka.
"Dia bilang apa?"
"Bukan Aron, itu kakaknya Erin"
"Kau menyukai kak Erin?"
Mustahil.. Siapa yang menyukai wanita aneh yang suka mabuk jika sedang stres. Walau dia bukan mabuk karena minum beralkohol, mabuknya itu seperti suka melantur, suka bicara yang tak jelas, pokoknya seperti orang yang habis minum.
Walaupun aku tak bisa menampik kalau Erin adalah wanita yang manis di mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Pasang
Teen Fictionmengajar les 2 anak SMA yang ternyata saling suka membawa seorang guru les menemukan beban kehidupannya, yang tak lain beban dari seorang wanita yang selalu mengikutinya kemanapun dengan alasan ingin menemaninya mengajar. apakah ia sanggup?